canticum solis adalah blogspot saya untuk pendalaman dan diskusi soal-soal filosofis, teologis, spiritualitas dan yang terkait. Kalau berkenan mohon menulis kesan atau komentar anda di bagian akhir dari artikel yang anda baca. Terima kasih... canticum solis is my blog in which I write the topics on philosophy, theology, spiritual life. If you don't mind, please give your comment or opinion at the end of any article you read. thanks a lot.....
Sunday, June 14, 2020
JEAN PAUL SARTRE, F.X. KIM CHI HA, PRAMUDYA ANANTA TOER: SOLIDARITAS INTERNASIONAL
Saturday, June 13, 2020
DOMINE NON SUM DIGNUS 2
DOMINE NON SUM DIGNUS 1
LEARNING SOMETHING FROM CHRISTIAN PRINCE
Friday, June 12, 2020
PESTA SANTO ANTONIUS DARI PADUA
WERI, MENANAM...
INJIL BAHASA MELAYU? MASALAH BUAT LOE?
Thursday, June 11, 2020
LAGU ANAK-ANAK BERMASALAH? (BAGIAN 3. HABIS)
LAGU ANAK-ANAK BERMASALAH? BAGIAN 2
DUA LAGU ANAK-ANAK BERMASALAH? BGN 1
Sunday, May 31, 2020
METODE IBRANI
Saturday, May 30, 2020
KESENIAN ALAMIAH (NATURAL ATRS)
Oleh: Fransiskus Borgias
Dosen dan Peneliti Senior pada Fakultas Filsafat UNPAR, Bandung.
Ya,
kesenian alamiah. Ini adalah terjemahan dari ungkapan natural arts dalam Bahasa
Inggris. Rasanya sudah ada yang memakai istilah itu. Pasti
dengan makna dan pemahaman berbeda juga. Tidak apa-apa. Saya memakainya dengan
pemahaman dan pemaknaan saya sendiri. Itulah yang ingin saya usahakan dalam
tulisan yang singkat dan sederhana ini. Apa pun yang orang maksudkan dengan
ungkapan itu, inilah makna yang saya maksudkan di sini. Yang saya maksudkan
dengan ungkapan itu adalah ini. Alam dengan daya kekuatannya sendiri bisa
bergerak dan menggerakkan unsur-unsur di dalam dirinya. Sesudah terjadi
pergerakan itu maka akan muncul pola-pola yang indah dan mengagumkan. Terkadang
pola-pola itu tidak terduga-duga sama sekali. Nah itulah yang saya maksud
dengan natural arts itu (kesenian alamiah). Mungkin penjelasan dan definisi di
atas masih terlalu kabur atau belum jelas. Mungkin juga dianggap terlalu
abstrak. Nah, untuk membuatnya menjadi jelas dan kongkret, saya akan
mendukungnya dengan beberapa contoh. Saya berharap contoh-contoh ini akan bisa
menjelaskan apa yang saya maksudkan dengan istilah itu.
