Thursday, June 25, 2020

YUDA BEN HUR

Oleh: Fransiskus Borgias

 

Kemarin saya sudah menulis tentang Paul Meier. Saya menulis tentang Paul Meier sebagai salah satu orang yang mempraktekkan suatu pandangan dan keyakinan tertentu tentang kemampuan dan kekuatan daya khayal atau mungkin lebih tepat daya imajinasi manusia. Jauh sebelumnya saya menulis tentang Murray Bodo OFM, yang dalam pengantar bukunya tentang santa Klara mengatakan bahwa daya khayal manusia bisa menyimpan dan mengingat kenangan historis dengan suatu cara yang lain dan berbeda dari cara sejarah mencatat dan mengingat kenangan tersebut. Ternyata pandangan dan keyakinan itu dipraktekkan oleh banyak orang. Kemarin saya sudah mengemukakan bagaimana Paul Meier, melalui bukunya Pontius Pilatus itu, dengan sangat mahir memperlihatkan dan membuktikan kemampuan itu. Pada hari ini saya mau menulis tentang seorang yang lain yaitu Lewis Wallace.

Menurut pengamatan saya, Lewis Wallace juga mempunyai pengalaman yang kurang lebih sama. Ia menulis buku yang sangat terkenal yang berjudul Ben Hur; saya mengangkat buku ini karena memang ada banyak sekali rajutan imajinasi yang kuat dan mengagumkan di dalam buku itu. Tetapi di sini saya hanya mau focus pada bagian terakhir dari buku itu.

Di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru khususnya Kisah Para Rasul kita membaca bahwa Paulus memulai kariernya sebagai seorang pewarta iman Kristiani dari kota Antiokhia. Ada sebuah kesan yang kuat bahwa di kota itu sudah ada sebuah komunitas Kristiani yang mapan di sana, jauh mendahului Paulus. Termasuk di dalamnya adalah orang-orang seperti Barnabas. Orang ini diduga adalah orang berada. Kis 11:26, memberi kita sebuah informasi penting, yaitu bahwa di Antiokhialah mereka untuk pertama kalinya disebut Kristianoi.

Saat ada krisis kelaparan dan kekeringan di tanah Yudea, jemaat di Antiokhia ini yang sedikit makmur dan mapan, membantu mereka dengan bantuan pangan. Paulus-lah orang yang membawa bantuan tersebut. Nah, dari mana atau dari siapakah sumbangan itu berasal? Tentu sumbangan dan bantuan itu kiranya berasal dari hasil kolekte para anggota jemaat Kristianoi yang ada di kota Antiokhia tersebut.

Tetapi di dalam daya imajinasi historis Lewis Wallace, ada satu nama yang menjadi sponsor utama untuk tersedianya bantuan tersebut. Orang itu adalah Yuda Ben Hur. Orang ini adalah seorang yang sangat kaya. Ia menjadi kaya karena sebuah nasib baik, yaitu mendapat warisan dari seorang Hakim Roma, yang telah mengambil dan mengangkatnya sebagai seorang anak angkat. Ben Hur ini juga menjadi kaya karena ia mendapat harta warisan keluarga Hur, yang selama ini dikelola dengan sangat baik oleh bekas budak keluarga mereka, Simonides, yang menjalankan roda bisnis dan ekonominya dari kota pelabuhan, Antiokhia, yang memang terletak di pinggir sungai besar, Orontes itu.

Nah menurut Lewis Wallace bantuan yang dikirim ke Yerusalem itu terutama sekali disponsori oleh Yuda Ben Hur ini, yang memang menjadi sangat kaya, sebagaimana sudah dilukiskan di atas tadi. Solidaritas antara kaum beriman akhirnya memang mampu mengatasi dan melewati krisis kemanusiaan akibat kelaparan dan kekeringan yang melanda negeri Yudea itu.

Masih dari Lewis Wallace ini. Imajinasi dia terus berlanjut tentang si orang kaya dari Antiokhia, Yuda Ben Hur tadi. Akhirnya, ia menjadi Kristiani. Orang ini ternyata sudah menjadi Kristiani. Ia menjadi Kristiani, dan ini sangat menarik, bukan karena peristiwa kebangkitan, sebagaimana orang-orang pada umumnya, melainkan justru karena balada penyaliban. Bagi dia balada penyaliban adalah sebuah momen penyingkapan, sebuah momen pewahyuan, sebuah momen theofani yang sangat penting dan mendasar. Pengalaman dia ini kurang lebih sama dengan pengalaman seorang prajurit yang menikam lambung Yesus dan setelah terpancar air dan dari lambung tersebut, ia pun menjadi percaya: sungguh orang ini adalah anak Allah (bdk. Mrk 15:38-38; Mat 27:54; Luk 23:47; Yoh 19:31-37).

