Sunday, May 10, 2020

ATG - “MEREBUT” TOKOH FRANSISKUS ASISI

Oleh: Fransiskus Borgias
Dosen dan peneliti pada Fakultas Filsafat UNPAR, Bandung. Ketua Sekolah Kitab Suci Keuskupan Bandung.



Selama saya di Seminari Pius XII Kisol, saya belum pernah mendengar nama G.K.Chesterton dan nama besar lainnya, seperti Kardinal John Henry Newmann, Etienne Gilson, sekadar menyebut beberapa. Memang tidak perlu juga saya harus mengetahui nama-nama itu di tingkat itu. Tetapi waktu di Kisol saya banyak mengetahui nama santo-santa karena sering dibaca sebagai bacaan rohani. Misalnya, waktu di Seminari Kisol saya membaca tentang St.Fransiskus Asisi, St.Ignatius Loyola, St.Agustinus dari Hippo, St.Benediktus dari Nursia, St.Dominikus, dll. Saya juga menyebut beberapa santa, seperti Sta.Monika, Sta.Klara di Offreducio (Klara dari Asisi).

Tahun 1981 saya tamat dari Kisol. Lalu kami memutuskan, apakah berhenti ataukah terus ke seminari tinggi. Saya memutuskan untuk terus ke seminari tinggi, karena ingin menjadi imam. Saat itu ada lagu yang saya hafal sejak hari-hari pertama di Seminari. Sepotong syairnya berbunyi sbb: “…supaya aku menjadi, imam suci sejati, supaya aku menjadi imam suci sejati.” Itu lagu komunio yang terkait dengan Hati Kudus Yesus. Awalnya berbunyi sbb: “O hati imam Kristus sah, kembara hanya tegal jiwa… etc…” Bagian akhirnya, sudah dikutip. Syair itu terus bergema saat saya tamat, Hehehe... Setelah memutuskan untuk terus ke seminari tinggi, tinggal satu keputusan lagi yang harus diambil. Harus lanjut ke seminari tinggi mana. Dari pengenalan saya akan beberapa ordo dan kongregasi akhirnya saya memilih lanjut ke OFM. Saat itu kami bersama-sama beberapa teman: saya, Paskalis, Karel Jande. Kami tiga dari Kisol. Setelah tiba di Pagal kami bertemu dengan beberapa teman kelas: ada Peter Aman, ada Yosef Hambur, ada juga Heri Ngabut dan beberapa teman lainnya.

Di postulat OFM kami ada kelas pengenalan spiritualitas dan tradisi hidup fransiskan. Salah satu pembina kami waktu itu ialah Bapa Cypri Aur. Kelas beliaulah yang memperkenalkan saya dengan beberapa nama besar. Dalam kelas itu bapa Cypri meminta kami membaca buku Pater Dr.N.G.M. Van Doornik, MSC yang menulis disertasi tentang Fransiskus. Judulnya, FRANSISKUS, NABI BAGI MASA KINI. Buku itu sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh SEKAFI tahun 1976, dalam rangka merayakan 800 tahun gerakan Fransiskus Asisi yang dirayakan dalam beberapa event dan dengan beberapa moto menarik. Salah satu moto yang saya ingat ialah kaos-kaos sederhana fransiskan yang bertuliskan: Einfach Leben wie Franziscus.
Di postulant tidak mudah bagi sasya untuk memahami buku itu. Itu sebabnya di novisiat saya membaca buku itu lagi dengan tekun. Tidak mudah juga, terutama karena munculnya beberapa nama yang belum saya ketahui latar belakang mereka dan urusan mereka dengan bapa Serafik. Akhirnya, sesudah ceramah awal Oktober 1982, saya memberanikan diri lagi mendatangi pater CG di kamarnya dengan membawa van Doornik. “Mau tanya tentang ini Pater.” Dia ambil buku itu. “Hemmm… ini buku tidak mudah. Mau tanya apa?” “Saya bingung pater, karena ada beberapa nama yang ternyata Protestan, Paul Sabatier, Ernest Renan dan G.K.Chesterton, tetapi mereka omong tentang Fransiskus.” “Hehehe…. Fransiskus milik semua orang. Tetapi dua nama tadi memang mau “merebut” Fransiskus dan menjadikannya orang bebas dan kalau sudah bebas, dijadikan Protestan. Chesterton, itu Katolik, melawan mereka. Begitu. Van Doornik itu seperti dalang dalam buku ini. Mula-mula ia tampilkan Sabatier dan Renan, kemudian ia tampilkan Chesterton.” “Oh begitu.” Saya tertegun. “Sudah.” Kata pater lagi. Itu pertanda saya harus pulang. “Terima kasih pater,” kata saya sambil keluar.

