Wednesday, November 30, 2016

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 132

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Ternyata ada manusia yang dipilih Tuhan, yang kepadanya Tuhan berkenan. Salah satu orang seperti itu adalah Daud. Dalam status dan martabat seperti itu ada satu tuntutan sikap atau perilaku tertentu yang harus diperlihatkan orang. Ada juga tempat yang dipilih Tuhan menjadi tempat istimewa. Salah satu tempat seperti itu adalah Sion. Tempat seperti itu juga harus menjadi tempat yang istimewa. Mazmur 132 ini berbicara tentang kedua hal tersebut.

Judul mazmur ini dalam Alkitab kita ialah “Daud dan Sion, pilihan Tuhan.” Mazmur ini termasuk cukup pendek, hanya terdiri atas 18 ayat. Mazmur ini termasuk nyanyian ziarah. Kita dapat membagi mazmur ini menjadi empat bagian: pertama ayat 1-5, kedua ayat 6-10, ketiga ayat 11-12, keempat ayat 13-18. Kita telusuri mazmur ini bagian demi bagian.

Dalam bagian pertama, pemazmur mulai dengan pelukisan tentang Daud yang bersumpah dan bernazar (ay 2) untuk membangun tempat istirahat bagi Tuhan (ay 5). Daud bernazar walaupun ia sedang menderita (ay 1). Jadi, keadaan menderita tidak menghalangi Daud untuk bernazar dan untuk mewujudkan nazar itu. Tetapi apa isi nazarnya itu? Ia bernazar untuk membangun rumah bagi Tuhan (ay 5). Sebelum hal itu terwujud Daud rela melakukan tiga hal: tidak akan masuk ke dalam kemahnya, tidak akan berbaring di ranjangnya (ay 3), dan yang terakhir tidak akan tidur (ay 4). Jadi, mazmur ini ditulis sebelum ada Bait Allah di Yerusalem. Walau kemah suci sudah ada, tetapi masih bersifat sementara. Ia mau mendirikan sesuatu yang permanen.

Dalam ayat 6-8, dilukiskan lebih rinci tentang cita-cita itu. Orang mendengar gema rencana dan keinginan itu di Efrata, daerah asal Daud. Bahkan kemah suci itu sudah ada di padang (ay 6). Tetapi orang mengimpikan sesuatu yang permanen. Di tempat permanen yang diimpikan itu, orang ingin datang sujud di tumpuan kaki Tuhan, yaitu tabut perjanjian. Diharapkan Tuhan sudi datang dan tinggal di tempat kediaman permanen itu, yang juga disebut tempat perhentinan, sebab sampai sekarang Tuhan selalu dalam perjalanan bersama umat yang juga sedang berjalan (ay 7). Kalau tempat permanen itu sudah terwujud maka para imam bisa melakukan tugas mereka dengan meriah dan dengan sepatutnya (ay 8). Orang sungguh berharap agar impian itu bisa terwujud, dan dasarnya ialah Daud. Tuhan diharapkan tidak menolak keinginan Daud itu (ay 10).

Lalu bagian ketiga, ay 11-12. Di sini dilukiskan tanggapan Tuhan terhadap keinginan dan cita-cita itu. Tuhan telah bersumpah bahwa Ia tidak lupa akan Daud (ay 11). Tuhan berjanji bahwa anak kandung Daud akan menjadi penggantinya di atas tahtanya. Tetapi hal itu bukan tanpa syarat. Ada syaratnya juga, yaitu anak-anak itu harus berpegang teguh pada janji dan aturan Tuhan. Tuhan menuntut iman dan kesetiaan dan kasih setia dari manusia (ay 12). Jika syarat itu terpenuhi maka tahta akan langgeng. Begitu juga sebaliknya.

Akhirnya, keempat, ia berbicara tentang Sion. Tuhan memilih Sion menjadi kediamanNya (ay 13-14). Sebagai tempat pilihan Tuhan maka Sion akan makmur, tidak lapar, ada roti. Tidak ada orang miskin dan terlantar. Sebuah kemakmuran ekonomi yang indah dan nikmat (ay 15). Tidak hanya makmur ekonomi tetapi juga makmur rohani, makmur ritual (ay 16) dengan cara imam diberi shalom, orang saleh bisa bergirang (ay 16). Di Sion itulah Tuhan membangkitkan kuasa Daud. Daud menjadi raja perkasa. Tidak hanya kuat secara militer tetapi juga secara rohani sebab Tuhan memberi terang bagi dia (ay 17). Jika hal terjadi maka para musuh akan kalah dan malu (ay 18). Sementara Daud akan tetap meraja dan Sion menjadi kota tahtanya. Tuhan tidak akan meninggalkan dia.

Yogya, Akhir Oktober 2016.
Penulis: dosen teologi biblika Fakultas Filsafat UNPAR Bandung.


2 comments:

canticumsolis said...

Artikel saya ini sudah dimuat juga dalam majalah bulanan Paroki Santo Martinus, Lanud Sulaiman, Bandung, BERGEMA (edisi cetak). Dapat juga dibaca dalam versi online dalam http://bergema.com atau online.bergema.com
FRANS BM

Unknown said...

Sangat diberkati dgn pemaparan penulis, dibukakan pemahaman mengenai ayat-ayat di dalam Kitab Mazmur ini.
Kiranya Tuhan memakai penulis lebih lagi & semakin banyak orang yg membaca memperoleh pemahaman Firman yg benar, & terbangun hidupnya.

Tuhan Yesus Memberkati.

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...