Sunday, December 23, 2018

MENERIMA YESUS YANG LAHIR

Oleh: Dr.Fransiskus Borgias MA
Dosen Teologi dan Filsafat FF-UNPAR Bandung. Anggota LBI dan ISBI



Sekarang tanggal 23 Desember. Besok 24 Desember. Besok sore pukul 17.00 itulah Misa Sore/Malam Natal Pertama di Paroki kami di Santo Martinus, Lanud Sulaiman, Bandung. Kali ini saya bertugas menjadi dirigen karena isteriku harus membantu kelompok sopran yang tidak begitu kuat. Saya berharap semoga semuanya berjalan dengan baik. Menjelang perayaan Natal seperti ini, entah mengapa, selalu saja ada sebuah perasaan haru-indah yang masuk dan melanda ke dalam hati. Mungkin karena Natal itu adalah sebuah pesta keluarga, sebuah pesta romantis, sebuah pesta nostalgia, kelahiran.

Sebagai persiapan natal tahun ini saya membaca kembali sebuah buku lama yang saya terjemahkan dulu. Terjemahan itu diterbitkan Kanisius tahun 1995. Itu hasil karya seorang ahli Kitab Suci Katolik Amerika, imam kongregasi Saint Sulpice bernama Raymond E.Brown (REB). Judul buku itu dalam bahasa Inggris ialah: An Adult Christ at Christmas. Dalam terjemahan bahasa Indonesia judulnya ialah: Kristus Yang Dewasa Pada Masa Natal. Sekarang saya membaca buku itu dalam teks Inggris. Sebagaimana buku Kedatangan Kristus Pada Masa Advent, yang sudah saya ulas sedikit dalam karangan lain, buku tentang Natal ini, merupakan versi populer dari buku babon beliau: The Birth of Messiah.

Mengenai buku ini saya ingin mengatakan dua hal. Pertama, buku ini merupakan gerak terakhir dari perjalanan wahyu Kristologis yang berjalan mundur. REB memberi istilah: Regresive Christology, atau Kristologi regresif, Kristologi yang bergerak mundur. Mungkin pembaca bertanya, bergerak mundur ke mana? Untuk menjelaskan hal itu baiklah saya jelaskan dengan cara ini.

Pengalaman iman paling fundamental orang Kristen perdana ialah perjumpaan dengan Kristus yang bangkit dari alam maut. Beberapa hari sebelumnya, mereka menyaksikan Yesus mengalami sakratulmaut setelah mengalami penderitaan yang mengerikan berupa penyaliban. Yesus mati secara amat terhina di salib. Para pengikut itu sudah memakamkan Yesus di tempat yang layak setelah meminta ijin penguasa. Tanpa diduga-duga, tiga hari (hari ketiga) sesudah peristiwa kematian itu tiba-tiba Yesus menampakkan Diri dan memberitahukan bahwa Ia bangkit dari mati. Pengalaman itu begitu mencengangkan bagi mereka. Ketercengangan itu, mendorong mereka, yang tadinya dilanda ketakutan ngeri, mulai bergerak mewartakan pengalaman dan peristiwa agung itu.

Saat mereka mewartakan peristiwa agung yang mencengangkan itu, ada yang menerimanya dan percaya. Ada juga yang tidak percaya dan menolak. Mereka yang menolak, tentu tidak akan berurusan apa-apa lagi dengan hal itu. Sedangkan mereka menerima, peristiwa itu menjadi pokok dan dasar iman mereka. Mereka begitu yakin dengan kepercayaan itu sehingga mereka tidak bisa diam. Mereka terus bergerak untuk mewartakannya dan bersaksi tentang peristiwa mendasar itu. Saat mereka mewartakan hal itu, bisa dibayangkan bahwa terbangun apa yang oleh E.Schillebeeckx disebut cathecetical relationship, relasi kateketis. Yang dimaksudkan ialah sbb: saat para murid perdana mewartakan kabar kebangkitan Kristus, para pendengar yang menerima dan percaya, karena didorong rasa ingin tahu yang dalam, bertanya kepada para pewarta itu. Pertanyaan mereka ialah: Kristus yang menderita sengsara, wafat, dan bangkit ini, dulunya seperti apa?