Setelah penjelasan singkat pater CG akhirnya pemahaman saya semakin jelas. Nama besar sejarawan dan teolog protestan Perancis P.Sabatier. Juga nama besar filsuf, E.Renan. Juga Perancis. Kedua orang ini mempunyai agenda yang sama, mau melepaskan Fransiskus dari “cengkeraman” Gereja Katolik Roma, terlebih dari tahta suci kepausan. Klaim mereka tidak main-main. Terutama P.Sabatier, sebagai ahli sejarah dan teologi, mengatakan bahwa sebenarnya Fransiskus itu bukan Katolik. Ia adalah sosok pembaharu yang bergerak bebas di luar sistem lembaga, bertiup seperti hembusan angin ke mana saja ia mau dan dari mana saja ia datang. Nah, proses romanisasi, vatikanisasi, dan bahkan klerikalisasi Fransiskus Asisi terjadi mula-mula melalui Uskup Asisi, Guido, dan kemudian melalui Kardinal Hugolino yang berperan sebagai Cardinal Protector bagi gerakan Fransiskus. Kalau semua hal itu tidak ada, maka Fransiskus adalah orang bebas, di luar system, apalagi system Roma. Kira-kira begitu pendapat Sabatier yang didukung Renan. Itu sejauh yang saya tangkap dan pahami.

Berkaitan dengan klaim kedua pakar Protestan tersebut, muncul nama besar lain yaitu Gilbert Keith Chesterton. Dengan lantang suara Chesterton ini ditampilkan van Doornick dengan kurang lebih mengatakan bahwa Fransiskus, sejak dini adalah Katolik Roma. Atas kehendaknya sendiri, dan dengan tuntunan dan ilham Roh Kudus ia meminta bimbingan tahta suci, dalam bentuk Cardinal Protector agar tidak menyimpang. Adalah inisiatif Fransiskus sendiri yang dengan susah payah datang ke Roma (jalan kaki lho) untuk meminta tuntunan dan bimbingan. Hal itu sangat perlu mengingat saat itu ada banyak sekali gerakan kaum penitent yang mirip Fransiskus, tetapi membangkang dan karena itu menyimpang dari gereja Roma yang kudus. Salah satu kelompok yang terkenal ialah yang berasal dari Perancis selatan yaitu Kaum Albigensians (Cathari). Di Italia sendiri terkenallah Petrus Waldo yang mengawali gerakan “gereja” Waldensians yang bersamaan dengan gerakan Fransiskus merayakan 800 tahun beberapa tahun silam. Chesterton dengan gigih mengatakan Fransiskus adalah tokoh katolik sejati. Pendapat itu sejalan dengan banyak ahli fransiskanologi lainnya yang amat menekankan ketaatan Fransiskus kepada Bapa Suci. Kalau tiga abad kemudian, Ignatius dari Loyola juga mencanangkan ketaatan kepada Tahta Suci sebagai salah satu ciri khasnya, maka hal itu sudah diupayakan oleh Fransiskus atas kesadaran dan kemauannya sendiri untuk menempatkan seluruh hidup dan gerakannya dalam naungan dan dekapan jubah uskup sebagaimana disimbolkan dengan sangat baik oleh peristiwa di alun-alun Asisi, di mana saat Fransiskus menanggalkan semua busana bapanya, lalu ia dirangkul oleh uskup Guido dengan jubah kebesarannya sebagai uskup. Dengan itu Fransiskus berada di bawah tahta suci. Tidak bisa direbut oleh Sabatier dan Renan. Direbut dalam rangka untuk dijadikan protestan.

