Wednesday, January 31, 2018

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 146

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Mulai dari Mazmur 146 sampai Mazmur 150, oleh para ahli kitab suci, disebut Mazmur Hallel. Itu disebabkan karena kelima Mazmur tersebut selalu diawali dan diakhiri dengan seruan Halleluya (Pujilah Yahweh/Tuhan). Jika dilihat dengan cara seperti ini, maka boleh dikatakan bahwa seluruh koleksi 150 Mazmur ini akhirnya dipuncaki dengan seruan Hallel tersebut. Seluruh perjalanan ziarah dalam tonggak-tonggak mazmur itu bermuara pada pekik Hallel. Dan hal itu bagi saya terasa sangat luar biasa karena akhirnya puncak seluruh ziarah kita dalam mendalami Mazmur-mazmur ini bermuara pada seruan “Pujilah Tuhan” (Laudate Dominum) itu sendiri. Tentang apakah Mazmur ini? Mari kita lihat.

Ada banyak tokoh penolong dalam hidup manusia. Bahkan dalam dunia perfilman modern (Holywood) dewasa ini, ada banyak tokoh penolong yang hebat-hebat: superman, spiderman, batman, dll. Dengan caranya sendiri tokoh-tokoh penolong ini memberi pertolongan bagi manusia yang sedang mengalami masalah ataupun kesulitan hidup. Mazmur ini juga menawarkan sosok penolong yang lain dari dunia iman dan kepercayaan. Sang penolong itu tidak lain ialah Tuhan Allah sendiri. Pemazmur yakin bahwa hanya Dia-lah satu-satunya sang penolong yang handal. Hal itulah yang dikemukakan dengan sangat jelas dalam judul Mazmur ini: “Hanya Allah satu-satunya penolong.” Mazmur ini termasuk cukup pendek. Hanya terdiri atas sepuluh ayat saja. Oleh karena itu saya akan melihat dan meninjaunya sebagai satu kesatuan yang utuh belaka.

Ia mulai dengan mengajak jiwanya sendiri untuk memuji Tuhan, halleluya, pujilah (hallelu), Tuhan (Ya, bentuk singkat dari Yahweh) (ay 1). Puji-pujian itu tidak hanya dilakukan sebentar atau sesewaktu saja (misalnya kalau ingat), melainkan ia hendak melakukannya selama ia hidup (ay 2), selama ia masih ada, dengan kata lain selama ia masih bernafas, selama masih ada nafas kehidupan. Kiranya hal itu jelas dengan sendirinya karena nafas kehidupan itu adalah roh yang berasal dari Roh Allah yang dihembuskan pada awal mula dan dengan itu mendatangkan kehidupan (bdk.Kej.2:7). Karena Pemazmur telah percaya dan hanya mengandalkan Tuhan Allah saja, maka ia pun menegaskan bahwa tidak ada pihak lain (manusia, juga yang berkedudukan tinggi sebagai bangsawan atau raja sekalipun) yang bisa memberi rasa aman kepada hidup manusia (ay 3). Mengapa demikian? Pemazmur memberi alasannya dalam ayat 4. Dan alasannya sangat jelas: karena manusia adalah makhluk yang fana juga (Kej.2:7). Ia berasal dari tanah dan pada saat mati ia akan kembali menjadi debu tanah. Jadi, karena itu, tidak ada gunanya untuk percaya dan berlindung kepada manusia, karena manusia adalah makhluk yang fana belaka, makhluk yang serba rapuh (vulnerable) juga. Sebaliknya, Mazmur ini memuji-muji berbahagia orang yang mengandalkan Tuhan sebagai penolong, atau yang menjadikan Tuhan sebagai dasar atau tumpuan pengharapan (ay 5). Percaya dan mengandalkan Tuhan Allah itu adalah sangat berdasar karena, sebagaimana diungkapkan dalam ayat 6, Tuhan itulah sang pencipta langit dan bumi. Seluruh alam semesta ini (termasuk manusia di dalamnya) diciptakan oleh Tuhan.

Tuhan tidak hanya menciptakan, melainkan Ia tetap membimbing dan melestarikan alam ciptaan-Nya dengan menjaga dan memelihara seluruh karya ciptaan tersebut. Tuhan sang pencipta itu adalah setia dan kasih serta kesetiaanNya itu berlangsung sepanjang segala abad. Karya (penciptaan dan penyelenggaraan) Tuhan masih dilukiskan terus dalam ayat berikutnya (ay 7). Kali ini Pemazmur melukiskan tugas Tuhan atas dunia ciptaanNya. Misalnya di sana disebutkan bahwa Tuhan yang menegakkan keadilan terutama keadilan bagi orang-orang yang cenderung mudah menjadi korban (victim) dalam sebuah struktur atau tatanan masyarakat. Misalnya Tuhan membela orang yang diperas (ay 7), memberi makanan (roti) kepada orang yang lapar (ay 7), Tuhan membawa kebebasan bagi orang yang terkurung (ay 7). Selain itu Tuhan juga membuka mata orang buta (agar mereka bisa melihat ay 8), Tuhan menegakkan kepala orang yang tertunduk (entah karena malu ataupun sedih, ay 8). Tidak hanya berhenti di situ saja, Tuhan pun mencintai orang-orang yang tidak bersalah (orang benar, ay 8). Tuhan melindungi orang-orang asing, orang yatim dan kaum janda (ay 9). Sebaliknya Tuhan membengkokkan jalan orang-orang jahat, orang fasik. Pokoknya, singkat kata, Tuhan tampil sebagai tokoh yang menjungkir-balikkan tatanan yang tidak adil, struktur masyarakat yang menindas. Dilihat dengan cara demikian, maka “Revolusi sosial” yang kita lihat di dalam kidung Maria (Luk.1:46-55; bdk. 1Sam.2:1-10), sudah terlebih dahulu tampak di sini.

Setelah menampilkan Tuhan dengan segala macam tindakan dan perbuatan-Nya, akhirnya pemazmur mengakhiri mazmurnya ini dengan sebuah maklumat agung: yaitu bahwa Tuhan itu raja untuk selama-lamanya. Tuhan Allah akan menjadi Raja Sion sepanjang segala abad. Karena Mazmur ini sudah dibuka dengan seruan Hallel, maka mazmur ini pun akhirnya juga ditutup dengan pekik Hallel itu, Pujilah Tuhan, Halleluya.


Bandung, awal Desember 2017

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...