Contoh
pertama, air yang meresap ke dalam tanah yang mengandung kapur. Di dalam tanah
itu ada gua bawah tanah. Setelah menembus tanah di permukaan akhirnya air tadi
merembes dan menetes dari langit-langit gua. Tetapi
karena tetes-tetes air itu mengandung kapur, maka lama kelamaan tumbuhlah stalagmite
(bawah) dan juga stalagtit (atas). Terkadang dalam jangka waktu yang panjang,
stalagtit dan stalagmite itu bertemu dan menyambung, membentuk tiang-tiang eksotis
di dalam gua, seakan-akan mereka menyangga langit-langit gua itu agar tidak
roboh. Di banyak tempat tiang-tiang itu, baik stalagtit maupun stalagmite dibaluri
batu-batu Kristal kemilau indah. Kalau mereka terkena sinar lampur senter, mereka
memantulkan pantulan cahaya yang sangat indah dan mengagumkan. Luar biasa. Setidaknya
saya sudah melihat hal itu di gua Batu Cermin di Labuan Bajo, Manggarai Barat. Saya
juga pernah melihat hal itu di Liang Woja di beo Golo, Cibal. Juga saya pernah
melihatnya di sungai bawah tanah di gua Pindul, Gunung Kidul, Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Contoh
lain: gundukan pasir di pantai Parang Tritis, Bantul. Di
beberapa tempat, pasir pantainya cukup luas sehingga terkesan seperti padang
pasir dalam bentuk mini. Angin laut selatan biasanya bertiup kencang. Saat datang
angin yang bertiup, maka ia pun menyapu permukaan pasir itu. sapuan angina yang
bertiup itu membentuk pola-pola gundukan pasir yang sangat indah. Dan pola-pola
itu berubah setiap saat. Proses perubahan permukaan gundukan itu juga sangat
indah. Kalau ada yang memfoto gundukan itu, maka foto itu hanya mengabadikan
sepersekian detik saja dari totalitas proses pembentukan keindahan alamiah itu,
the natural arts tadi. Kalau ada yang bikin video, maka video itu pun juga
hanya merekam sepersekian detik saja dari proses dinamis terciptanya keindahan
itu.
Lain
lagi ceritanya dengan pasir yang terletak di bibir pantai tepat di bagian ombak
menghempas lelah secara abadi tetapi tidak pernah bosan-bosan, sebab ia akan
kembali lagi, menghempas lagi, tampak terkesan lelah lagi dan kembali lagi. Nah,
seluruh proses itu juga ikut membentuk pola-pola pasir di pantai. Pasir itu
disapu ombak, dihempas ombak. Ombak kembali. Saat ombak itu surut kembali ke
laut, maka terbentuklah pola-pola indah di pasir, sebagai jejak-jejak sapuan
air laut yang menghempas. Indah. Wow. Amazing. Kalau yang ini juga difoto
ataupun divideo, maka foto dan video itu hanya merekam seperti sekian detik
atau menit saja dari proses pembentukan keindahan itu. Alam laut, alam pantai,
selalu melukis, selalu mengukir setiap saat. Tiada pernah berhenti. Sungguh mengagumkan
bagi jiwa yang mudah terhanyut dalam kontemplasi kosmik.
Contoh
lain: abu vulkanik di gunung api. Abu itu, saat diletupkan
keluar dari perut bumi di puncak gunung, juga membentuk awan-awan panas yang
sangat indah dan mengagumkan, tetapi sekaligus juga sangat mengerikan dan
menakutkan, sebuah perpaduan paradoksal antara tremendum dan fascinossum di
dalam wacana religious dari Rudolf Otto itu. tidak seberapa lama, debu panas
vulkanik tadi turun ke bumi menutup permukaan tanah. Datanglah hujan. Lalu air
hujan itu membuat debu tadi mengendap dan mengeras. Proses itu juga
menghasilkan endapan-endapan yang sungguh mengagumkan. Indah. Saya bisa melihat
hal ini sewaktu mendaki gunung Papandayan di Garut, September 2017 silam. Juga bisa
saya lihat saat melihat sisa-sisa endapan debu vulkanik dari muntahan gunung
Merapi baik dari Kaliulang, maupun dari arah Muntilan. Endapan-endapan yang
sangat indah.
Mungkin
contoh berikut ini akan membuat beberapa orang terkejut. Bagi saya, peristiwa
tanah longsor juga adalah proses alami dari alam (ibu bumi) itu sendiri untuk
membentuk, membenah dirinya sendiri, mempercantik permukaannya. Tidak jarang
tanah longsor itu membentuk sebuah pemandangan yang indah walaupun juga sangat
mengerikan. Kulit pohon juga sungguh mengagumkan. Tatkala pohon itu masih muda,
kulitnya sangat mulus. Tetapi dengan semakin bertambahnya usia, maka kulit
pohon itu membentuk pecahan-pecahan dan selaput-selaput yang indah. Bahkan terkadang
tumbuh jejamuran juga di sana, jejamuran yang menempel rata di kulit pohon
sehingga memberi warna indah tersendiri bagi kulit pohon tersebut. Permukaan bebatuan
juga selalu mengalami perubahan karena pelbagai gesekan yang terjadi. Ampas kopi
di gelas kopi juga bisa membentuk pola-pola yang indah dan mengagumkan. Terkadang
tidak terduga-duga sama sekali.