Di sini saya tiba-tiba teringat akan peristiwa di awal-awal kematian Fransiskus. Ada beberapa buku sumber riwayat hidup yang menceritakan bahwa jenazah Fransiskus pernah jadi rebutan antar kota agar dikuburkan di kota mereka. Tetapi akhirnya, Asisi, kota kelahirannya yang menang, dan ia memang lahir di sana, meninggal di sana, dan dimakamkan di sana, tetap dalam dekapan tahta suci, dalam dan melalui contoh teladan ketaatannya yang tidak terbantahkan kepada Roma, ROME SWEET HOME.

18 comments:

Unknown said...

Terimakasih bung Frans utk sharingnya. Selamat utk blognya ini. Pertama kali berkunjung. Terimakasih tentang "rebutan" Fransiskus Asisi, tambahan pengetahuan ttg salah satu tokoh idola keteladanan kesahajaan dan harmoni semesta.
Mangadar Situmorang

yoseph said...

Memperkuat iman kekatolikan saya dari cara hidup yang meneladani Tuhan kita Yesus Kristus. Terima kasih pa Frans atas tulisannya yang sangat bagus, saya menanti artikel selanjutnya.

canticumsolis said...

Wow....
what a blessing in disguise i have this morning....
blog ku mendapat kunjungan pak Rektor Unpar...
terima kasih banyak pak Mangadar... telah sudi mampir di sini...
benar-benar di luar dugaanku... ngga nyangka sama sekali...

ya saya hanya berusaha menggali ingatan-ingatan saya dlm bingkai perjumpaan dengan pater cletus groenen... ofm....

canticumsolis said...

brader Yoseph...
terima kasih sudah sudi mampir di sini... syukur jika catatan-2 saya ini ada gunanya juga... salam damai... terima kasih kalau sudi menunggu catatan-catatan yg berikut... tetapi ini brader Yoseph yang mana ya? soalnya tidak ada identitas yang cukup jelas di sini... anyway trima kasih yah...

Unknown said...


Fransiskus asisi memang seorang nabi. Keseluruhan hidupnya adalah kesaksian akan hidup yesus. Di saat saat dosa terhadap bumi makin besar, fransiskus asisi adalah peringatan keras seorang nabi.

canticumsolis said...

terima kasih yah saudara anonim...
sudah mengkonfirmasi tentang kesaksian hidup fransiskus asisi ini...
saya sependapat dengan itu.
saya kira itu sebabnya paus fransiskus menulis ensiklik laudato si...
salam damai...

Unknown said...

Teriimakasih Ase Frans untuk tulisan yg sabgat informatif ini. Memang, terus terang, saya sendiri masih mempertanyakan Paul A. Sabatier itu. Sabatier yg saya kenal, tentu saja karena buku karyanya, adl seorang penulis dan juga dosen yg fokus membahas ttg Kebijakan Publik. Kebertulan saya punya buku yg dieditori ole Sabatier itu. Andaikan ada dua Sabatier, betapa untungnya saya telah membaca tulisan ini. Tabe.

canticumsolis said...

Untuk Komentator terakhir ini, walaupun tidak ada namanya, tetapi karena menyebut nama sabatier yang sama, saya tahu orangnya. Kaka Pius, terima kasih banyak sudah sudi mampir memberi catatan dan komentar di sini... menurut saya kaka, dari penelusuran saya di google kemarian, kebetulan dua orang itu punya nama yang sama.
Tetapi agar lengkap informasinya, Sabatier yg sejarawan dan ahli teologi ini nama lengkapnya ialah Charles Paul Marie Sabatier. lahir 3 Agustus 1858, wafat 4 Maret 1928. Tamat dari Protestant Faculty of Theology in Paris.
Urusan dia dengan saya dan fransiskan ialah karena orang ini adalah orang pertama yang menulis riwayat hidup Fransiskus dalam jaman modern... hehehehe... begitu dulu kaka...

Cupertinho said...

