Sunday, May 8, 2016

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 125

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Pertama-tama perlu diingat bahwa untaian mazmur ini adalah termasuk salah satu dari untaian nyanyian ziarah yang dipakai saat orang-orang Israel mengadakan perjalanan ziarah ke kota Yerusalem. Saya sendiri belum pernah sampai ke Yerusalem. Tetapi dari kesaksian orang dan catatan geografis yang hingga saat ini bisa saya dengar dan saya ketahui, jelas bahwa dulu ketika para peziarah itu (umumnya berjalan kaki) melihat kota Yerusalem dari kejauhan maka tampak bahwa daerah itu dikelilingi gunung-gunung. Bukit Sion terletak di tengah-tengah untaian gunung-gunung tersebut.

Lalu dari situ muncullah sebuah bayangan keagamaan (imajinasi religius) bahwa kota itu akan aman terus-menerus karena musuh tidak mungkin datang menyerangnya, sebab secara geografis ia tampak seperti sangat terlindung (ada benteng alami berupa gunung-gunung). Tentu saja secara historis anggapan dan keyakinan itu salah besar, sebab dalam kenyataannya sepanjang sejarah sudah terbukti bahwa kota itu menjadi sasaran empuk serangan para bangsa (Asyur, Babel, Mesir, Helenis, Romawi, Arab, bahkan Eropa modern juga).

Untuk sementara kita lupakan dulu fakta sejarah tragis itu. Pokoknya yang jelas bahwa bagi si pemazmur-peziarah itu, Sion yang terletak di atas bukit dan juga dikelilingi oleh gunung-gunung, menjadi sumber rasa aman bahkan rasa damai sentosa. Kota itu tidak akan pernah goyah untuk selama-lamanya (ay 1). Kota Yerusalem yang terlindungi oleh gunung-gunung itu, dalam imajinasi religius si pemazmur-peziarah dibayangkan sebagai perlindungan Tuhan bagi umat-Nya. Dikatakan di sana bahwa sebagaimana Yerusalem itu aman karena dikelilingi gunung-gunung, demikian juga umat Tuhan menjadi aman karena Tuhan menjadi gunung yang melindunginya; dan hal itu berlangsung selama-lamanya (ay 2).

Setelah melukiskan Israel, Umat Tuhan, sekarang dilukiskan mengenai nasib para bangsa lain di sekitarnya. Dikatakan bahwa kekuasaan para bangsa lain (yang di sini dilambangkan dengan tongkat kerajaan) akan musnah karena mereka adalah orang-orang yang fasik (ay 3). Bahkan kerajaan itu akan goyah di atas tanah yang tidak akan mereka miliki untuk selamanya, sebab dalam kenyataannya tanah itu diundikan kepada orang-orang yang benar (ay 3b). Hal itu terjadi, agar orang-orang yang benar hidupnya, tidak sampai jatuh terseret kepada kejahatan juga; agar mereka tidak tertular oleh perilaku jahat (ay 3cd).

Tetapi serentak disadari juga bahwa hal itu tidak selalu mudah. Hal itu tidak terjadi secara otomatis, seperti membalikkan telapak tangan. Selalu ada kemungkinan dan ancaman untuk terseret kepada hal-hal yang jahat. Maka dalam ayat 4 si pemazmur memohon kepada Tuhan agar Tuhan sudi membuat kebaikan kepada orang-orang yang baik dan tulus hati (ay 4ab). Hanya pertolongan Tuhan sajalah yang membuat orang bisa terluput dari hal-hal negatif (dosa dan kefasikan) dalam dan selama hidupnya di dunia ini. Si Pemazmur-peziarah juga memohon agar Tuhan mengenyahkan orang-orang fasik, orang-orang jahat, orang-orang yang suka menyimpang ke jalan yang berbelit-belit (ay 5). Siapakah yang dimaksudkan dengan kelompok orang seperti ini? Tidak selalu mudah untuk menjawabnya.

Tetapi kiranya, yang dimaksud dengan ungkapan yang terakhir ini ialah orang yang suka kepada perilaku kejahatan dan kemudian berusaha membenarkan perilaku jahat itu dengan kelicikan kata-kata lewat pengadilan. Proses seperti ini berbelit-belit dan menimbulkan banyak kesulitan dan kerepotan hidup. Model orang seperti itu tentu sangat menyakitkan dan kiranya juga tidak disukai. Karena itu, pemazmur memohon agar orang seperti itu hendaknya dienyahkan oleh Tuhan. Tetapi kita tidak bisa memaksa Tuhan mengabulkan permohonan itu. Kita harus dengan hati lapang membiarkan Tuhan bertindak dalam kasih dan keadilan dan hukum-hukumNya. Hanya Tuhan yang tahu apa yang terbaik.

Bandung, akhir Desember 2015.
Oleh: Fransiskus Borgias M.
Dosen Teologi Biblika FF-UNPAR Bandung.


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...