Wednesday, March 7, 2018

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 147

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Pemazmur adalah orang yang percaya. Ia tidak mempersoalkan keberadaan Allah sebab ia percaya. Ia melampaui diskusi mendasar itu. Seperti penulis Kitab Kejadian yang mengawali kitabnya bukan dengan membahas keberadaan Allah, melainkan berbicara tentang Allah yaitu menciptakan semesta. Di sini pemazmur melampaui wacana keberadaan Allah dan langsung berbicara tentang “Kekuasaan dan kemurahan TUHAN”, judul Mazmur 147, mazmur Hallel kedua. Mazmur ini cukup panjang, ada 20 ayat. Untuk menikmatinya saya membaginya dalam tiga unit berdasarkan dinamika teks. Bagian I: ayat 1-6. Bagian II: ayat 7-11. Bagian III: ayat 12-20. Saya mulai dengan yang pertama.

Pemazmur memulai mazmur ini dengan Hallel, Pujilah. Ia memuji Tuhan dengan bermazmur. Hal itu ia pandang baik, indah, dan menyenangkan. Lebih dari itu aksi memuji Tuhan dipandangnya sebagai sesuatu yang layak dilakukan manusia (ay 1). Dasar pujian ialah karena beberapa perbuatan atau karya Tuhan. Ayat 2 menyebutkan bahwa Tuhan membangun Yerusalem, lalu mengumpulkan Israel yang tercerai-berai. Yerusalem dibangun untuk dijadikan ibukota pemersatu Israel (ay 2). Ia tidak hanya membangun kota (tatanan politis); Ia juga membangun manusia, orang perorangan, terutama yang mempunyai masalah dengan hati (patah hati) dan mengalami luka (luka jasmani, luka batin) (ay 3). Dalam ayat 4 pemazmur melayangkan pandangannya ke angkasa yaitu ke pekerjaan Tuhan di sana. Tuhan menentukan jumlah bintang dan menamai mereka. Dalam ayat 6 khusus dilukiskan karya Tuhan terhadap orang tertindas. Biasanya orang tertindas tunduk karena merasa kalah, malu dan rendah (inferioritas kompleks). Tetapi Tuhan menaikkan harga diri mereka. Sebaliknya, orang fasik dicampakkan ke bumi. Menyadari semuanya itu, ayat 5 menegaskan bahwa Tuhan itu besar, amat perkasa dan bijaksana. Keakbaran, keperkasaan, dan kebijaksanaanNya tampak dalam karya-Nya menciptakan alam semesta dan mengatur hidup manusia.

Bagian II (7-11) dimulai dengan ajakan pemazmur agar manusia memuji Tuhan dengan lagu syukur dan iringan alat musik (kecapi) (ay 7). Ada juga alasan untuk pujian tersebut. Misalnya disebutkan bahwa Tuhan yang mendatangkan kesuburan dengan menurunkan hujan dari langit. Itulah yang menyuburkan bumi, gunung, dan perbukitan sehingga tumbuh rerumputan (pakan ternak) (ay 8). Dengan itu Tuhan menyelenggarakan hidup hewan. Tuhan memberi makanan kepada hewan, juga anak burung gagak (melambangkan kengerian) (ay 9). Agak sulit memahami ayat 10. Mungkin yang dimaksud ialah kuda pelengkapan perang, dan kaki laki-laki yang dimaksud ialah kaki tentara. Jika ini benar maka Tuhan dilukiskan sebagai anti perang, tidak suka kekerasan (ay 10). Baik kuda maupun kaki laki-laki melambangkan keangkuhan yang bisa membuat orang lupa Tuhan. Tuhan suka kepada orang yang takwa dan yang berharap akan kasih setia-Nya (ay 11).

Bagian III diawali dengan ajakan agar manusia memuji Allah. Secara khusus disebutkan dua nama tempat: Yerusalem dan (bukit) Sion. Kedua tempat itu melambangkan penghuninya maupun orang yang memiliki ikatan emosional dengan keduanya. Mereka dipanggil pemazmur untuk memuji dan memuliakan Tuhan (ay 12). Dalam ayat 13-19 ada beberapa alasan bagi pujian. Misalnya, dalam ay 13 dikatakan bahwa Tuhan yang membuat gerbang Yerusalem kokoh sehingga tidak ditembusi musuh dan dengan itu Tuhan menjamin hidup manusia (terutama anak-anak; tidak terancam musuh). Itulah berkat hidup yang nyata bagi mereka (mereka hidup aman dalam Yerusalem). Tuhan memberi kesejahteraan kepada wilayah kerajaan dan tidak membiarkan mereka lapar melainkan membuat mereka kenyang dengan gandum bermutu tinggi (ay 14). Tidak mudah memahami ayat 15. Tetapi saya terpikir tentang karya penciptaan pada awal mula di mana Tuhan berfirman dan dengan firman itu segala sesuatu ada. Ayat ini bisa dipahami secara harfiah, yaitu Tuhan menyampaikan firmanNya kepada manusia dengan pengantaraan para nabi. Melalui nabi firman Tuhan tersebar ke seluruh dunia.

Dilukiskan juga penyelenggaraan Tuhan terkait pengatur suhu: Ia menurunkan salju agar bumi tidak panas, begitu juga embun beku mendatangkan kesejukan dan keindahan (ay 16). Dalam ayat 17 disinggung penyelenggaraan Tuhan atas ciptaan, dalam hal ini ialah air batu (hujan es). Hal itu melambangkan kemahakuasaan-Nya dan di hadapan kemahakuasaan itu tidak ada makhluk yang bisa bertahan hidup. Tetapi alam semesta taat kepada perintahNya: alam yang dingin membeku tiba-tiba berubah mencair karena taat pada perintahNya dan saat semuanya mencair maka ia mengalir menjadi sungai (ay 18). Tuhan tidak hanya menyampaikan firman-Nya ke atas alam, melainkan secara khusus menyampaikan firman-Nya kepada Yakub. Tuhan memberikan ketetapanNya kepada Israel (ay 19). Hal itu memperlihatkan kedudukan istimewa Israel di antara segala bangsa, sebab dalam ayat 20 dikatakan bahwa hal seperti itu tidak dilakukan Tuhan kepada bangsa lain. Karena itu, bangsa lain pun tidak mengenal hukum-hukum Tuhan. Sebagaimana di awal dimulai dengan Hallel, maka di akhir mazmur ini ditutup dengan pekik Hallel juga. Pujilah.


Bandung, Natal 2017.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...