Monday, November 12, 2018

MENIKMATI KIDUNG AGUNG 1:7-17

Oleh: Fransiskus Borgias M.
(Dosen Biblika FF UNPAR Bandung; anggota LBI).


Kid 1:7-8: Kekasih, yang dalam ay 4 disebut “raja,” di sini disebut gembala dan “jantung hatiku” (bdk., 3:1-4). Si Kekasih (perempuan) berusaha mengetahui cara menemukan kekasihnya (pria). Ia bertanya di mana si kekasih (kakanda, gembala) menggembalakan dombanya di petang hari agar bisa menemaninya. Pertanyaan “di mana”, menandakan adanya motif pencarian. Ungkapan “jantung hatiku” menandakan betapa dalamnya cinta si Kekasih (perempuan). Ungkapan “teman-temanmu” (ay 7) hanya ada di sini dan 8:13. Kiranya sama dengan “para puteri” atau “gadis-gadis”. Bedanya, mereka tidak berbicara. Ay 8 agak susah dipahami. Di sini puteri itu berbicara kepada dirinya: jika engkau tak tahu (ay 8a). Ia menyebut diri “jelita di antara wanita-wanita” (bdk., 5:9; 6:1). Walau ayat ini dimulai dengan ungkapan kebingungan (dalam “jika engkau tak tahu” tadi), tetapi kita tahu bahwa kekasih perempuan itu tahu di mana harus mencari sang gembala, kekasih hati. Caranya mudah: ikutilah jejak-jejak domba (ay 8b), pasti engkau menemukan kekasih di sana. Bila sudah bertemu, tidak usah pergi jauh-jauh lagi, melainkan harus menggembalakan anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala (ay 8c), agar selalu dekat dengan pujaan hati.

Kid 1:9-11: Dalam bagian ini kita mendengar kedua kekasih (laki-laki dan perempuan) saling memuji. Dalam bagian awal kita mendengar pujian mempelai pria kepada mempelai perempuan. Ia mengumpamakan kemolekan tubuh sang kekasih dengan kemolekan tubuh kuda betina dari kereta-kereta Firaun (ay 9). Ia memiliki pipi molek (ay 10) yang semakin molek karena aneka perhiasan. Lehernya jenjang menawan karena dihiasi kalung. Melihat semua keindahan itu, si kekasih pun seakan berjanji kepada dirinya bahwa dia akan membuat perhiasan dari emas dan manik-manik dari perak (ay 11) bagi sang kekasih, untuk menambah kemolekannya.

Kid 1:12-14: Di sini kita mendengar pujian mempelai perempuan untuk kekasihnya. Kita membayangkan bahwa kekasih perempuan mendekati kekasih yang duduk di mejanya (ay 12a); saat mendekati itulah ia merasakan aroma semerbak minyak wangi yang dipakai sang raja (ay 12b). Lalu terlontarlah sebuah ungkapan yang terkenal dalam sejarah tafsir mistik atas kalimat itu. Si perempuan mengumpamakan kekasihnya dengan sebungkus mur (sejenis damar harum; dulu dipakai sebagai minyak wangi; ay 13a). Itu adalah barang berharga mahal, karena barang import. Karena sangat berharga, maka mur itu ditempatkan di tempat paling istimewa, di antara buah dadaku (ay 13b). Kemudian ia mengibaratkan kekasihnya itu dengan setangkai bunga pacar (yang daunnya dipakai untuk mewarnai kuku) yang tumbuh di kebun Anggur di En Gedi (ay 14).

Kid 1:15-17: Pujian kekasih perempuan tadi mendapat balasan di sini. Kini yang bicara ialah kekasih pria. Ia mulai dengan memuji kecantikan sang kekasih. Dua kali ia menyebut kata cantik ditambah sebutan manis (ay 15). Agak sulit kita memahami metafora kuno di akhir ay 15 itu; ia mengumpamakan mata kekasihnya dengan merpati. Yang digambarkan ialah gerak bola mata sang kekasih yang lincah seperti merpati. Tetapi yang dimaksudkan ialah sesuatu yang positif, bukan mata liar atau jelalatan, tetapi bola mata yang lincah dan bening, cantik, indah. Dalam ayat 16 ia memakai kosa kata lain untuk memuji sang kekasih, yaitu tampan. Ketampannnya amat menarik. Ia membayangkan bahwa nanti kalau mereka seketiduran kekasih pria itu akan mengalami petiduran sejuk. Tidak panas, tidak gerah. Kekasih pria itu membayangkan rumah mereka terbuat dari kayu aras (kayu bermutu dari Libanon). Begitu juga dinding rumahnya terbuat dari kayu bermutu yaitu kayu eru (sejenis cemara, Casuarina equisetifolia). Ini juga import dari utara (Libanon yang subur, indah, permai).

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...