Kalau kita
memandang awan di langit. Lalu ada angin bertiup. Angin itu
membentuk pola-pola awan yang indah dan mengagumkan. Luar
biasa. Belum lagi kalau kita memandang awan itu dari atas ketinggian sekian
ribu kaki saat naik pesawat terbang. Hal itu saya alami tahun 2000. Saat itu,
saya mendapat beasiswa untuk belajar teologi di Katholieke Universiteit
Nijmegen, Belanda. Untuk itu saya harus terbang ke sana tanggal 16 Agustus
2000. Saya memakai pesawat terbang KLM. Kami menempuh penerbangan selama 17-18
jam. Kami terbang sangat tinggi. Puji Tuhan saya bisa tidur dengan nyenyak. Saya mendapat
kursi di dekat jendela di sebelah lambung kanan pesawat itu. Tatkala
pagi tiba, saya melihat di kaca monitor bahwa kami terbang di angkasa Eropa
Timur. Saya mendongak keluar. Luar biasa indah. Matahari pagi pancarkan sinar
paginya yang amat silau menyinari awan tebal menggumpal. Oh Praise the Lord.
How great Thou art. How great Thou art. Itupun adalah seni alamiah.
Itulah
sekadar beberapa contoh. Memang alam ini adalah
seniman agung yang dinamis dan terus bergerak dan melukis. Ia mencipta
pola-pola dan bentuk-bentuk unik yang indah. Ajaib. Mengagumkan. Alam, selalu
dalam proses mencipta karya seninya sendiri. Bahkan termasuk “memproses” umat
manusia itu.
Thursday, May 28, 2020
ORANG YAHUDI YANG PERCAYA PADA YESUS KRISTUS
Oleh: Dr. Fransiskus Borgias
Dosen Teologi Biblika pada FF-UNPAR
Bandung
Beberapa
hari lalu saya mendapat sebuah video singkat di WA Group, yang dikirim teman
saya, pak Sylvester Manti. Video pendek itu berdurasi kurang lebih lima menit. Video
itu berkisah tentang pertobatan seorang Yahudi menjadi pengikut Yesus. Peristiwa
pertobatan itu ia istilahkan dengan sebuah rumusan menarik: menerima Yesus
dalam diri dan hidupnya. Bagi dia bertobat berarti mau menerima Yesus di dalam
hidup dan dirinya. Menarik sekali apa yang ia kisahkan di sana. Itulah
yang saya kisahkan kembali dalam kata-kata sendiri, dalam tulisan singkat dan
sederhana ini.
Ia mengatakan
bahwa dalam sebuah keluarga Yahudi di mana pun di dunia ini selalu ditanamkan
(diinternalisasi) sebuah pandangan bahwa Alkitab mereka adalah Tanakh, yang
terdiri atas Torah, Nebiim, Ketubim (dan disingkat TANAKH). (Jadi kitab orang
Yahudi itu bukan hanya Torah sebagaimana secara salah dipersepsikan oleh salah
satu kelompok, sebab faktanya kitab suci orang Yahudi tidak hanya Torakh,
melainkan ada juga Nebiim dan Ketubim). Orang Yahudi dalam video pendek itu
rupanya tinggal di Italia. Karena itu, ia menyangka bahwa agama Kristen (Katolik) itu
muncul di Italia. Bahkan ia juga menduga bahwa Yesus dan pengikutNya yang
semula adalah orang Italia. Hal itulah yang ia ketahui dan pegang dan yakini
sampai pada suatu saat ia sangat terkejut tatkala mengetahui bahwa agama
Kristen itu muncul di tanah Kanaan, di Galilea dan Yudea (dengan sengaja saya
tidak menyebut Palestina karena entitas ini adalah sesuatu yang muncul di
kemudian hari). Tokoh kita tadi semakin terkejut lagi saat ia mengetahui
bahwa Yesus adalah orang Yahudi yang lahir, besar, dan mati di Kanaan itu. Tadinya
ia mengira Yesus adalah orang Italia. Dan dia juga bahkan semakin terkejut lagi
setelah mengetahui bahwa ternyata agama Kristen itu lahir dari Rahim agama
Yahudi juga.
