Friday, April 27, 2012

MENIKMATI DAN MEMAHAMI MAZMUR 85

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Doa mohon Israel dipulihkan. Judul itu mengandaikan bahwa keadaan Israel sedang tidak benar, tidak dalam keadaan ideal, sehingga harus dipulihkan. Tindakan pemulihan itu hanya bisa dilakukan Allah pencipta dan penguasa sejarah. Sebelum melangkah lebih lanjut, saya mau membagi Mazmur ini ke dalam tiga bagian, agar memudahkan kita memahaminya. Bagian pertama, ayat 1-4; bagian kedua, ayat 5-8; bagian ketiga, ayat 9-14. Jadi cukup panjang, meliputi empatbelas ayat. Dalam bagian berikut saya melihat bagian demi bagian mazmur ini.

Dalam bagian pertama (ayat 1-4), si pemazmur memulai doanya dengan menyapa Allah dan terutama menyebutkan tindakan yang dilakukan Allah selama ini dalam relasi dengan umatNya. Dari tiga pasang kata kerja yang dipakai di sini tampak jelas bahwa selama ini Allah telah bertindak dan melakukan sesuatu untuk memelihara dan menyelenggarakan hidup umatNya. Dalam ayat 2 dipakai kata kerja berkenan kepada tanah-Mu dan memulihkan keadaan Yakub. Itu berarti relasi antara Allah dengan tanah dan bangsa. Dalam ayat 3, disinggung sesuatu yang khas dalam relasi itu yakni dosa dan pelanggaran yang terjadi dan dilakukan umat; di sini dipakai kata kerja mengampuni dan menutupi segala dosa. Dalam ayat 4, yang terutama disinggung bukan lagi sisi umat, melainkan sisi Allah; dikatakan bahwa Allah menyurutkan gemas-Nya dan meredakan murka-Nya sehingga umat tidak binasa karenanya. Jadi, karena umat melakukan dosa dan banyak pelanggaran, maka Allahpun menjadi gemas dan murka, tetapi semuanya itu teratasi karena Allah sendiri menahan dan membendung badai amarah dan gemas itu. Pemazmur melihat dan mengalami bahwa semuanya itu terjadi dalam sejarah dan pengalaman hidup umat. Atas dasar itulah ia berani mengajukan doa permohonan dalam bagian berikut.

Dalam bagian kedua (ayat 5-8) kita mendengarkan doa permohonan yang dipanjatkan oleh pemazmur, tentu atas dasar pengalaman positif dalam sejarah mengenai relasi yang baik dengan Allah. Dalam ayat 5, pemazmur memohon agar Allah sudi memulihkan nasib mereka dan agar Allah menghentikan rasa sakit hati-Nya terhadap umat. Sesudah itu berturut-turut dalam ayat 6 dan 7 muncul dua pertanyaan retoris dalam untaian doa itu yang menantang Allah dalam kasih setia-Nya terhadap umat. Tentu diandaikan bahwa jawaban atas masing-masing pertanyaan retoris itu ialah jawaban positif, yaitu Allah tidak akan murka selama-lamanya terhadap umat dan Allah tidak akan melanjutkan murkanya turun temurun (ay 6). Jawaban positif yang diandaikan ada di balik pertanyaan retoris ayat 7 menyimpan keyakinan umat bahwa Tuhan tidak membiarkan umatNya mati binasa, sehingga tindakan dan karya Allah itu nanti menjadi sumber sukacita bagi umat. Akhirnya bagian ini diakhiri dalam ayat 8 dengan sebuah doa permohonan yang sangat terkenal karena kita sering mendengarnya sebagai refrein mazmur antar bacaan: Perlihatkanlah kepada kami kasih setia-Mu ya TUHAN. (Lihat buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya, hal.126, 140 dll).

Akhirnya kita sampai pada bagian ketiga (ayat 9-14). Ada beberapa hal yang ingin saya catat sehubungan dengan bagian ini. Pertama, bagian ini langsung dimulai dengan satu niat yang kuat dari pemazmur. Ia berniat memiliki hati dan budi yang lebih rela untuk mendengarkan Firman Allah, sebab ia yakin bahwa Allah mau menyampaikan kabar tentang damai kepada umat-Nya. Firman Allah mempunyai tujuan didaktis (edukatif) yaitu agar umat tidak kembali lagi kepada kebodohan yang sama yang selama ini telah merusak relasi mereka (supaya jangan mereka kembali kepada kebodohan?). Niat yang lantang ini dilandasi oleh sebuah keyakinan yang dilukiskan pemazmur dalam bagian sisa mazmur ini (ayat 10-14). Dalam ayat 10 misalnya ia menyatakan keyakinan bahwa keselamatan Allah dekat pada orang-orang yang takut kepadaNya dan hal itulah yang menyebabkan bahwa kemuliaan Allah berdiam di negeri mereka. Dalam ayat 11 muncul keyakinan yang lain dan ayat ini sangat terkenal, karena sering dipakai dalam sejarah perjuangan keadilan melawan penindasan. Dalam dunia modern ini, ayat-ayat ini sangat inspiratif di balik perjuangan teologi pembebasan di seluruh dunia. Sebaiknya saya kutip ayat ini: Kasih dan kesetiaan akan bertemu, keadilan dan damai sejahtera akan bercium-ciuman. Kondisi yang dilukiskan sebagai keadaan ideal dalam ayat 11 itu menghasilkan idealisme bahkan utopia yang lain: Kesetiaan akan tumbuh dari bumi, dan keadilan akan menjenguk dari langit. Hasil dari pendidikan Allah terhadap umat ialah bahwa umat itu lambat laun juga memiliki percikan-percikan sifat Allah sendiri yaitu kesetiaan. Jika umat mampu memperlihatkan kesetiaan itu, maka Allah dari langit akan menunjukkan keadilanNya. Ayat 13 melukiskan efek dari relasi positif itu, tidak hanya bagi manusia, melainkan juga bagi tanah, bagi bumi: Tuhan memberikan kebaikan, dan negeri kita akan memberikan hasilnya. Seluruh untaian mazmur ini diakhiri dengan sebuah metafor yang sangat indah yang melukiskan hasil positif dari relasi yang baik dan dipulihkan antara Allah dan umat. Keadilan Tuhan akan tampak di mana-mana dan keadilan dalam bentuk personifikasi akan meretas jalan bagi umat menuju kepada Allah: Keadilan akan berjalan di hadapan-Nya, dan akan membuat jejak kaki-Nya menjadi jalan.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...