Thursday, September 1, 2016

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 129

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Pengalaman penderitaan bisa dialami manusia sejak masa muda. Bentuk penderitaan itu, terutama adalah penderitaan yang disebabkan orang lain. Ada orang lain di sekitar dia yang tega mendatangkan sakit dan penderitaan itu kepadanya. Misalnya, mencelakakan dia, meracuni dia, ataupun menjelek-jelekkan namanya tanpa bukti dan fakta. Kiranya hal seperti itulah yang dilukiskan si pemazmur dalam mazmur ini. Mazmur ini dalam Alkitab kita berjudul “Terluput dari kesesakan”. Pengalaman penderitaan menyebabkan orang menderita kesesakan tidak lagi secara jasmani, melainkan terutama secara rohani dan psikologis (walaupun keduanya bisa tampak secara jasmani). Mazmur ini cukup pendek, hanya terdiri atas 8 ayat. Mazmur ini dimasukkan dalam kategori mazmur ziarah (mazmur yang dipakai saat orang mengadakan ziarah ke Yerusalem).

Berdasarkan dinamika internal teks itu sendiri, mazmur ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama: ayat 1-3. Bagian kedua: ayat 4. Bagian ketiga: ayat 5-8. Jika dilihat berdasarkan pola struktur seperti ini, maka tampak bahwa mazmur ini terdiri atas dua lembar “pigura” (ay 1-3 dan ay 5-8) yang dihubungkan dengan sebuah engsel di tengah sebagai pemersatu (ay 4). Lembar pigura yang satu (ay 1-3) melukiskan nasib pemazmur. Lembar pigura yang lain (ay 5-8) melukiskan nasib orang yang mendatangkan penderitaan dan kemalangan atas si pemazmur dan kelompok orang yang bersama dengan dia. Kedua lembar pigura ini dihubungkan dengan satu ayat penghubung yang sangat penting, sebab di dalam ayat ini dilukiskan tindakan yang dilakukan Tuhan (ay 4). Ini adalah campur tangan Tuhan dalam derita manusia.

Saya mulai dengan melihat pigura pertama (ay 1-3). Di sini dilukiskan derita yang dialami pemazmur sejak masa mudanya. Ada sekelompok orang (mereka) yang mendatangkan kesesakan atas hidup si pemazmur. Hal itu sudah dilakukan sejak ia masih muda (ay 1-2). Tetapi, biarpun ia mengalami kesesakan itu, ia tidak mati. Mereka tidak dapat mengalahkan dia. Dalam ayat 3 pemazmur memakai sebuah metafora untuk melukiskan dahsyatnya sengsara dan deritanya. Ia melukiskan bahwa ada pembajak yang membajak di atas punggungnya. Kiranya yang dimaksudkan di sini adalah bentuk penindasan dalam relasi pekerja (buruh) dan majikan. Tidak main-main. Para pembajak itu membuat alur-alur bajak yang panjang. Betapa itu mendatangkan sengsara dan rasa sakit yang luar biasa. Ini adalah metafora untuk penindasan yang didatangkan para penguasa dan penindas atas orang yang mereka kuasai dan tindas. Itulah lukisan tentang situasi derita dan kemalangan si pemazmur yang ditimpakan orang lain.

Tetapi itu bukanlah kata terakhir bagi hidupnya. Sebab dalam ayat 4 kita melihat tindakan Tuhan yang melakukan campur-tangan atas hidup si pemazmur. Tuhan tidak membiarkan situasi penindasan itu berlangsung terus menerus tanpa jalan keluar dari kemelut. Dalam situasi seperti ini, Tuhan bertindak untuk menunjukkan kasih-setia dan keadilanNya. Hal itu ditampakkan Tuhan dengan memotong tali-tali orang fasik. Dengan tindakan ini, maka orang fasik tidak mampu lagi mendatangkan sengsara dan penindasan atas orang lain. Tali-tali adalah alat penindasan dan penyiksaan. Jika Tuhan sudah bertindak memutuskan tali-tali itu, hal itu berarti Tuhan menghentikan penindasan dan kekerasan yang dilakukan sekelompok orang atas sekelompok orang lain yang biasanya lebih lemah. Karena tindakan Tuhan, maka alat penindasan para penindas (tali) sudah terputus dan tidak bisa dipergunakan lagi.

Setelah campur tangan Tuhan, maka dalam bagian berikut kita melihat pelukisan nasib orang jahat yang mendatangkan sengsara dan penindasan atas sesamanya. Pertama, dalam ayat 5 dilukiskan bahwa orang yang membenci Sion akan mendapat malu. Rupanya penindasan yang disinggung dalam bagian terlebih dahulu, ada kaitannya dengan perilaku para bangsa terhadap Sion. Para pembenci Sion tidak akan hidup lama. Mereka memang bisa bertumbuh tetapi akan cepat layu dan mati. Itulah makna ungkapan yang muncul dalam ayat 6 di mana nasib orang-orang tersebut dilukiskan secara metaforis dengan rumput di atas sotoh (atap rumah berbentuk datar). Di sana tidak ada tanah. Memang sesuatu bisa tumbuh, tetapi tidak bisa bertahan lama karena tidak ada tanah dan kena sinar panas matahari. Tanpa campur tangan para pemangkas dan penyabit sekalipun rumput yang tumbuh di atas sotoh akan mati sendiri (ayat 7).

Bila melihat nasib orang seperti itu, maka orang yang menyaksikannya akan mendapat simpulan yang jelas: mereka tidak diberkati Tuhan (ayat 8). Karena itu, maka mereka cepat mati, tidak bertahan hidup. Atas mereka itu, tidak ada orang yang mengucapkan berkat atas nama Tuhan. Bahkan sebaliknya, atas mereka diucapkan kutuk dan sumpah serapah. Karena campur tangan Tuhan, maka orang yang menderita kesesakan pun luput (dinyatakan dengan jelas dalam judul mazmur).

Jadi, berkat campur-tangan Tuhan, maka masalah derita dan kemalangan dalam hidup manusia bisa teratasi. Tuhan bertindak dengan cara memutuskan dan menghilangkan alat-alat penindasan yang selama ini ada di tangan penindas. Campur-tangan Tuhan tentu mendatangkan pembebasan dan sukacita.

Bandung, Mei 2016.
Dosen Teologi Biblika, FF UNPAR Bandung.


4 comments:

lusius-sinurat said...

Prof, apakah keseluruhan Kitab Mazmur melulu berisi uangkapan perasaan: suka & duka, menang & kalahm, mati-bangkit dst ?

canticumsolis said...

Rm.Lusius, tentu saja tidak.
ada yang berisi pujian... penuh sukacita...
baca saja Mazmur 8 misalnya...
atau mazmur 136....
itu sekadar beberapa contoh....
wah apa kamu sudah lupa yah, mazmur-2 itu?
hahahahaha.....

canticumsolis said...

Rm.Lusius,
trims yah, sudah sudi mampir di sini....
salam..... bacalah selalu kitab mazmur....
indah dan menarik....

Yosua selan said...

Luar biasa dasyat firman Tuhan ketika membacanya merasa sangat terberkati amin๐Ÿ™๐Ÿ™

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...