Friday, January 5, 2018

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 145

Oleh: Fransiskus Borgias M.



Kasih dan kerahiman Tuhan senantiasa mengalir bagi manusia dan seluruh makhluk ciptaan. Maka reaksi yang sepatutnya dan setepatnya dari semua makhluk hidup itu ialah menghaturkan rasa syukur kepada dan memuji Tuhan. Secara khusus pujian itu harus dilantunkan manusia. Mazmur ini berbicara tentang pujian yang dihaturkan manusia kepada Tuhan karena Tuhan mahamurah. Hal itu tampak jelas dalam judul mazmur ini “Puji-pujian karena kemurahan TUHAN.” Mazmur ini cukup panjang: ada 21 ayat. Untuk memahami dan menikmatinya, saya membagi mazmur ini ke dalam tiga bagian besar, yang dibuat berdasarkan dinamika yang ada dalam teks kita. Pertama, mencakup ayat 1-7, Kedua mencakup ayat 8-13, dan Ketiga meliputi ayat 14-21.


Saya mulai dengan yang pertama. Seluruh untaian mazmur pujian ini dikatakan berasal dari raja Daud (ay 1). Beliau mengungkapkan niatnya untuk memuji dan meluhurkan Tuhan (ay 1) untuk selamanya (selama hayat dikandung badan). Ia ingin mewujudkan rencana dan niat luhur itu dari hari ke hari (ay 2). Alasan pujian itu diberikan dalam ayat 3. Ia memuji Tuhan karena Tuhan itu mahaagung, allahuakbar. Ia sangat mulia dalam keakbaran-Nya. Tidak ada kata/bahasa manusia yang bisa dipakai untuk melukiskan keagungan Tuhan. Ia serba melampaui kata/bahasa manusia (ay 3). Karena itu, dalam ayat 4, manusia dari pelbagai keturunan, akan memuji dan memuliakan keagungan Tuhan, terutama segala karya-Nya yang memperlihatkan keperkasaan-Nya. Pemazmur berniat memuji keagungan (perbuatan ajaib, miraculum) Tuhan dengan nyanyian (ay 5). Pemazmur dan orang di sekitarnya (mereka) mau bercerita tentang kemuliaan dan perbuatan Tuhan yang dahsyat (ay 6). Manusia, dari pelbagai angkatan (generasi) tiada hentinya memahsyurkan keagungan Tuhan. Mereka temukan sumber sukacita (sorak-sorai) di dalam keagungan Tuhan yang semarak mulia (ay 7).


Lalu dalam ayat 8-9 dilukiskan beberapa sifat Tuhan (ada 6 sifat disebut di sini). Inilah awal Bagian Kedua. Secara eksplisit disebutkan sifat-sifat ini: pengasih, penyayang, panjang sabar, besar kasih setia-Nya (hesed), baik, penuh rahmat. Keenam sifat ini menjadi dasar dan sekaligus penggerak seluruh makhluk ciptaan (termasuk manusia) melantunkan syukur dan pujian kepada-Nya (ay 10). Kemuliaan kerajaan Tuhan dan keperkasaan Tuhan dimaklumkan dan menjadi topik pembicaraan orang di mana-mana (ay 11). Seluruh bangsa manusia mendapat pemberitaan tentang keperkasaan Tuhan dan kemuliaan semarak-Nya (ay 12). Kerajaan Tuhan itu akan berlangsung kekal dan berkuasa selama segala abad (ay 13a). Pemerintahan Tuhan akan disaksikan serta dialami oleh pelbagai keturunan anak manusia (ay 13b). Akhirnya, bagian kedua ini ditutup dengan menyinggung lagi salah satu sifat Tuhan yang disebut di atas tadi, ay.8. Perkataan dan perbuatan Tuhan senantiasa ditandai kesetiaan dan kasih setia (ay 13c).


Dalam bagian ketiga mazmur ini dilukiskan secara rinci mengenai beberapa perbuatan Tuhan berdasarkan kasih dan kesetiaanNya. Mula-mula dikatakan bahwa orang yang jatuh dan orang yang tertunduk (the victims) dibela Tuhan. Tuhan menjadi penopang dan penegak bagi mereka. Tuhan menjadi pembela mereka (ay 14). Itu sebabnya semua orang berharap akan Tuhan. Itulah yang diungkapkan dengan kata-kata ini: “Mata sekalian orang menantikan Engkau. Semua orang memandang kepada Tuhan.” Memandang di sini, berarti memandang untuk memohon belas-kasihan dan pembelaan. Ketika Tuhan melihat pandangan mata penuh harap itu, maka Tuhan segera bertindak (ay 15b: dan Engkaupun memberi mereka makanan pada waktunya). Tuhan bertindak tepat pada waktunya. Itulah yang mendatangkan penyelamatan dan kehidupan. Tindakan Tuhan itu dilukiskan lebih lanjut dalam ayat 16 di mana Tuhan membawa kekenyangan bagi segala makhluk hidup.


Sekali lagi dalam ay 17 ditegaskan mengenai sifat Tuhan dalam hal keadilan dan kasih setia dalam segala perbuatanNya. Tuhan tidak jauh (transenden), melainkan selalu dekat (imanen, imanuel) dengan orang yang dengan setia berseru kepadanya (ay 18). Tuhan selalu mendengar. Tuhan tidak tidur. Melainkan Tuhan mendengarkan permohonan orang yang dengan tekun dan sabar berseru (doa) kepadaNya (ay 19). Di ayat 20 dilukiskan tentang salah satu tugas Tuhan yaitu menjaga orang yang mengasihi-Nya. Sebaliknya Tuhan membinasakan orang-orang fasik (ay 20). Dengan kata lain, dalam bagian ketiga ini, pemazmur melukiskan sifat dan tindakan Tuhan kepada manusia. Kiranya itu sebabnya di ayat 21 pemazmur menutup Mazmur ini dengan pelukisan mengenai pujian yang keluar dari mulutnya yang tidak akan pernah berhenti. Bahkan bukan hanya dia sendiri (manusia) yang memuji dan meluhurkan Tuhan. Melainkan ia menegaskan bahwa segala makhluk memuji nama Tuhan. Pujian itu berlangsung sepanjang segala abad, per omnia saecula saeculorum, amen.



Bandung, Awal Desember 2017.


2 comments:

Unknown said...

Jadi ingat Romo Wim, hiks

canticumsolis said...

Hehehe....ah tdk mas.... bliau sangat tinggi....hehehehe...

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...