Sunday, October 14, 2018

MENIKMATI KIDUNG AGUNG 1:2-2:7

Oleh: Fransiskus Borgias M.
Dosen Teologi Biblika FF-UNPAR Bandung.



Prolog 1:2-2:7: Bagian ini adalah prolog (pengantar) untuk seluruh kitab. Pengantar sebuah karya puitik atau karya dramatik biasanya berfungsi sebagai pengantar untuk seluruh kitab. Begitu juga di sini: Prolog ini berfungsi sebagai pengantar seluruh kitab. Dalam bagian ini kita temukan beberapa aktifitas yang dilakukan. Pertama, secara singkat orang melukiskan tokoh yang ada; kedua, juga mencoba membangun panggung tempat mereka (tokoh tadi) memerankan diri; ketiga, orang juga memberi petunjuk mengenai tema yang dikembangkan dalam seluruh Kitab.


Dalam banyak hal pengantar Kidung Agung ini mirip dengan lagu atau musik pembuka dalam sebuah karya-agung musikal. Tema besar terdengar singkat dan padat ditelinga, masuk kesadaran orang, kemudian berlalu. Satu melodi menyatu dengan mudah dalam kesadaran orang dan dengan itu ia pun segera berlalu. Tidak ada sesuatu pun yang dikembangkan lebih dalam lagi di sini. Pengarang membangun situasinya. Begitu juga para pendengar. Ia masuk dan berusaha mendengarkan semua dengan baik agar kelak bisa memahami dengan lebih baik juga. Dalam bagian ini tidak seluruh prolog itu dibahas. Saya hanya membahas dua unit: Kid 1:2-4 dan Kid 1:5-6. Bagian lain akan dibahas dalam ulasan yang akan datang.


Kid 1:2-4: Bagian Prolog tadi dimulai dengan seruan yang mengandung rindu dari sang Kekasih (ay 2). Dalam tiga ayat ini dengan sangat cepat kita melihat pergonta-gantian antara diri orang ketiga (ia) ke diri orang kedua (mu, engkau). Ini adalah sebuah gejala yang khas dalam Puisi Ibrani (bdk.,Mzm 23) dan puisi cinta; karena itu kita tidak usah mempersoalkannya dan tidak usah juga membuat kita bingung. Sebab para kekasih itu sering menyapa satu sama lain dalam diri orang ketiga (ia) dalam Kidung ini, dan sering juga dengan mudah berganti atau bergeser ke diri orang kedua (mu; bdk.1:12; 2:1-3; 4:6; 7:10).


Pada bagian ini Sang Kekasih itu sendirian. Sedangkan yang Dikasihinya berada jauh. Dia (she) mengungkapkan rasa rindunya akan kecupan sang kekasih pria. Ia mengibaratkan kecupan cinta itu dengan seteguk anggur manis (bdk.8:2b); bahkan kecupan itu lebih nikmat dari anggur (ay 2). Kemudian perlambang yang dipakai beralih dari citarasa kecap (taste; ay 2) ke citarasa aroma (scent; ay 3). Di sini (ay 3) nama sang Kekasih diibaratkan dengan wewangian yang tercurah. Itulah daya tarik yang menyebabkan banyak perempuan jatuh cinta kepadanya (ay 3). Si Kekasih (perempuan) menyebut sang Kekasih pria dengan sebutan “raja” (ay 4). Sebutan itu dimaksudkan untuk menekankan betapa dia (Kekasih) itu sempurna dan pantas dirindukan. Para Puteri Yerusalem terlibat dalam dialog (percakapan) dengan memuji sang Kekasih. Di sini kita boleh membayangkan mereka itu (para kekasih) sebagai para sahabat ataupun dayang-dayang pengiring Mempelai Perempuan (lihat Hak 11:34-38; Mat 25:1).


Kid 1:5-6: Di sini kita melihat bagaimana si Kekasih Perempuan itu menyapa para Puteri Yerusalem tadi. Ia melukiskan diri sebagai perempuan hitam tetapi cantik (ay 5). Ada dua metafora dipakai dalam pelukisan itu: 1). Kemah orang Kedar (qedar artinya hitam), dan 2) Tirai-tirai orang Salma (lambang keindahan dan kemewahan). Si Kekasih (Perempuan) itu menghendaki agar para puteri tidak usah mempedulikan kulitnya yang hitam; sebab ia menjadi hitam karena terbakar terik mentari (ay 6). Perubahan warna kulit itu terjadi karena saudaranya lelaki, dalam amarah mereka (tidak dijelaskan mengapa marah) menyuruh dia bekerja di kebun anggur.


Beberapa kata yang dipakai dalam ay 6 ini membangun kaitan dengan bagian akhir Kidung (bdk. 8:8-9; 8:11-12) dan memperkenalkan ibunda sang Kekasih yang disebut beberapa kali dalam teks (3:4; 6:9; 8:2). Menarik bahwa Kekasih (perempuan) itu menyebut diri kebun anggur. Hasil kebun anggur itulah yang ia persembahkan kepada Kekasihnya dalam seluruh Kitab itu. Bersambung...

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...