Oleh: Fransiskus Borgias
Kemarin saya sudah menulis
tentang Paul Meier. Saya menulis tentang Paul Meier sebagai salah satu orang
yang mempraktekkan suatu pandangan dan keyakinan tertentu tentang kemampuan dan
kekuatan daya khayal atau mungkin lebih tepat daya imajinasi manusia. Jauh
sebelumnya saya menulis tentang Murray Bodo OFM, yang dalam pengantar bukunya
tentang santa Klara mengatakan bahwa daya khayal manusia bisa menyimpan dan
mengingat kenangan historis dengan suatu cara yang lain dan berbeda dari cara
sejarah mencatat dan mengingat kenangan tersebut. Ternyata pandangan dan
keyakinan itu dipraktekkan oleh banyak orang. Kemarin saya sudah mengemukakan
bagaimana Paul Meier, melalui bukunya Pontius
Pilatus itu, dengan sangat mahir memperlihatkan dan membuktikan kemampuan
itu. Pada hari ini saya mau menulis tentang seorang yang lain yaitu Lewis
Wallace.
Menurut pengamatan saya, Lewis Wallace
juga mempunyai pengalaman yang kurang lebih sama. Ia menulis buku yang sangat
terkenal yang berjudul Ben Hur; saya
mengangkat buku ini karena memang ada banyak sekali rajutan imajinasi yang kuat
dan mengagumkan di dalam buku itu. Tetapi di sini
saya hanya mau focus pada bagian terakhir dari buku itu.
Di dalam Kitab Suci Perjanjian
Baru khususnya Kisah Para Rasul kita membaca bahwa Paulus memulai kariernya
sebagai seorang pewarta iman Kristiani dari kota Antiokhia. Ada sebuah kesan
yang kuat bahwa di kota itu sudah ada sebuah komunitas Kristiani yang mapan di
sana, jauh mendahului Paulus. Termasuk di dalamnya adalah orang-orang seperti
Barnabas. Orang ini diduga adalah orang berada. Kis 11:26, memberi kita sebuah
informasi penting, yaitu bahwa di Antiokhialah mereka untuk pertama kalinya
disebut Kristianoi.
Saat ada krisis kelaparan dan
kekeringan di tanah Yudea, jemaat di Antiokhia ini yang sedikit makmur dan
mapan, membantu mereka dengan bantuan pangan. Paulus-lah orang yang membawa
bantuan tersebut. Nah, dari mana atau dari siapakah sumbangan itu berasal?
Tentu sumbangan dan bantuan itu kiranya berasal dari hasil kolekte para anggota
jemaat Kristianoi yang ada di kota Antiokhia tersebut.
Tetapi di dalam daya imajinasi
historis Lewis Wallace, ada satu nama yang menjadi sponsor utama untuk
tersedianya bantuan tersebut. Orang itu adalah Yuda Ben Hur. Orang ini adalah
seorang yang sangat kaya. Ia menjadi kaya karena sebuah nasib baik, yaitu
mendapat warisan dari seorang Hakim Roma, yang telah mengambil dan mengangkatnya
sebagai seorang anak angkat. Ben Hur ini juga menjadi kaya karena ia mendapat
harta warisan keluarga Hur, yang selama ini dikelola dengan sangat baik oleh
bekas budak keluarga mereka, Simonides, yang menjalankan roda bisnis dan
ekonominya dari kota pelabuhan, Antiokhia, yang memang terletak di pinggir
sungai besar, Orontes itu.
Nah menurut Lewis Wallace bantuan
yang dikirim ke Yerusalem itu terutama sekali disponsori oleh Yuda Ben Hur ini,
yang memang menjadi sangat kaya, sebagaimana sudah dilukiskan di atas tadi. Solidaritas
antara kaum beriman akhirnya memang mampu mengatasi dan melewati krisis
kemanusiaan akibat kelaparan dan kekeringan yang melanda negeri Yudea itu.
Masih dari Lewis Wallace ini.
Imajinasi dia terus berlanjut tentang si orang kaya dari Antiokhia, Yuda Ben
Hur tadi. Akhirnya, ia menjadi Kristiani. Orang ini ternyata sudah menjadi
Kristiani. Ia menjadi Kristiani, dan ini sangat menarik, bukan karena peristiwa
kebangkitan, sebagaimana orang-orang pada umumnya, melainkan justru karena
balada penyaliban. Bagi dia balada penyaliban adalah sebuah momen penyingkapan,
sebuah momen pewahyuan, sebuah momen theofani yang sangat penting dan mendasar.
