Friday, April 27, 2012

MENIKMATI DAN MEMAHAMI MAZMUR 86

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Doa minta pertolongan. Berarti ada sebuah situasi negatif dan sangat esktrem yang mendorong pemazmur berteriak minta tolong. Mazmur ini termasuk cukup panjang yaitu terdiri atas 17 ayat. Sebagaimana biasa, untuk dapat memahaminya dengan baik dan mudah saya akan membagi mazmur ini ke dalam tiga bagian besar. Bagian pertama, ayat 1-7; bagian kedua, ayat 8-13; bagian ketiga, ayat 14-17. Selanjutnya dalam bagian berikut saya mencoba melihat mazmur ini bagian demi bagian untuk memudahkan proses pemahaman kita.

Secara khusus dalam dua ayat pertama, pemazmur meminta kepada Allah agar Allah sudi mengarahkan (mencondongkan) sungguh-sungguh telingaNya kepada doa dan keluh-kesah dia dari dalam relung-relung penderitaannya (ayat 1). Mazmur ini mirip dengan mazmur 55 yang juga menyinggung mengenai permohonan kepada Allah agar mencondongkan telinganya kepada permohonan umat. Mazmur 55 ini akrab di telinga kita karena dipakai sebagai mazmur antar bacaan juga (Buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya, hal.319 dll). Sedemikian gawatnya deritanya sehingga ia merasa sudah hampir binasa, sehingga dalam ayat 2 ia meminta agar Allah memelihara nyawanya dan menyelamatkan dia karena ia sangat yakin bahwa hidupnya itu benar; bahkan ia merasa bahwa dirinya adalah orang yang dikasihi Allah, orang yang percaya kepadaNya. Ia memohon kepada Allah agar nasib orang benar dan jujur jangan sampai menjadi sia-sia begitu saja. Permohonan itu dilanjutkan dalam ayat 3 dan 4 yang memohon agar Allah mengasihani dia dan membuat dia bersukacita; di sini ia memberi alasan bagi permohonannya itu: Engkau adalah Allahku dan aku berseru kepadaMu sepanjang hari dan kepada Allah-lah ia mengangkat jiwanya. Dalam ayat 5 dilukiskan dasar atau alasan lain mengapa ia berani meminta tolong kepada Allah; di sini disebutkan beberapa sifat Allah: baik dan suka mengampuni, berlimpah kasih setia. Itu sebabnya dalam ayat 6 ia mengulangi lagi permohonannya itu agar Allah sudi mendengarkan doanya. Akhirnya dalam ayat 7 ia menyatakan bahwa Tuhan akan menjawab dia pada hari kesesakanya tatkala ia berseru meminta tolong kepada Allah.

Bagian kedua dari mazmur ini sebagian besar melukiskan pujian pemazmur kepada Allah. Pertama-tama ia menegaskan bahwa Allah itu mahaagung dan tidak ada lagi yang lain seperti dia baik dalam esensi, eksistensi dan aksiNya. Semuanya serba sangat melampaui; tidak ada yang menandingi Dia (ay 8). Dalam ayat 9 dilukiskan sebuah keyakinan bahwa segala makhluk ciptaan Allah terutama manusia akan datang sujud menyembah Dia dan memuliakan nama-Nya. Hal itu terjadi karena Allah memang telah melakukan banyak perbuatan ajaib dan Allah itu mahabesar, Allahuakbar (ayat 10). Di dalam ke-akbar-anNya tiada lagi yang dapat menandingi Dia. Dalam ayat 11 muncul lagi sebuah permohonan dari pemazmur: ia meminta agar Allah sudi menunjukkan jalanNya kepada dia; tentu tujuannya ialah agar ia mengikuti jalan Tuhan itu. Tetapi tentu hal itu tidak mudah; maka ia juga memohon agar Allah sudi menguatkan hatinya, memberinya roh yang teguh dan tegar agar dapat melakukan niatnya itu, agar sungguh takut akan nama Tuhan. Rupanya doa permohonan ini sudah dikabulkan sehingga dalam dua ayat terakhir dari bagian ini pemazmur mengucapkan sebuah niat yang luhur: ia hendak mengucap syukur kepada Allah dengan segenap hatinya; ia hendak memuliakan nama Allah untuk selama-lamanya (ay 12); tentu ini tidak mudah. Ini semua disebabkan karena ia sudah mengalami kasih setia Tuhan. Wujud kongkret dari kasih setia itu ialah ia telah dilepaskan dari dunia orang mati (ayat 13).

Akhirnya kita sampai pada bagian ketiga dari mazmur ini. Di sini pemazmur secara kongkret melukiskan situasinya yang gawat; ternyata situasi hidupnya gawat karena ia dihimpit oleh orang yang angkuh dan sombong. Mereka ini berbahaya karena mereka merencanakan nista dan binasa bagi pemazmur dan tidak mempedulikan Allah (ay 14). Ini memang perpaduan yang sangat berbahaya. Jika orang tidak lagi peduli pada Allah, maka sesama manusia sudah tidak mempunyai nilai dan makna apapun lagi. Ateisme merupakan ancaman serius bagi manusia dan kemanusiaan. Tetapi si pemazmur ini tidak gentar sedikitpun di hadapan gempuran orang-orang sombong, angkuh dan ateistik itu, karena ia percaya akan kasih setia, kesabaran, dan kerahiman Allah (ay 15). Praksis pemazmur ini menjadi prototipe dan arketipe dari praksis doa kerahiman ilahi yang sangat merebak dalam gereja dewasa ini, sebuah gejala yang baik tentu saja. Karena ia sangat percaya kepada Allah maka si pemazmur itu memohon agar Allah sudi berpaling kepadanya dan menunjukkan belas kasih-Nya kepadanya. Ia meminta kekuatan kepada Allah. Ia bahkan memohon sebuah mukjizat (tanda ajaib) kepada Allah agar orang-orang yang selama ini mengancam hidupnya dan mereka itu tidak takut akan Allah, semoga dengan itu akan menjadi takut akan Allah. Semoga dengan itu mereka menjadi malu dan sedikit terdorong kepada pertobatan danperubahan hidup. Memang praksis hidup orang beriman, yang percaya kepada Allah dimaksudkan juga untuk mengikis ateisme dari muka bumi ini, walau hal itu tidak serba mudah. Selalu saja ada orang-orang yang sombong dan angkuh hatinya yang tidak percaya kepada Allah, dan karena itu menjadi sumber ancaman abadi bagi sesama manusia. Tetapi itu tidak berarti bahwa ancaman itu hanya datang dari ateisme; sebab nyatanya sesama manusia juga bisa terancam oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan juga. Jelas ini sebuah ironi yang tragis dan menyedihkan.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...