Wednesday, May 10, 2017

PENGALAMAN “JERAMI KERING” THOMAS AQUINAS

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Pada tahun 1272-1274, Thomas mendapat tugas dari Ordonya (Ordo Praedicatorum, Ordo Pengkotbah, atau lebih sering dikenal dengan sebutan Dominikan) untuk berangkat ke Napoli. Di sana ia ditugaskan secara khusus untuk mendirikan sebuah pusat studi khusus untuk kaum Dominikan. Namun perlu disadari bahwa ini merupakan tahun-tahun terakhir dalam masa hidup Thomas. Sembari melakukan tugas umum tersebut, Thomas juga berusaha merampungkan proyek besarnya, yaitu Summa Theologia. Tentu saja hal itu masuk akal, sebab ia sudah lama membaktikan seluruh hidupnya untuk proyek tersebut.

Tetapi tanpa diduga-duga sama sekali, pada tahun 1273 Thomas mengalami sebuah pengalaman mistik. Hal itu tidak mengherankan juga karena memang Thomas Aquinas juga adalah seorang yang hidup rohani dan hidup doanya sangat mendalam dan intens. Bahwa ia akhirnya terseret ke dalam sebuah pengalaman mistik, kiranya hal itu adalah buah dari kehidupan rohaninya yang matang dan mendalam. Pengalaman rohani mistik ini sangat penting bagi seluruh kehidupan Thomas, sebab setelah ia mengalami pengalaman mistik tersebut, Thomas tidak mau lagi melanjutkan atau merampungkan proyek teologinya yang sudah disebutkan di atas tadi. Padahal itu hanya sebuah suplemen saja, bukan proyek inti. Padahal juga ia sudah menyiapkan banyak catatan persiapan untuk tujuan tersebut. Bahkan persiapan-persiapan tersebut sesungguhnya sudah sangat matang. Tinggal penyempurnaan akhir saja, tinggal sebuah finishing touch.

Tetapi ia sama sekali tidak mau lagi melanjutkan proyek itu. Melihat hal tersebut, maka sang sekretaris, Reginaldus, pun mendorong dan meminta dia untuk merampungkan proyek tersebut. Jawaban Thomas sangat mengejutkan sebagai seorang intelektual besar: “Non possum”. Artinya, saya tidak sanggup lagi. Aneh sekali. Orang yang pintarnya sekaliber Thomas merasa sudah tidak mampu lagi melanjutkan karya ilmiahnya di bidang teologi. Maka ketidak mampuan ini harus diberi sebuah penjelasan lain. Ini bukan sebuah gejala hilangnya kemampuan dan kecerdasan intelektual secara tiba-tiba.

Apa yang sesungguhnya terjadi pada diri Thomas Aquinas, sehingga ia mengatakan bahwa dirinya sudah tidak mampu lagi melanjutkan dan merampungkan karya tersebut? Dikatakan bahwa pengalaman mistik yang dialami oleh Thomas itu sangat indah. Itu adalah pengalaman perjumpaan iman yang sangat bersifat pribadi akan Allah, khususnya akan Allah Tritunggal Mahakudus yang dikenal melalui totalitas peristiwa Yesus Kristus. Pengalaman itu sedemikian indah, intens, dan mendalam, sehingga Thomas merasa bahwa seluruh apa yang sudah ia hasilkan selama ini, tidak ada artinya apa-apa lagi jika dibandingkan dengan momen-momen pengalaman mistik itu. Sedemikian indah dan dalamnya pengalaman itu sehingga ia merasa bahwa seluruh karya tulis ilmiah teologis yang telah ia hasilkan selama ini tidak lain hanyalah “jerami kering” belaka.

Ungkapan “jerami kering” itu hanya mau menunjukkan betapa tidak berartinya lagi seluruh olah rasional dia selama ini di hadapan misteri agung yang menyingkapkan diri dalam dan selama pengalaman mistik tersebut. Seluruh diri Thomas, seakan-akan terserap dan terseret ke dalam pusaran misteri pengalaman mistik tersebut sehingga ia merasa bahwa hanya itu saja yang perlu dan berharga dalam hidup ini, dan yang lain-lain sudah tidak perlu lagi, dan bahkan bila perlu dibuang saja (laksana orang membuang jerami kering yang sudah berguna lagi bahkan sebagai pakan ternak sekalipun).

Tentu saja tidak demikian. Kita tetap harus sadar dan ingat bahwa Thomas bisa sampai ke samudera pengalaman seperti itu, karena semua olah pemikiran teologis dan spiritual dia selama ini. Semua lorong itu telah membantu dia sampai ke pengalaman mistik itu. Hal itu masuk akal sebab ia melakukan semua aktifitas intelektualnya benar-benar sebagai seorang yang beriman Kristiani sejati, sebagai seorang pendoa yang tekun dan saleh. Sadar bahwa Thomas sudah tidak bisa lagi diajak untuk merampungkan suplemen bagi karyanya tersebut, maka Reginaldus, sang sekretaris, dengan memakai pelbagai catatan-catatan persiapan yang sudah dibuat oleh Thomas sendiri, mencoba merampungkan karya suplemen tersebut. Dan puji Tuhan, suplemen itu pun sudah sampai kepada kita dalam keadaan utuh dan lengkap.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...