Wednesday, December 5, 2018

FEMINISME KEBABLASAN

Oleh: Dr.Fransiskus Borgias M.
Dosen Biblika Fakultas Filsafat UNPAR Bandung, anggota LBI.




Beberapa waktu yang lalu di beberapa WAG yang saya ikuti, beredar sebuah video yang berisi rekaman aksi demo kaum feminis radikal di Buenos Aires yang menuntut agar Paus Fransiskus dibunuh, Gereja Katolik dibubarkan, aksi pembakaran Patung Bunda Maria di sebuah Katedral. Untuk membendung aksi yang rada brutal itu, ada Kelompok para Lelaki yang membentuk pagar betis melindungi gereja; kelompok para lelaki ini melakukan perlawanan sambil berdoa Salam Maria dalam bahasa Spanyol. Di hadapan mereka ada dua orang wanita telanjang dan berperilaku sangat provokatif dan erotis terhadap para lelaki tersebut yang menghadapi mereka dengan sangat tenang sambil berdoa.

Seorang teman di WAG bertanya: Ini Fenomena apa ya? Secara singkat saya berkata sebagai berikut: Ini adalah gerakan kaum feminis di Amerika Latin (persisnya di Argentina) radikal yang menolak segala bentuk dominasi dan supremasi kaum pria (dominasi patriarki, supremasi kuriarkis), dan gereja Katolik dipandang sebagai salah satu bentuk dan lambang dominasi serta supremasi itu. Itulah sebabnya serangan itu diarahkan kepada Gereja Katolik dan Paus sebagai representasi institusional dan personal (semacam corporate-personality) dari dominasi dan supremasi itu. Di dalam Gereja (Katolik) itu tentu saja ada pelbagai macam praktik devosi kepada Bunda Maria, yang dituding selama berabad-abad telah melestarikan dominasi dan supremasi itu. Secara pribadi saya menduga bahwa ada unsur Amerika di belakangnya; Amerika yang protestan itu kiranya mau menggoncang-goncang sendi-sendi dan sentrum Kekatolikan di Amerika Latin, mulai di negara asal Paus, Argentina. Jadi, boleh jadi atau patut diduga bahwa ada kekuatan duit kapitalis Amerika Serikat di sana. Diakui ataupun tidak diakui. Saya menduga bahwa ini adalah bagian utuh dari gelombang dan badai yang menggoncang Gereja Katolik yang seakan-akan tiada habis-habisnya terutama yang paling seru ialah kasus pedofilia yang menimpa beberapa keuskupan di Amerika Serikat, Irlandia, Austria, dan di pelbagai negara yang lainnya.

Setelah menonton video provokatif dan erotis tersebut, saya tiba-tiba teringat akan sebuah buku novel rekaan yang saya beli pada tahun 1983 di sebuah tokoh buku di Yogya. Nama toko buku itu Liberty yang kalau tidak salah ingat terletak di kawasan Malioboro. Entahlah, apakah toko buku itu masih ada dewasa ini. Judul buku yang saya beli itu sangat provokatif: “Bunuh Semua Laki-laki.” Buku itu diterbitkan oleh Penerbit Liberty Yogyakarta. Buku itu tidak terlalu tebal. Sebuah buku yang tipis saja. Sayang sekali bahwa sekarang ini saya sudah lupa nama pengarangnya. Yang pasti itu adalah sebuah buku terjemahan dari bahasa Inggris. Sayang juga buku itu sudah hilang dari koleksi buku-buku saya. Tetapi isinya tidak pernah saya lupakan hingga sekarang ini. Ada pun isi pokok buku itu dapat diringkaskan sebagai berikut ini.