Pengalaman dia ini kurang lebih sama dengan pengalaman seorang prajurit
yang menikam lambung Yesus dan setelah terpancar air dan dari lambung
tersebut, ia pun menjadi percaya: sungguh orang ini adalah anak Allah (bdk.
Mrk 15:38-38; Mat 27:54; Luk 23:47; Yoh 19:31-37).
Setelah ia menjadi Kristiani konon
ia mula-mula menetap di Antiokhia dan melanjutkan bisnis keluarganya. Saat
itu pada tahun 60an-70an terjadi pengejaran besar-besaran dan sistematis
terhadap orang-orang Kristiani di Roma. Si Yuda Ben Hur ini, setelah didorong
oleh manajernya, Simonines, Yuda dan keluarganya berangkat dan tinggal di kota
Roma. Tujuan mereka hanya satu. Menyelamatkan orang-orang Kristiani yang ada di
sana dari kejaran dan kekejaman tentara Nero, Kaisar yang maniak dan gila itu.
Orang Kristiani di kota itu sangat sulit berdoa, karena mereka terus menerus
direcoki oleh orang-orangnya Nero ini.
Karena
itu, dengan kekayaan yang dimilikinya, Yuda Ben Hur pun, setelah tiba di Roma,
bisa membangun ruang-ruang bawah tanah yang menjadi tempat persembunyian bagi
orang-orang Kristiani. Tempat-tempat seperti itu sekaligus juga menjadi tempat
orang Kristiani berkumpul dan berdoa. Tempat atau
ruangan tersembunyi dan rahasia di bawah tanah tersebut disebut Katakomba.
Dalam
daya imajinasi Lewis Wallace, katakomba itu hanya bisa dibangun oleh orang yang
amat kaya raya, sebab ia bisa menyewa para pekerja dan juga bisa menutup mulut
mereka agar katakomba itu tetap tersembunyi dan rahasia bagi masyarakat umum. Dikatakan
juga bahwa lorong-lorong atau ruang-ruang di bawah tanah itu dilengkapi dengan symbol-simbol
rahasia bagi orang Kristiani yang datang ke sana. Dan konon symbol yang paling popular
ialah ikan, yang dalam Bahasa Yunani ialah ichtous. Lorong yang ditandai dengan
gambar ichtous itu adalah lorong keselamatan. Dan masih ada banyak lagi
kode-kode rahasia lain yang diambil dari ilham kitab suci.
Tetapi mengapa mereka memakai symbol
rahasia ikan tersebut? Mereka memakai symbol tersebut karena bagi mereka symbol
ikan, ichtous, tersebut mendapat makna baru. Selain ikan muncul di dalam
mukjizat makan kenyang yang dikisahkan di dalam keempat injil, bagi orang-orang
Kristiani purba kata ichtous itu mendapat pemaknaan baru. Bagi mereka ichtous
itu adalah sebuah singkatan. I adalah huruf awal dari nama Yesus dalam Bahasa Yunani
dan Latin, Iesus. Ch adalah (chi) huruf awal dari nama Kristus. Th adalah
huruf awal dari kata theos dalam Bahasa Yunani yang artinya ialah Allah atau
Tuhan. Ou adalah huruf awal dari kata Ouios dalam Bahasa Yunani yang artinya
ialah anak atau putera. S adalah huruf pertama dari kata dalam Bahasa Yunani
yaitu Soter yang artinya ialah sang penyelamat.
Karena
itu, kalau dibaca secara lengkap maka kata ichtous itu menjadi sebuah kalimat
yang mengungkapkan iman Kristiani akan Yesus Kristus. Yaitu bahwa Yesus Kristus
adalah Putera Allah sang Penyelamat. Itulah sebabnya tadi di atas sudah
dikatakan bahwa saat orang-orang Kristiani purba melarikan diri ke dalam
lubang-lubang rahasia itu di dalam tanah, mereka bisa selamat karena membaca
pelbagai petunjuk atau kode sandi tersebut, yang tidak bisa dipahami oleh
orang-orang lain. Rahasia itu dipegang teguh oleh mereka sehingga hal itu
menjadi semacam pengetahun esoteric bagi mereka yang tersembunyi bagi
orang-orang lain di luar kelompok mereka.
Penulis: Dosen Teologi Biblika
pada Fakultas Filsafat UNPAR Bandung. Ketua Sekolah Kitab Suci Keuskupan
Bandung.
No comments:
Post a Comment