Sunday, December 23, 2018

TRANSEAMUS USQUE BETHLEHEM

Oleh: Dr.Fransiskus Borgias MA.
Dosen Teologi dan Filsafat FF-UNPAR Bandung. Anggota LBI dan ISBI
.



Dalam tradisi Kristiani ada banyak sekali lagu natal. Ada yang sudah klasik. Ada juga lagu natal hasil gubahan masa kini. Salah satu lagu Natal yang sudah klasik ialah yang berjudul Transeamus usque Bethlehem. Tulisan ini dimaksudkan untuk membuat catatan tentang lagu tersebut. Sebelum melangkah lebih lanjut terlebih dahulu saya cantumkan teks lagu itu di sini.

Teksnya berbunyi demikian: “Transeamus usque Bethlehem, et videamus hoc verbum quod factum est. Mariam et Joseph, et infantem positum in praesepio. Gloria in excelsis Deo. Et in terra pax hominibus bonaevoluntatis. Audiamus multitudinem militiae coelestis laudantium Deum.” Jika teks lagu itu dipersingkat maka itulah beberapa baris pesan dasarnya. Pesan dasar itu dapat diterjemahkan dengan agak bebas sebagai berikut: “Marilah kita ke Betlehem, dan melihat berita yang disampaikan. Maria dan Yusuf, dan bayi terbaring di palungan. Kemuliaan kepada Allah di tempat tinggi. Dan damai di bumi bagi manusia yang berkehendak baik. Kami mendengar banyak balatentara surgawi memuji Allah.”

Setiap kali menyanyikan lagu ini, imajinasi religius saya selalu teringat akan cerita Lukas (Luk 2:8-20). Memang teks lagu ini dibuat berdasarkan inspirasi yang sangat kuat dari Injil Lukas, yang tidak hanya menginspirasi pengarang lagu, melainkan juga mengilhami seniman pelukis. Betapa sangat banyak karya lukisan dan ukiran dibuat oleh seniman Kristiani dengan menimba dari cerita Lukas itu.

Menurut cerita Lukas, Maria dan Yusuf tinggal di Nazaret. Tetapi karena ada titah Kaisar Agustus agar semua penduduk kembali ke kota asal mereka untuk cacah jiwa (sensus), maka Yusuf yang berasal dari Betlehem (karena ia keturunan Daud) kembali ke Betlehem (Luk 2:1-7). Karena sangat banyak orang datang ke Betlehem, maka Maria dan Yusuf tidak kebagian penginapan. Bukan karena orang Betlehem tidak mau menerima, melainkan karena semua sudah penuh. Karena itu, menurut Lukas, Maria melahirkan anaknya di tempat lain di luar Betlehem (tetapi masih dekat kota). Ia membungkusnya dengan kain lampin (semacam bedong) lalu dibaringkannya dalam palungan (praesepium). Sesungguhnya tidak begitu jelas deskripsi tempat kelahiran itu dalam kisah Lukas. Tetapi kita bisa konstruksi demikian: ada palungan. Itu adalah semacam box untuk menaruh makanan ternak saat makanan itu diberikan kepada ternak. Ada juga pelukisan tentang gembala. Mereka sedang bertugas menjaga kawanan ternak mereka.

Saat kelahiran itu terjadi di sekitar Betlehem, terjadilah peristiwa penampakan di padang penggembalaan di sekitar kota kecil itu. Ada malaekat yang hadir di tengah para gembala. Kehadirannya membuat malam itu menjadi bercahaya. Para gembala sangat ketakutan, sebab penampakan itu terjadi begitu saja secara tiba-tiba di tengah rutinitas hidup mereka sehari-hari, tanpa terduga-duga. Tetapi malaekat itu menenangkan mereka. Saat itulah malaekat itu menyampaikan kabar sukacita: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11). Inilah inti Maklumat Natal.

Malaekat itu juga memberikan pengenal khas bayi yang baru lahir itu. Mungkin tanda kain lampin itu agak umum (setiap bayi yang baru lahir dibedong dengan pembungkus agar tidak kedinginan). Tetapi yang paling khas ialah terbaring di palungan (praesepium-o) (ay 12). Begitu malaekat itu selesai menyampaikan maklumat natal itu, tiba-tiba tampaklah sejumlah besar bala tentara surgawi, yang dalam teks lagu di atas disebut multitudinem militiae coelestis (Luk 2:13). Mereka tidak berdiri bengong melainkan melambungkan pujian bagi Allah. Beginilah isi pujian itu: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.” (Luk 2:14). Dalam bahasa Latin yang dikutip teks lagu di atas tadi berbunyi: “Gloria in excelsis Deo, et in terra pax hominibus bonaevoluntatis.” Dalam injil Lukas tidak ada pelukisan mengenai bagaimana reaksi para gembala itu. Tetapi kita dapat membayangkan secara imajinatif bahwa mereka terkejut, tercampur rasa takut, dan rasa heran yang luar biasa. Malam itu menjadi terang benderang dan sangat ramai karena kehadiran dan suara pujian para malaekat itu.

Setelah mendengar pemberitahuan malaekat itu, dan para malaekat (bala tentara surgawi tadi) sudah meninggalkan mereka, para gembala itu mengajak satu sama lain untuk ke Betlehem: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (ay.15). Kalimat inilah yang dipakai di dalam teks lagu di atas tadi di bagian awal: “Transeamus usque Bethlehem, et videamus hoc verbum quod factum est.” Kiranya para gembala itu bergegas ke Betlehem (cepat-cepat berangkat, ay 16). Di sana mereka menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring dalam palungan. Itulah yang diungkapkan dalam lagu di atas dengan kalimat Latin ini: Mariam et Yoseph, et infantem positum in praesepio.

Setelah menganalisis lagu tersebut dengan cara seperti di atas tadi, saya berharap pembaca menjadi sadar bahwa pengarang syair lagu itu benar-benar menimba dari teks Injil. Saat ia mengarang teks lagu natal ini, ia tidak hanya asal mengarang saja, melainkan mencoba mengacu kepada informasi yang berasal dari Injil. Kiranya itulah yang seharusnya menjadi patokan dasar bagi para pengarang lagu kita dewasa ini dalam upaya mengarang lagu-lagu gereja sesuai dengan masa liturgis gereja yang ada. Kreatifitas dan daya imajinasi dibatasi dengan apa yang dikatakan dalam Injil. Dengan memakai pendekatan itu, sesungguhnya cukup banyak teks lagu gerejani yang bisa diciptakan dengan menimba ilham Kitab Suci. Hal itu mungkin, asal orang tekun melakukannya.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...