Trims Bapa atas tulisannya, lagi. Saya memang sering berandai-andai: "Andaikata Sejarah Sejarah keselamatan dibaca dengan paradigma "Jalan Turun" (Fransiskus-Fransiskanisme) mungkin sejarah Gereja bahkan Dunia agak lain dari sekarang". Fransiskus memang sangat jenius karena mampu melihat Jalan Kerendahan itu. Saya secara secra pribadi tergugah setelah baca tulisan Bapa Frans kemarin ttg I Francis karya Carletto. Sampai sekarang saya belum pernah baca bukunya. Semoga satu saat bisa. Salam. Doakan saya.

canticumsolis said...

Terima kasih sudah sudi mampir di sini... sepertinya anda ini adalah brader fransiskan... apakah masih frater ataukah sudah romo... Betul sekali pengandaian itu... saya punya tesis bahwa fransiskus lahir di dunia ini utk mereformasi kekristenan... tetapi rupanya tidak jalan juga... hehehe... tetapi lumayanlah, sudah mampu memberi visi spiritualias alternatif yang luar biasa... oh ya... saya anjurkan baca buku carlo carretto itu... I Fransis, AKU FRANSISKUS, terjemahan Herman Embuiru SVD... saya punya gagal terbit... hehehehe.... tetapi sudah sangat memperkaya saya... salam damai...

Cupertinho said...

Barangkali karena jalannya kecil,tersembunyi, merendah dan pinggiran makanya kelihatan 'tidak jalan', yah seperti Yesus yg dikira gagal juga, karena kematianNya. Atau sebaliknya bisa benar seperti tuduhan P.Sabatier dan E. Renan, jalan Turun Yesus dibelokkan, jejak Kristus yg diikuti Fransiskus dibungkam, tidak hanya oleh Gereja tetapi juga mungkin oleh para saudara.(insert. Peter John Olivi diperiksa 10 Teolog Fransiskan dan kemudian oleh Gereja dianggap sesaat. ) Begitulah konsekuensi 'Jalan Turun' Hahah maaf terkesan curhat hhhhh. Iya Bapa, saya Fransiskan. Mohon tanggapan.heheee

canticumsolis said...

wow diskusi makin menukik... saya sendiri melihatnya begini... tatkala fransiskus masih menghidupi cita-cita ideal spiritualitasnya sebagai gerakan, maka idealisme injil itu bisa diwujudkan. Lalu menjadi lain ceritanya tatkala idealisme itu dikungkung dalam sebuah struktur organisasi besar... itulah tragedi yang disebut van doornik dengan sebutan "dari dinamika ke struktur". tatkala masih sebagai sebuah dinamika, ia hidup, ia menarik. ketika sebagai struktur, ia menjadi lamban, dan bahkan struktur itu bisa mematikan roh dan bahkan para saudara sendiri. akan halnya Peter John Olivi, memang saat itu pertengahan abad ketigabelas ada kontroversi besar antara imam-imam projo terutama di paris melawan dua ordo mendicantes. cara hidup mendicantes ini dituduh bidaah oleh imam-imam projo tersebut. saya lupa nama tokoh mereka. untuk itulah para fransiskan dimotori bona dan dominikan dimotori tomas, melawan dengan menegaskan satu ide dasar bahwa hidup miskin itu vita apostolica et vita evangelica. dan mereka menang... peter olivi terhanyut di dalam persoalan itu, dan persoalan lainnya, terkait dengan tafsir atas kemiskinan.... apakah boleh longgar, ataukan SINE GLOSA... spt dikatakan Fransiskus kalau tidak salah dalam wasiatnya... hahahaha...

Cupertinho said...

Hahae Trims Bapa, atas tanggapan yg mencerahkan.Yah, struktur, organisasi dst bersengkarut juga dengan Kuasa dan Pengetahuan, mungkin. Bisa membelokkan Semangat awal apalagi di tangan 'orang-orang sombong' macam saya ini.Doakan dan nasihati. Salam.

canticumsolis said...