Karena
itu, sejak muncul semua pengetahuan dan kesadaran seperti itu, ia pun mulai diam-diam
mencari dan menekuni asal-usul agama tersebut. Untuk itu, diam-diam dia mulai membaca
Perjanjian Baru, kitab suci orang Kristen (tentu dia salah karena Kitab Suci
orang Kristen itu tidak hanya PB, melainkan juga mencakup PL). Yang
jelas ialah bahwa selama ini ia selalu diberi gambaran oleh orang tua dan
lingkungan agama Yahudi yang ia anut, bahwa apa yang disebut PB adalah kitab
yang ditulis oleh orang-orang yang dulu pada abad pertama pernah mengejar dan
menganiaya orang Yahudi. Tentu saja informasi itu tidak benar. Bahkan sangat
salah secara historis.
Betapa
dia sangat terkejut lagi saat ia membaca secara langsung untaian kitab Perjanjian Baru.
Untaian pertama ialah Injil Matius. Saat ia membaca bab pertama Injil Matius
itu ia terperangah. Di sana dikatakan bahwa Yesus adalah anak Daud, anak
Abraham. Jadi, jelas bahwa Yesus (yang ia lafalkan Yeshua, Yoshua) adalah orang
Yahudi. Itu adalah fakta historis yang tidak dapat dibantah oleh siapa pun.
Lebih terkejut lagi karena selama ini selalu dikatakan di kalangan orang Yahudi
bahwa orang Kristen yang semula adalah orang yang menganiaya orang Yahudi. Ternyata
setelah ia membaca PB, justru yang terjadi ialah yang sebaliknya, yaitu orang
Kristen-lah yang menjadi korban persekusi yang dilakukan orang Yahudi. Jadi,
apa yang ia ketahui selama ini berdasarkan pendidikan dalam keluarga Yahudi, merupakan
sebuah pembalikan dan penggelapan fakta sejarah yang mengerikan. Orang Yahudi
masa kini mencitrakan diri sebagai kelompok yang baik, justru dengan
menjelekkan peran orang Kristen jauh di masa silam. Padahal yang sesungguhnya
terjadi secara historis ialah orang Kristen yang menjadi korban pengejaran
(persekusi) yang dilakukan oleh orang Yahudi yang sangat fanatic dan
berteriak-teriak di jalanan menyerukan nama Tuhan untuk menuntut darah orang.
Sejak
munculnya kesadaran dan pengetahuan seperti itu, dia pun tidak ragu lagi menjadi
Kristiani, dengan menerima Yesus Kristus. Sejak itu
ia menjadi Christianoi (istilah yang diambil dari Kisah Para Rasul 11:26). Selama
ini ia diam-diam dan merahasiakan hal itu dari lingkungan teman dan
keluarganya. Tetapi pada suatu kesempatan, sekelompok orang Yahudi berkumpul
dan di dalam perkumpulan itu mereka ditanya siapakah yang percaya dan siap
menerima Yesus, ia dengan berani angkat tangan. Selain itu masih ada beberapa
orang lain. Yang membuat dia terkejut ialah bahwa ternyata ayahnya juga
mengangkat tangan. Ia klarifikasi: “Ayah
ini yang ditanya ialah siapa yang percaya pada Yesus.” Ayahnya
juga tanpa ragu mengatakan, “Ya, saya percaya dan menerima Yesus.” Jadi,
ternyata ayahnya juga diam-diam sudah lama mempertimbangkan untuk menerima
Yesus Kristus di dalam hidupnya.