Dalam sebuah kota muncul sebuah kelompok wanita radikal yang tidak suka akan laki-laki. Mereka menolak dominasi dan supremasi kaum pria di muka bumi ini. Mereka menolak dunia dan masyarakat yang dikuasai kaum pria. Mereka mencita-citakan sebuah dunia dan masyarakat tanpa laki-laki (semacam maleless world atau maleless society; kedua istilah ini berasal dari saya sendiri). Maka dari sini muncullah sebuah ide yang sangat gila dan liar, yakni ide untuk membayangkan satu dunia yang dikuasai kaum wanita, sebuah dunia yang serba terbalik dari apa yang kini ada dan berlaku. Tetapi hal itu tidak serba gampang. Hal itu tidak akan dapat diwujudkan kalau struktur dunia lelaki yang sekarang ini masih ada. Pasti akan muncul banyak rintangan dan keberatan dari kaum lelaki. Oleh karena itu, mereka mau membunuh semua lelaki. Kalau semua lelaki sudah mati terbunuh maka akan muncul sebuah tatanan dunia dan masyarakat baru yang didominasi oleh kaum perempuan saja. Nah dalam dunia yang baru itu nanti para lelaki boleh dimunculkan lagi. Tetapi lelaki yang muncul itu adalah lelaki yang baru sama sekali yang tidak diracuni oleh tata dunia lama. Sebaliknya, lelaki yang akan dimunculkan kembali itu, akan tunduk sepenuhnya pada kaum wanita.

Sebagai persiapan ke arah itu mereka membangun sebuah bank-sperma untuk menampung sperma. Nanti kalau semua kaum lelaki sudah mati, maka dalam dunia baru itu, laki-laki akan dimunculkan lagi dari benih-benih sperma yang sudah disimpan di dalam bank sperma tadi. Persiapan yang kedua digagas oleh seorang dokter perempuan yang sangat cerdas (yang menjadi sang penggagas ide gila tersebut sekaligus menjadi pemimpin gerakan tersebut). Untuk tujuan itu, ia lalu menciptakan sebuah zat kimia yang ketika ditebarkan ke udara, akan mematikan semua kaum pria, karena mereka berstruktur kromosom XY. Paduan kromosom XX (jadi, wanita) akan luput dan bertahan hidup. Jadi, ini semacam program pembasmian dan pembantaian kaum pria, tetapi aksi tidak boleh berlangsung kejam dan berdarah-darah. Harus cara yang halus dan ilmiah seperti yang sudah diungkapkan tadi.

Persiapan ketiga, membentuk sebuah pasukan perempuan pamungkas. Mengapa begitu? Karena ternyata zat Kimia tadi tidak akan mampu mematikan kromosom XY yang berdarah 0. Nah, pasukan pamungkas tadi dibentuk untuk dengan kekuatan senjata modern membasmi kaum pria (XY) yang berdarah 0. Ketika zat kimia itu mulai disebar di udara, maka mati lemas semua kaum pria, dengan gejala-gejala seperti sesak nafas, tubuh membengkak dan membiru, lalu mati dan mengering (tidak membusuk). Ketika menyaksikan hal itu kaum pria pun segera sadar akan adanya keanehan yang dirancang seperti ini. Maka kaum pria yang berdarah 0 pun mulai juga membentuk pasukan pembelaan diri dan juga perlawanan. Demi survive, demi bertahan hidup.

Mula-mula mereka sulit melakukan perlawanan. Teapi tetap ada peluang. Dokter perempuan sang pemimpin tadi sudah mengindoktrinasi agar semua kaum perempuan membenci lelaki dan melupakan semua lelaki. Kita bisa membangun dunia baru tanpa laki-laki. Kalau kita butuh laki-laki nanti kita bisa memunculkan lagi mereka dari sperma di Bank data kita. Tetapi lelaki yang muncul itu nanti adalah lelaki yang dikuasai perempuan.

Tetapi rupanya indoktrinasi itu tidak efektif. Ada satu perempuan anggota pauskan elit tadi yang jatuh cinta lama pada seorang pria berdarah 0. Cinta mereka sangat kuat. Tidak luntur oleh indoktrinasi dan bayangan akan dunia baru. Nah perempuan tentara inilah yang membocorkan rahasia kepada kaum pria, sehingga kaum pria mampu membangun strategi perlawanan yang jitu. Setelah rahasia mereka terbongkar, maka perlawanan pun diarahkan kepada si Dokter sang otak utama. Kalau dokter itu sudah mati, maka gerakan itu akan mati juga. Dan betul demikian. Pesan cerita: tidak mungkin wanita tanpa ada pria.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...