Ya.... kira-kira begitulah duduk perkaranya....
tetapi kalau di dalam Ordo hanya ada Brader Yoseph Cupertino itu dulu, tanpa ada Bonaventura, hehehehehe.... entah menjadi seperti apa yah ORDO tercinta ini... Saya kira perlu dua-duanya sekaligus... si orang saleh yang lugu seperti Yoseph Cupertino dan orang pintar seperti Bonaventura, yang juga saleh... kombinasi seperti Bonaentura itu yg susah... saleh dan pintar... hehehehehe.... tetapi selama semuanya diusahakan dengan niat dan maksud yang baik untuk berada dalam jalur bapa serafik, saya kira tidak apa-apa... juga kalau ada nyerong-2 dikit... hahahahaha.... ini kelonggaran... ini sudah GLOSA... melawan SINE GLOSA... ad Litteram... ad litteram... sine glossa...

Cupertinho said...

Trims Bapa. Bonaventura memang menjadi seolah-olah pendiri kedua, barangkali karena dia menawarkan modus vivendi baru dari dua kubu yg berseberangan. Hahah tantangan pimpinan. Tetapi menyisakan tanya, kenapa struktur tidak bisa mengakomodasi kaum spiritualis dengan banyak variannya, observantes, fraticelli dst tetapi malah menggabungkannya menjadi OFM? Hmm Atau, tepatnya: kenapa dinamika harus tunduk pada struktur? Apakah itu yg namanya ketaatan? Seperti contoh Pater CG? Barang kali itu jalan Kerendahan hati, jalan turun, kah? Hehe Bonaventura memang jenius. Hhhh semoga sebut Cupertino ni bukan karena nama komentator ni o...hhhhhh saya bahagia benar dapat pencerahan dan humornya yg menarik dr Bpa...Trims Bapa. Gbu

Cupertinho said...

Sorry, sebut Pater CG maksudnya contoh kasus Tembok Bitora di cerita sebelumnya .hahahhae

Unknown said...

wah Brother Cupertino...
terima kasih atas diskusi yang menarik ini...
tidak semua bisa saya jawab... maka tidak saya jawab...
dinamika itu hanya bisa hidup sebagai gerakan pribadi...
begitu dia diikuti banyak orang, maka perlu struktur...
saat menjadi struktur, maka dinamika itu lalu menjadi kaku, baku, beku, mati...
hehehehe.... begitulah kira-kira...

mengenai singgung si Cupertino.... sy tidak menyinggung Brother lah...
saya pun dengan sadar menulis di comment saya CUPERTINO without H... hahahaha...
jadi jelas, itu bukan menyinggung Brother...

canticumsolis said...

diskusi tentang BONAVENTURA... juga merupakan sebuah pokok besar...dalam sejarah ordo...
ada yang berpendapat bahwa Bonaventura adalah THE SECOND FOUNDER OF THE ORDER... Menurut pandangan ini, Ordonya tetap satu dan sama, tetapi pendirinya ada dua dan pendiri kedua ini memberi sebuah daya vitalitas baru kepada ordo.

di kubu lain, ada juga yang berpendapat bahwa Bonaventura adalah THE FOUNDER OF THE SECOND ORDER. hehehehe.... menurut pendapat ini, Ordonya sudah berbeda, dan ordo baru ini didirikan oleh Bonaventura. Masing-masing punya argumen historis yang sangat kuat untuk mendukung posisi masing-masing...

akan halnya pendapat saya pribadi... apakah bonaventura itu the second founder of the order, ataukah dia itu adalah the founder of the second order? Saya lebih suka memilih pendapat yang pertama: Bonaventura was the second founder of the order...

argumen saya ialah, bahwa Bonaventura, saat mau mengadakan pembaharuan itu, pergi ke Laverna untuk menimba sedikit dari pengalaman spiritualitas dan pengalaman mistri Fransiskus di sana. Tindakan ini dari Bonaventura, bagi saya sangat simbolik. Ia mau memberi isyarat bahwa ia mau mengadakan pembaharuan Ordo tetapi tetap di bawah sayap-sayap naungan Fransiskus....

diskusi besar ini kira-kira sama seperti diskusi besar tentang awal mula gereja. apakah kekristenan itu berasal dari Yesus ataukah dari Paulus? ada yang bilang dari Yesus. ada yang bilang dari Paulus. masing-masing punya argumen kuat. Tetapi saya punya pendapat bahwa itu berasal dari Yesus. Paulus berjuang mendirikan gereja di mana-mana karena didorong dan digerakkan oleh roh Yesus sendiri. kira-kira begitu...

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...