Friday, March 31, 2017

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 136

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Mazmur ini melambungkan rasa syukur, senang, aman, dan nyaman yang dialami manusia karena pelbagai karya penyelenggaraan, pembebasan, penyelamatan, dan penyertaan Tuhan. Hal ini terjadi setelah pemazmur melakukan kilas balik atas sejarah. Dari hasil kilas balik itu pemazmur menyadari bahwa Tuhan selalu bertindak dalam pelbagai momen kehidupan Israel. Momen itulah yang disyukuri dengan bahagia. Rasa syukur, bahagia, senang itu ditampakkan dalam sebuah refrein yang berulang sepanjang 26 ayat. Refrein itu berbunyi: “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Terjemahan yang lebih luwes (Brevir) berbunyi sbb: “Kekal abadi kasih setianya.”

Saya membagi mazmur ini dalam beberapa bagian. Bagian pertama ayat 1-3: ini adalah ajakan awal kepada pendengar atau pembacanya. Ia memulai mazmur ini dengan ajakan untuk bersyukur kepada Tuhan, karena Ia baik. Kebaikan Tuhan tampak dalam kasih setia-Nya yang tiada berkesudahan (ay.1). Ajakan awal ini muncul lagi di akhir, ay 26. Jadi, ini adalah ucapan syukur yang tiada henti kepada Tuhan Allah yang dialami Israel sebagai Tuhan yang melampaui segala dewa (allah dan tuhan huruf kecil, ay.2,3). Fakta bahwa Tuhan itu melampaui semua dewa, patut disyukuri, sebab tindakan Tuhan melampaui semua dewa. Ia mahaperkasa, mahakasih, maharahim.

Bagian kedua ayat 4-9: pelukisan mengenai Tuhan Pencipta yang menciptakan segala sesuatu. Keagungan Tuhan tampak dalam penciptaanNya atas semesta alam. Karya itu adalah keajaiban-keajaiban besar yang dilakukan Tuhan (ay.4). Keajaiban itu didaftarkan di sini: menjadikan langit dengan bijaksana (ay.5), menciptakan bumi (seperti piring yang diletakkan di atas air; ay.6), menciptakan benda-benda penerang besar (ay.7), secara khusus disebut matahari untuk siang (ay.8), bulan dan bintang-bintang untuk malam (ay.9). Semua karya penciptaan Tuhan Allah dalam alam semesta ini patut disyukuri. Itu adalah bukti kasih Tuhan yang tiada berkesudahan. Karena bagian ini menyinggung mengenai penciptaan, maka pasti merujuk pada kisah penciptaan dalam kitab Kejadian 1.

Bagian ketiga ayat 10-16: pelukisan mengenai Allah Penebus, Pembebas, Penyelamat, Allah yang masuk ke dalam sejarah Israel. Di sini disinggung mengenai tulah-tulah (Kel.7-12) yang ditimpakan atas orang Mesir. Tidak semua tulah disebut, tetapi hanya tulah pamungkas (ke sepuluh, Kel.11-12) “memukul mati anak-anak sulung Mesir” (ay.10), yang menyebabkan Firaun membiarkan Musa menuntun Israel keluar dari Mesir. Tatkala Mesir dikejutkan dengan tulah pamungkas itu, Tuhan membawa Israel keluar dari kekacauan itu (ay.11). Hal itu terjadi karena Tuhan bertindak dengan tangan kuat dan lengan perkasa (ay.12). Kisah pembebasan itu dilanjutkan dengan detail mengenai penyeberangan laut Teberau yang dahsyat itu (ay.13), dan Israel lewat di tengah belahan yang kering (ay.14). Saat Firaun mengejar, Tuhan menutup laut itu sehingga orang Mesir mati (ay.15). Setelah melewati laut Teberau, Tuhan membimbing umatNya melewati gurun (ay.16). Semuanya ini merujuk kepada kitab Keluaran. Semuanya patut disyukuri dengan pujian: kekal abadi kasih setiaNya.

Bagian keempat ayat 17-22: ini pelukisan pendudukan Tanah Terjanji, tujuan akhir perjalanan dari Mesir. Tanah itu bukan tanah kosong. Ada raja-raja besar di sana dan di sekitarnya. Tuhan mengalahkan dan membunuh raja-raja itu (ay.17-18) agar Israel bisa dengan mulus masuk Tanah Terjanji. Secara khusus disebut dua Raja: Sihon, raja Amori (ay.19), dan Og, raja Basan (ay.20). Setelah rajanya dikalahkan, tanahnya diberikan kepada Israel (ay.21-22). Lagi-lagi, semuanya itu patut disyukuri dengan gembira.

Bagian kelima ayat 23-26: ini pelukisan lanjutan mengenai Allah penyelenggara hidup manusia. Kita tergoda untuk berpikir bahwa setelah tiba di tanah terjanji, maka selesailah tugas Tuhan bagi umatNya. Tidak. Dalam ay.23 kita melihat bahwa Tuhan mengingat Israel terus-menerus. Ia tidak melupakan mereka. Tuhan membebaskan mereka terus menerus dari semua lawan (ay.24). Tuhan memberi roti terus menerus, setiap hari kepada segala makhluk (ay.25). Perhatikan, bahwa pada ketiga ayat ini saya tambahkan keterangan “terus menerus” dan “setiap hari”, yang tidak ada dalam teks, tetapi itulah yang dimaksudkan pemazmur: Tuhan tidak pernah berhenti memperhatikan semua makhluk hidup termasuk manusia. Maka, sebagaimana di awal dimulai dengan ajakan bersyukur, di bagian akhir mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk bersyukur atas besarnya kasih setia Tuhan yang tiada berkesudahan.

Penulis: Dosen teologi biblika, Fakultas Filsafat UNPAR
Kopo, Januari 2017.


2 comments:

Unknown said...

siapa yg menulis kitab mazmur 136

Unknown said...

siapa yg menulis kitab mazmur 136

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...