Thursday, October 5, 2017

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 142

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Pernahkah kita merasa dikejar-kejar? Entah itu oleh target, oleh tuntutan tugas? Mungkin oleh musuh atau orang yang membenci kita? Perasaan dikejar-kejar memang terutama adalah pengalaman fisik-jasmani. Tetapi bisa juga pengalaman rohani. Dalam pengalaman seperti itu, kita mencari perlindungan, bahkan mencari pembenaran diri. Dalam salah satu tahap perjalanan hidupnya, Daud pernah dikejar-kejar musuhnya. Tentu Daud mengalami ketakutan dan kecemasan luar biasa. Sebab kalau terkejar dan tertangkap itu berarti mati. Untuk itu Daud mencari tempat persembunyian yang aman dari kejaran musuh, dalam sebuah gua. Di sana, Daud melantunkan doa permohonan. Mazmur 142 ini adalah doa permohonan saat berada dalam pengejaran musuh.

Mazmur ini dalam Alkitab kita mempunyai judul sbb: “Doa seorang yang dikejar-kejar”. Mazmur ini termasuk cukup singkat. Terdiri atas 8 ayat. Saya membahas mazmur ini sebagai satu kesatuan utuh.

Dalam ayat 1 dilukiskan tentang tempat di mana Daud berada dalam pelariannya agar luput dari kejaran. Ia berada dalam sebuah gua. Tidak dikatakan di mana persis letak gua tersebut. Dalam gua sunyi itu Daud berdoa. Ia memanjatkan doanya dengan suara nyaring/lantang. Ia lantunkan doa permohonan kepada Tuhan. Di dalam gua sunyi itu, Daud membayangkan diri menghadap hadirat Allah. Di hadapan Allah, ia mengungkapkan keluh-kesah hidupnya. Pengalaman hidup yang sesak diungkapkan kepada Allah. Kesesakan dan keluh-kesah itu muncul karena ia dikejar-kejar musuh. Musuh seakan-akan tidak membiarkan Daud istirahat sejenak (ay 3). Dalam pelarian dan pencarian tempat perlindungan itu, Daud dilanda putus-asa sehingga ia merasa semangatnya lemah-lesu. Tetapi ia percaya bahwa Tuhan tahu akan kondisinya; ia yakin bahwa Tuhan akan segera bertindak memberi pertolongan. Pemazmur merasa tidak aman sebab musuh-musuhnya telah memasang jerat perangkap di jalan yang dilaluinya. Hal itu mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyi.

Pemazmur merasa sendirian. Di kanan dan kirinya tidak ada lagi orang yang menaruh perhatian dan kepedulian kepadanya. Orang lain sudah tidak lagi menghiraukan keberadaan dan kehadiran dia. Karena itu, ia tidak bisa mencari perlindungan pada seorang teman sebab ia tidak lagi bisa dengan mudah menemukan teman. Dalam keadaan seperti itu, ia merasa sendirian, ia merasa tidak dihiraukan. Tempat pelarian tidak hanya berupa gua sunyi. Tempat pelarian bisa juga berupa jejaring pertemanan yang melindung dan memberi rasa nyaman. Ternyata, jejaring seperti itu pun tidak tersedia lagi bagi pemazmur. Ia merasa sendirian dan kesepian (ay 5). Itu sebabnya, bisa dimengerti bahwa pemazmur berseru kepada Tuhan. Ia mencari perlindungan pada Tuhan, sebab ia tidak mendapatkan perlindungan di antara manusia yang hidup, tempat ia ada sekarang dan di sini (ay 6).

Dalam upaya mendekati Tuhan untuk mencari perlindungan, pemazmur meminta agar Tuhan sudi mendengarkan dan memperhatikan teriakannya. Ia sangat berharap akan pertolongan dari Tuhan, sebab ia merasa lemah dan tidak berdaya menghadapi musuh (ay 7a). Pemazmur juga meminta agar Tuhan sudi melepaskan dirinya dari musuh yang mengejar dia. Ia amat membutuhkan pertolongan Tuhan yang segera karena ia merasa lemah padahal musuhnya sangat kuat (ay 7b). Rupanya kejaran yang dialaminya selama ini adalah sedemikian rupa sehingga ia merasa seperti sudah terpenjara, terkepung di segala penjuru. Tidak perlu bahwa penjara yang disinggung di sini harus dipahami harfiah. Bisa juga penjara yang dimaksudkan ialah sebuah pengalaman jiwa dan rohani yang serba terkurung yang menyebabkan dia merasa tidak berdaya dan mati lemas (ay 8a). Ia meminta agar Tuhan sudi melepaskan dia dari “penjara” itu. Jika hal itu terjadi maka ia akan memuji nama Tuhan. Pada saat itulah dia akan menemukan orang-orang benar. Mereka akan mengelilingi dia sebagai ganti pengepungan yang dilakukan orang-orang jahat dan para musuhnya selama ini. Tetapi semua ini bisa terjadi dengan satu syarat: Tuhan mau berbuat baik kepada pemazmur yaitu melepaskan dan membebaskan dia dari kepungan dan kejaran musuhnya (ay 8b).

Abepura, Medio Juli 2017
Penulis: Dosen biblika FF-UNPAR Bandung. Dosen tamu STFT Fajar Timur Abepura, Papua.


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...