Wednesday, June 28, 2017

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 139

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Mazmur ini berbicara tentang misteri Allah yang mahatahu (omniscient). Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah Mahatahu ini. Juga proses terjadinya manusia. Juga hati sanubari manusia. Semua hal ini terungkap dalam judul mazmur dalam Alkitab kita: “Doa di hadapan Allah yang mahatahu”. Mazmur ini cukup panjang: 24 ayat. Untuk memahami dan menikmatinya, saya membagi Mazmur ini menjadi empat bagian: I: ay 1-6; II: ay 7-12; III: ay 13-16; IV 17-24.

Dalam bagian pertama, pemazmur melukiskan misteri pengetahuan Allah yang mahatahu. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah menyangkut hidup dan keberadaan manusia. Tuhan mengenal diri pemazmur (ay 1), luar dan dalam (ay 2-3). Apa saja yang dilakukan manusia, semuanya diketahui Allah (duduk, berdiri, berjalan, berbaring). Pikiran manusia pun diketahuinya (ay 2b). Allah juga tahu terlebih dahulu perkataan yang kita ucapkan (ay 4). Di hadapan Allah, manusia serba “terbuka” (telanjang) (ay 5). Tatkala manusia merenungkan hal itu, akhirnya ia sampai pada satu simpulan bahwa pengetahuan yang teliti itu adalah sesuatu yang sangat ajaib, yang tidak dapat dijangkau dan dipahami oleh manusia (ay 6).

Di hadapan pengetahuan Allah yang Mahatahu tidak ada lagi tempat tersembunyi bagi Allah, di mana manusia dapat berada seakan-akan jauh dari Allah (ay.7-8). Allah serba hadir (ada) di mana-mana (omnipresent). Allah ada di surga (tentu). Juga di dunia orang mati (syeol; ay 8). Juga di ujung bumi (ujung laut), Allah hadir di sana (ay 9). Dalam relung dan tubir kegelapan, Allah juga hadir (ay 11). Bahkan dengan kehadiran Allah, kegelapan diubah menjadi terang (ay 12). Tuhan senantiasa hadir dan ada di mana-mana. Tuhan selalu menuntun manusia, di manapun mereka berada.

Sedemikian ajaibnya pengetahuan Allah sehingga Ia bahkan mengetahui relung misteri awal mula terjadinya manusia (ay 13). Dikatakan bahwa Tuhanlah yang menciptakan jejaring otot hidup dalam rahim ibu. Di sini muncul citra Allah sebagai tukang tenun yang menenun jejaring otot manusia. Pemazmur sadar bahwa proses awal munculnya hidup manusia merupakan keajaiban yang luar biasa mengagumkan (ay 14b), yang disadari oleh jiwanya (14c) sehingga manusia pun mengucapkan syukur atas keajaiban itu (ay 14a). Proses terjadinya tulang-tulang dalam rahim pun diketahui Allah. Tidak ada yang tersembunyi baginya (ay 15). Semua proses dalam rahim ibu, diketahui Allah dan dicatat semuanya dalam buku kehidupan (ay 16).

Setelah pemazmur merenungkan dan memahaminya semua, akhirnya ia menarik simpulan bahwa pikirannya tidak sanggup memahaminya (ay 17). Misteri pikiran Allah tidak terselami akal manusia. Misteri itu diibaratkan dengan jumlah pasir di laut yang tidak terhitung manusia (ay 18). Di hadapan Allah yang mahatahu, sesungguhnya semua upaya manusia melawan Allah sia-sia belaka (ay 19). Dalam ayat 19, terkandung sebuah permohonan agar pemazmur dijauhkan dari orang fasik dan penumpah darah. Tetapi hendaklah disadari bahwa penistaan terhadap Allah, juga penyangkalan akan Allah (ateisme), yang dilakukan orang fasik, semuanya sia-sia belaka (ay 20). Semuanya tidak akan berhasil. Pemazmur mencoba hidup suci, menjauhi orang fasik, membenci mereka yang membenci dan melawan Tuhan (ay 21). Pemazur juga menegaskan bahwa dirinya tidak suka akan orang fasik. Ia sangat membenci orang fasik dan kefasikan (ay 22).

Di bagian akhir mazmur ini pemazmur menegaskan kesucian dan kesalehan hidupnya dengan meminta kepada Allah agar Ia menyelidiki dan mengenal relung hatinya. Pemazmur kiranya mau menegaskan di hadapan Allah betapa ia berusaha hidup suci, jalan hidupnya lurus (tidak bengkang-bengkong, ay 23). Akhirnya, pemazmur memohon kepada Allah agar Ia menuntun di jalan kekal (ay 24). Hal ini penting, agar manusia tidak menyimpang dari jalan Allah, jalan lurus, yang terarah kepada hidup abadi, hidup kekal bersama Allah.

Akhir Juni 2017, STFT Fajar Timur, Abepura, Papua.
Penulis: Dosen Biblika FF-UNPAR Bandung.


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...