Setelah ia menjadi Kristiani konon ia mula-mula menetap di Antiokhia dan melanjutkan bisnis keluarganya. Saat itu pada tahun 60an-70an terjadi pengejaran besar-besaran dan sistematis terhadap orang-orang Kristiani di Roma. Si Yuda Ben Hur ini, setelah didorong oleh manajernya, Simonines, Yuda dan keluarganya berangkat dan tinggal di kota Roma. Tujuan mereka hanya satu. Menyelamatkan orang-orang Kristiani yang ada di sana dari kejaran dan kekejaman tentara Nero, Kaisar yang maniak dan gila itu. Orang Kristiani di kota itu sangat sulit berdoa, karena mereka terus menerus direcoki oleh orang-orangnya Nero ini.

Karena itu, dengan kekayaan yang dimilikinya, Yuda Ben Hur pun, setelah tiba di Roma, bisa membangun ruang-ruang bawah tanah yang menjadi tempat persembunyian bagi orang-orang Kristiani. Tempat-tempat seperti itu sekaligus juga menjadi tempat orang Kristiani berkumpul dan berdoa. Tempat atau ruangan tersembunyi dan rahasia di bawah tanah tersebut disebut Katakomba.

Dalam daya imajinasi Lewis Wallace, katakomba itu hanya bisa dibangun oleh orang yang amat kaya raya, sebab ia bisa menyewa para pekerja dan juga bisa menutup mulut mereka agar katakomba itu tetap tersembunyi dan rahasia bagi masyarakat umum. Dikatakan juga bahwa lorong-lorong atau ruang-ruang di bawah tanah itu dilengkapi dengan symbol-simbol rahasia bagi orang Kristiani yang datang ke sana. Dan konon symbol yang paling popular ialah ikan, yang dalam Bahasa Yunani ialah ichtous. Lorong yang ditandai dengan gambar ichtous itu adalah lorong keselamatan. Dan masih ada banyak lagi kode-kode rahasia lain yang diambil dari ilham kitab suci.

Tetapi mengapa mereka memakai symbol rahasia ikan tersebut? Mereka memakai symbol tersebut karena bagi mereka symbol ikan, ichtous, tersebut mendapat makna baru. Selain ikan muncul di dalam mukjizat makan kenyang yang dikisahkan di dalam keempat injil, bagi orang-orang Kristiani purba kata ichtous itu mendapat pemaknaan baru. Bagi mereka ichtous itu adalah sebuah singkatan. I adalah huruf awal dari nama Yesus dalam Bahasa Yunani dan Latin, Iesus. Ch adalah (chi) huruf awal dari nama Kristus. Th adalah huruf awal dari kata theos dalam Bahasa Yunani yang artinya ialah Allah atau Tuhan. Ou adalah huruf awal dari kata Ouios dalam Bahasa Yunani yang artinya ialah anak atau putera. S adalah huruf pertama dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu Soter yang artinya ialah sang penyelamat.

Karena itu, kalau dibaca secara lengkap maka kata ichtous itu menjadi sebuah kalimat yang mengungkapkan iman Kristiani akan Yesus Kristus. Yaitu bahwa Yesus Kristus adalah Putera Allah sang Penyelamat. Itulah sebabnya tadi di atas sudah dikatakan bahwa saat orang-orang Kristiani purba melarikan diri ke dalam lubang-lubang rahasia itu di dalam tanah, mereka bisa selamat karena membaca pelbagai petunjuk atau kode sandi tersebut, yang tidak bisa dipahami oleh orang-orang lain. Rahasia itu dipegang teguh oleh mereka sehingga hal itu menjadi semacam pengetahun esoteric bagi mereka yang tersembunyi bagi orang-orang lain di luar kelompok mereka.

 

Penulis: Dosen Teologi Biblika pada Fakultas Filsafat UNPAR Bandung. Ketua Sekolah Kitab Suci Keuskupan Bandung.

 


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...