Saat saya
menonton video ini saya tiba-tiba teringat akan untaian kuliah Filsafat Yahudi
dulu di STF Driyarkara yang diampu oleh Pater Alex Lanur OFM. Saya ingat, pada
suatu saat, di dalam salah satu rangkaian kuliah itu, Pater Alex mengatakan
sbb: “Hanya ada dua saja alasan untuk orang Yahudi agar mereka dapat menjadi
orang Kristen dan menerima Yesus. Alasan pertama, mereka hidup sejaman dan
setempat dengan Yesus. Itulah yang terjadi dengan para rasul dan orang-orang lain
dalam PB yang menjadi percaya dan menerima Yesus saat mereka melihat dan
mendengar pewartaan-Nya. Tetapi argument ini tidak seluruhnya benar. Sebab banyak
orang Yahudi lain pada waktu itu yang tetap tidak percaya pada Yesus walaupun
mereka melihat dan mengalami Yesus secara langsung. Bahkan mereka berusaha
membunuh Yesus dan nyatanya juga sudah membunuh Yesus.
Alasan
kedua, yaitu mereka mengalami sebuah mukjizat di dalam hidup mereka. Jadi,
walaupun tidak hidup sejaman dengan Yesus, tetapi kalau mereka mengalami sebuah
mukjizat, maka ada kemungkinan mereka akan mau bersedia untuk menerima Yesus
dan menjadi pengikut Yesus. Contoh yang paling terkenal kiranya ialah Paulus.
Ia yang tadinya adalah seorang pengejar dan penganiaya orang
Kristiani, tetapi setelah mukjizat di perjalanan ke Damaskus itu, akhirnya
ia bertobat dan menerima Yesus di dalam hidupnya. Kiranya orang di dalam video
singkat tadi juga mengalami mukjizat perjumpaan yang membawa sebuah
penyingkapan dalam hidupnya.
Akhirnya
di sini saya juga ingat akan seorang teologi Yahudi masa kini, tetapi saya lupa
namanya. Dalam bukunya ia pernah mengatakan
bahwa krisis pembuangan Babel (abad 6 sebelum Masehi) telah mengilhami banyak
karya rohani yang agung dalam sejarah dan tradisi Israel. Ia tidak menyebut PB
sama sekali. Oleh karena itu, di sini saya menyebut PB juga. Bagi saya PB
merupakan salah satu produk literer rohani yang luar biasa mengagumkan yang
dihasilkan oleh orang-orang Yahudi pasca krisis penghancuran bait Allah di
Yerusalem pada tahun 70 Masehi itu. luar biasa.
Wednesday, May 27, 2020
DAYA IMAJINASI MANUSIA
Dosen dan Peneliti pada Fakultas Filsafat UNPAR, Bandung.
Murray Bodo OFM, adalah penulis Fransiskan asal Amerika Serikat. Ia produktif menulis karya-karya yang bernafaskan spiritualitas Fransiskan. Ia adalah imam Fransiskan yang berasal dari salah satu propinsi Fransiskan di sana. Salah satu bukunya ialah yang berjudul Santa Clara, Cahaya Dalam Taman (Nusa Indah Ende 1996). Aslinya ditulis dalam Bahasa Inggris: Clare, A Light in the Garden. Awal 90-an saya menerjemahkan buku itu ke Bahasa Indonesia. Tahun 1995, saya mengirim naskah itu ke Nusa Indah Ende. Ternyata mereka menerimanya dan menerbitkannya tahun 1996. Puji Tuhan.
