Tuesday, May 30, 2017

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 138

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Mazmur ini dalam Alkitab kita mempunyai judul sbb: “Nyanyian syukur atas pertolongan”. Pemazmur mengalami pertolongan Tuhan dan karena itu ia pun melambungkan nyanyian syukur seperti yang tertera dalam teks Mazmur ini. Mazmur ini terdiri atas delapan ayat. Jadi mazmur ini cukup singkat. Untuk memahaminya, saya membagi Mazmur ini menjadi tiga bagian. Bagian I, ayat 1-3. Bagian III, ayat 4-6. Bagian III, ayat 7-8. Saya mulai dengan melihat Bagian I.

Dalam ayat 1 Pemazmur menyatakan niatnya untuk menghaturkan syukur kepada Tuhan. Ucapan syukur itu dilakukan dengan segenap hati, sehingga walaupun ada dewa-dewa lain, ia tetap mengarahkan mata dan hatinya kepada Allah. Tuhan Allah sudah menetapkan tempat kediamanNya di Yerusalem yaitu Bait SuciNya. Itu sebabnya, pemazmur mengarahkan pandangannya ke Bait Suci (ay 2) untuk memuji nama-Nya. Kira-kira seperti Qiblat dalam tradisi berdoa dari saudara kita Muslim. Dalam ayat ini ada tiga alasan untuk pujian tersebut: karena Tuhan itu kasih, Tuhan itu setia, dan karena nama dan janji Tuhan melampaui segala sesuatu. Pemazmur merasa bahwa doanya dikabulkan Tuhan sehingga ia merasa bahwa jiwanya semakin kuat (ay 3).

Dalam Bagian II (ay 4-6), pemazmur melukiskan reaksi para bangsa di bumi ini yang diwakili para raja. Dikatakan di sana bahwa para raja di bumi bersyukur kepada Tuhan karena mereka mendengar janji Tuhan (ay 4). Mereka mengalami besarnya kemuliaan Tuhan sehingga merekapun mengungkapkan rasa syukur itu dengan nyanyian-nyanyian. Secara khusus di sini disebutkan juga jalan Tuhan (ay 5). Di akhir dari Bagian ini (ay 6) kita menemukan sebuah pelukisan mengenai salah satu sifat Tuhan: Tuhan itu tinggi tetapi ia peduli pada orang hina. Jadi, biarpun Ia sangat tinggi namun Ia memberi perhatian pada orang kecil. Sebaliknya, orang sombong dijauhi Tuhan. Dari jauh Tuhan sudah mengenal orang sombong dan Ia tidak sudi mendekati mereka.

Dalam Bagian III (ay 7-8), pemazmur kembali lagi kepada pengalaman pribadinya akan Tuhan. Beberapa pengalaman itu disebutkan di sini. Misalnya, saat ia merasa berada dalam kesesakan, saat ia diterpa amarah para musuhnya (ay 7). Ia yakin bahwa pada saat ia mengalami situasi-situasi yang sulit, Tuhan tetap membantu dia (mempertahankan hidupku, Tuhan mengulurkan tanganNya, secara khusus disebut tangan kanan). Pemazmur merasa bahwa berkat campur tangan Tuhan, ia selamat. Di awal ayat 8 kita menemukan salah satu ungkapan keyakinan iman si pemazmur. Biasanya dalam keadaan sulit, manusia merasa tidak berdaya. Dalam keadaan seperti itu, manusia hanya bisa berpasrah diri, dan dengan tenang menyerahkan diri dengan diam ke dalam kasih dan penyelenggaraan Tuhan. Tetapi, kata si pemazmur berdasasrkan pengalaman dan keyakinannya, justru dalam keadaan “diam” itulah Tuhan bertindak. Dengan tegas ia berkata: TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Kira-kira seperti dikatakan dalam ungkapan para penulis rohani dewasa ini: Tatkala kita ANGKAT TANGAN (tanda menyerah dan lemah tidak berdaya), maka Tuhan pasti TURUN TANGAN (intervensi untuk melakukan tindakan penyelamatan). Itulah misteri pengalaman iman. Tuhan bertindak di dalam ketidak-berdayaan kita.

Itu sebabnya di bagian akhir Mazmur ini (ay 8) pemazmur mengungkapkan keyakinan imannya lagi tentang pengalaman akan Tuhan. Tuhan itu penuh kasih setia (hesed). Kasih setia Tuhan itu kekal (berlangsung selamanya). Dengan bekal keyakinan akan kasih setia Tuhan yang berlangsung kekal (hingga selama-lamanya) itu, si pemazmur berharap agar Tuhan tidak meninggalkan ciptaanNya (yang dimaksudkan di sini tidak hanya manusia, apalagi hanya pemazmur saja, melainkan seluruh makhluk hidup, yang telah diciptakan Tuhan Allah sendiri). Dengan demikian doa si pemazmur di sini tidak lagi sekadar bersifat personal melainkan bersifat komunal, bahkan mondial dan universal. Luar biasa. Tampak jelas, bahwa di bagian akhir Mazmur ini si pemazmur keluar dari kungkungan lingkaran egonya sendiri dan masuk ke dalam kepedulian dan keprihatinan yang lebih luas dan besar.


Penulis: Dosen teologi biblika FF-UNPAR Bandung.

1 comment:

canticumsolis said...

Teks ini akan dimuat dalam edisi BERGEMA CETAK, Bulan Juni 2016. Semoga tulisan singkat dan sederhana ini berguna bagi para pembaca sekalian.
FRANSIS B.

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...