Karena ditantang oleh pertanyaan seperti itu dalam relasi kateketis, maka para pewarta awal mula itu pun mulai menyusun, dalam bentuk ingatan kolektif dan personal, pelbagai macam ingatan akan Yesus yang berkarya di muka umum. Dari situ muncul koleksi beberapa ajaran dan nasihat Yesus. Dari situ juga muncul koleksi beberapa kesaksian tentang mukjizat yang pernah dikerjakan Yesus. Sejak itu tersedia dua koleksi ingatan akan peristiwa Yesus. Pertama, ingatan akan peristiwa sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus. Kedua, ingatan akan peristiwa Yesus berkarya di depan umum.

Ternyata gelombang relasi kateketis itu tidak berhenti di situ. Setelah mendapat cerita tentang Yesus yang tampil di muka umum, muncul pertanyaan lain dari para pendengar yang ingin tahu, tentang masa kecil Yesus. Markus tidak memiliki kisah masa kanak-kanak (The Infancy Narratives). Kisah-kisah itu hanya kita dapatkan dari Matius dan Lukas. Kedua penginjil ini menceritakan kepada kita kisah masa kanak-kanak Yesus yang oleh REB diulas secara mendalam dalam buku The Birth of Messiah tadi. Yohanes melangkah lebih jauh lagi, melampaui kelahiran itu sendiri. Yohanes berbicara tentang pada awal mula, en arche, kesaksian tentang Kristologi pra-eksistensi. Keempat injil yang kita miliki tidak menyinggung masa-masa remaja dan masa Yesus sebagai pemuda. Sebab menurut kisah Lukas, kisah masa kanak-kanak itu diakhiri dengan usia duabelas tahun. Diduga saat Yesus tampil berkarya di muka umum, ia berusia 29-30 tahun. Maka kita tidak tahu apa-apa tentang tahun-tahun yang gelap itu (the missing years in the life of Jesus). Ada banyak spekulasi apokrif tentang hal itu. Tetapi saya tidak membahas hal itu di sini. Saya saya cukupkan sampai di sini saja ulasan itu.

Akhirnya, ini yang kedua, saya hanya mau mengatakan bahwa menurut REB, pola yang terjadi pada peristiwa warta kebangkitan, juga terjadi pada pola warta atau kisah kelahiran. Ada yang menerima dan menjadi percaya. Itu diwakili oleh para gembala (Lukas) dan tiga raja dari Timur (Matius). Yang menolak diwakili Raja Herodes yang mencoba membunuh Yesus (Matius). Kisah penolakan itu kita rasakan juga dalam kisah-kisah Natal ini.

Sebagai orang Kristen tentu kita akan terus menggemakan kisah-kisah penerimaan akan Yesus walau tidak usah terlalu heran bahwa akan selalu ada orang yang menolaknya juga sekarang ini. Tetapi kita jangan berkecil hati. Sebab Yesus sendiri juga sudah ditolak. Sebagai para pengikut kita tidak bisa berharap akan nasib yang lebih baik. Urusan kita ialah menerima Yesus itu dan mewartakan Dia dengan cara dan kesaksian hidup kita. Sebab itu yang paling kuat dan penting.

2 comments:

Unknown said...

Menarik sekali kae.. Tentu akan lebih paripurna jika suatu saat diulas juga masa remaja Yesus.. Tabe

canticumsolis said...

Tentang masa Remaja dan masa Yesus sebagai pemuda, kita tidak tahu banyak bahkan tidak tahu apa-apa, sebab injil-injil tidak menceritakan hal itu. Jadi, saya tidak akan mengulas tentang hal itu e ase.... tabe ga....

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...