Apa hal penting yang menyebabkan saya terdorong membuat catatan ini? Sebenarnya tidak mudah menjawab pertanyaan itu. Tetapi saya bisa mengatakannya begini. Dalam pengantar buku itu, ia pernah mengatakan sesuatu hal yang sangat menarik: Daya imajinasi manusia mempunyai kekuatan untuk mengingat dan menyimpan peristiwa yang terjadi dalam hidup manusia. Sejarah atau history mempunyai caranya sendiri untuk merekam dan mengingat, yaitu dengan mencatat pelbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup. Dengan itu terbentuklah kronik dan catatan historis. Pencatatan itu demi mudah dan sistematikanya, entah berpusat pada tokoh besar tertentu, atau terpusat pada peristiwa atau kejadian dahsyat tertentu. Misalnya, yang berpusat pada tokoh tertentu, seperti Paus yang sangat mencolok perannya dalam percaturan politik internasional. Atau yang berpusat pada peristiwa-peristiwa besar dunia, seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Atau dalam konteks Sejarah Gereja Katolik, orang berbicara tentang Konsili Vatikan II ataupun Konsili Vatikan I atau Konsili Trente. Pokoknya ada sentrum tertentu pada mana orang mengacu saat menulis pelbagai peristiwa atau kejadian.
Di pihak lain daya imajinasi manusia (imagination) mempunyai caranya sendiri yang unik untuk mengingat dan menyimpan peristiwa. Sebelum melangkah lebih lanjut, ada baiknya saya menyinggung dulu tulisan saya yang lain tentang imajinasi. Sedemikian kuatnya peran imajinasi dalam hidup manusia, sehingga orang bisa mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang bisa membangun imagi atau gambaran di dalam hati dan budinya. Tentu hal itu erat terkait dengan eksistensi manusia itu sebagai imago dei. Kemampuan manusia untuk bisa menggambar dan membayangkan di dalam kalbunya, bisa dijelaskan dengan fakta bahwa manusia, menurut Kejadian 1:26-28, adalah citra Allah, imago dei. Atas dasar itu ada yang mengatakan bahwa manusia adalah homo imaginans, makhluk yang bisa membangun dan membentuk gambar dalam dan dengan kekuatan akal budinya. Ungkapan homo imaginans ini dibentuk berdasarkan ungkapan-ungkapan lain yang sudah ada, seperti homo ridens, homo ludens, homo laborans, homo orans, dll.
Tetapi Murray Bodo sekali tidak menjelaskan lebih rinci mengenai apa cara unik itu, atau bagaimana cara kerjanya, cara menyimpan dan cara mengingatnya. Ia hanya mengatakan bahwa daya itu ada dan bekerja secara sangat ajaib dalam hidup manusia. Murray Bodo mengaku bahwa saat menulis buku ini (juga bukunya tentang Fransiskus) ia banyak memakai daya kekuatan imajinasinya untuk membangun cerita tentang Fransiskus dan Klara. Dan dalam artian itu, seperti halnya juga sejarah, daya imajinasi manusia mempunyai otoritas yang kuat. Dengan cara itu, ia pun bisa melengkapi sejarah.
Sejarah (history) tentu tidak mungkin mencatat semua hal, semua peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat maupun dalam relasi antar manusia. Pasti ada hal atau segi yang mungkin dilupakan. Ada yang dengan sengaja diabaikan untuk memberi prioritas dan penekanan pada hal-hal tertentu yang dianggap lebih penting dan lebih relevan untuk dikisahkan sebagai sejarah.
Menurut Murray Bodo, lubang-lubang atau kekosongan sejarah itu diisi dengan hasil-hasil kerja daya imajinasi manusia. Bahkan ketidak-tahuan sejarah juga bisa diisi dengan daya kekuatan imajinasi anak-anak manusia. Hal itu terutama berlaku bagi para penafsir sejarah. Dengan daya kekuatan imajinasi orang bisa mengembangkan pembacaan secara hermeneutic atas sejarah itu. Berkat kekuatan imajinasi, orang bisa mengembangkan cara baca just the lines of the texts, tetapi orang bisa juga mengembangkan cara baca between the lines (of the texts), dan akhirnya orang juga bisa mengembangkan cara baca also the lies in the process of producing the texts. Bodo mengatakan: “Jika anda percaya, sebagaimana aku percaya, bahwa daya khayal kadang-kadang membawa kita lebih dekat pada kebenaran daripada fakta, lalu barangkali anda berani eprcaya bahwa daya khayal dapat juga merekam sesuatu yang gagal direkam oleh sejarah.” (p.8).
Dengan bekal keyakinan itu Bodo mulai menyusun ceritanya yang indah tentang santa Clara. Hal itu dilakukannya setelah ia menyelesaikan bukunya tentang Fransiskus Asisi, yang berjudul Francis, A Journey and a Dream. Buku tentang Fransiskus Asisi ini sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Tim Spiritualitas OFM di bawah koordinasi P.Paskalis B.Syukur OFM (sekarang uskup Bogor) dan P.Ignas Wagut OFM. Sedangkan buku tentang Santa Klara sudah saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Dengan bekal daya imajinasi itu Bodo menyusun banyak cerita fiksi tentang apa yang kiranya dipikirkan Klara muda saat ia meninggalkan keluarganya, Bangsawan Offreducio, lalu pada malam hari, bergabung dengan Fransiskus dan para saudara lainnya. Hal itu dilukiskan dengan sangat indah dalam sebuah Bahasa Film oleh Franco Zeffirelli dalam filmnya Brother Sun and Sister Moon itu. Itulah yang pertama.
Hal lain yang diimajinasikan Bodo ialah renungan Klara di masa tuanya. Di sini ada sesuatu yang indah yang dilukiskan Bodo. Dalam imajinasi Bodo, dilukiskan bahwa Clara dan Fransiskus itu sesungguhnya juga saling mencintai. Walaupun tanpa noda-noda untuk saling memiliki apalagi saling menguasai. Menurut Bodo, cinta yang terjalin di antara mereka itu bersifat transparan, tembus pandang. Itulah sebabnya cinta mereka tidak tersangkut pada pribadi masing-masing, Fransiskus terpaku pada Clara dan Clara terpaku pada Fransiskus. Tidak seperti itu kata Bodo. Melainkan dalam peristiwa cinta di antara keduanya, mereka justru melampaui, go beyond, diri masing-masing dan akhirnya sampai kepada Allah, sang mahakasih itu. Lagi-lagi dalam imajinasi Bodo, saat mereka saling memandang dalam dan karena cinta, mereka tidak lagi terutama melihat manusia, melainkan melihat dan menemukan Allah. Sebab Allah adalah kasih. Yang berdiam dalam kasih, juga berdiam dalam Allah. Maka bisa dipahami bahwa mereka bisa sampai melihat Allah dalam dan karena saling mencintai.
Untuk memperkuat pandangan ini Bodo mengutip Paul Sabatier: “Kadang-kadang ada jiwa-jiwa yang begitu murni, begitu kurang duniawi, sehingga pada pertemuan mereka yang pertama, mereka masuk tempat yang paling suci; hal itu terjadi lebih sering dari yang kita duga. Dan begitu mereka berada di sana, maka pikiran mereka tentang suatu persatuan yang lain tidak hanya menjadi suatu perendahan, melainkan suatu yang tidak mungkin. Begitulah cinta Fransiskus dan Klara.” (p.7).
PEDENG JEREK WAE SUSU
Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari Puncak perayaan penti adala...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm) Mazmur ini termasuk cukup panjang, yaitu terdiri atas 22 ayat, mengikuti 22 abjad Ib...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Doa mohon Israel dipulihkan. Judul itu mengandaikan bahwa keadaan Israe...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Sebagai manusia yang beriman (percaya), kiranya kita semua sungguh-sungguh yakin dan percaya bahwa Tuhan itu...