Oleh: Fransiskus Borgias M.
Ada banyak model atau cara yang dapat ditempuh seorang raja atau pemimpin untuk memerintah atas rakyatnya. Ada yang memerintah dengan tangan besi dan darah, Eisen und Blutt, meminjam istilah dari khasanah kebijakan politik Jerman pada masa pemerintahan Otto von Bismarck. Ada yang mencoba memerintah dengan lemah lembut dan rendah hati, penuh kearifan, dan kasih sayang, memerintah dengan cara melayani, cui servire regnare est (memerintah dengan cara melayani). Cara seorang raja memerintah atau memimpin amat ditentukan atau dipengaruh oleh titik acuan pandang ke mana ia memandang selama ini untuk mengambil model dasar. Kalau ia mengambil model diktator, maka ia akan menjadi seorang diktator yang keras dan machiavelistik, tujuan menghalalkan cara, the end justifies the means, finum iustificat medium. Sebaliknya kalau ia mengambil model raja yang baik hati, lemah lembut, dan rendah hati, maka ia akan menjadi seorang raja yang lembut dan rendah hati juga. Jika ia mengambil model orang jahat, maka ia akan menjadi penjahat. Sebaliknya jika ia mengambil model orang yang baik maka ia akan menjadi orang yang baik.
Kira-kira hal seperti itulah yang dapat kita lihat dalam Mazmur 101 ini yang melukiskan seorang raja yang mengucapkan sebuah niatan suci atau nazar. Tetapi sebelum melangkah lebih lanjut untuk membahas kandungan makna dalam Mazmur ini, terlebih dahulu saya coba melihat beberapa persoalan teknis terkait mazmur ini. Judul Mazmur ini dalam Alkitab kita ialah “Seorang raja Bernazar”. Ia mengungkapkan niatan hatinya yang paling dalam sehubungan dengan kebijakan politik pemerintahannya. Mazmur ini termasuk cukup singkat (8 ayat). Untuk memudahkan pemahaman dan penjelasan maka saya membaginya ke dalam tiga bagian besar sbb: Bagian I, mencakup ayat 1. Bagian II, mencakup ayat 2-5. Bagian III, mencakup ayat 6-8. Saya mulai dengan bagian pertama.
Seorang raja yang baik harus berpegang teguh pada kasih setia dan hukum yang berasal dari Tuhan sendiri. Di sini disebutkan beberapa unsur pokok. Pertama, ialah hesed (steadfast love) atau kasih setia. Hesed ini adalah salah satu sifat Allah sendiri. Sang raja yang baik mencoba menyanyikan (baca: memuji dan memuliakan) kasih setia Tuhan sambil berharap bahwa hal itu akan dapat menjadi kasih setia Dia sendiri juga dalam dan selama hidupnya. Sedangkan yang kedua ialah hukum; dan hukum yang disinggung di sini diyakini sebagai berasal dari Allah sendiri, yaitu hukum Taurat. Sang raja berniat dengan sungguh (nazar) untuk menyanyikan kedua hal itu. Masih ada unsur ketiga yaitu niat yang teguh untuk bermazmur bagi Tuhan. Ini adalah benar-benar sebuah politik pemerintahan yang religius dan teosentris, menjadikan Tuhan sebagai pusat tata hidup politik, sosial, dan ekonomi.
Setelah berniat secara teosentris, dengan ini saya mulai melihat bagian kedua (ayat 2-5), sekarang ia berniat secara sosio-etiko-sentris. Agar dapat memuji Tuhan dengan baik dan sepatutnya, seorang raja harus memperhatikan hidup yang tidak bercela. Dengan kata lain, ia harus hidup dengan baik, dengan mutu moral yang tinggi. Menarik bahwa ayat 2a ini diakhiri dengan sebuah pertanyaan retoris (...bilahkah...). Gaya retoris ini bermaksud menegaskan bahwa hidup tidak bercela yang ia canangkan itu semoga berkenan kepada Allah. Dalam ayat 2b ia masih mencanangkan sebuah niatan moral-etis baru yaitu hidup dengan hati yang tulus dalam rumahnya; rumah di sini antara lain bisa diartikan sebagai kaum keturunan atau dinasti. Dengan kata lain, ia mau menjadikan diri sebagai model keunggulan moral etis teologis bagi seluruh kaum keturunannya. Dalam ayat 3-5 kita hanya melihat daftar yang lebih rinci dan kongkret dari niat hidup luhur dan mulia itu di hadapan Tuhan. Misalnya ia tidak mau melihat perkara dursila (buruk kelakuan alias jahat), ia tidak suka akan perbuatan murtad (ay 3). Dalam ayat 4 ia menegaskan bahwa ia tidak mau memelihara hati yang bengkok, ia juga tidak mau memelihara hati yang jahat. Ia juga tidak suka akan orang yang mengumpat sesamanya secara sembunyi-sembunyi. Ia tidak suka akan perilaku seperti itu. Ia juga tidak suka akan orang yang sombong dan tinggi hati.
Jika dalam bagian kedua sang raja mencoba menghindar dari jalan negatif, maka dalam bagian ketiga ini ia mencoba menempuh lorong positif. Itulah yang ia canangkan dalam ayat 6: ia mau mengarahkan pandangan matanya kepada orang-orang yang setia dan baik di negeri. Ia ingin agar ia dikelilingi oleh orang-orang luhur dan mulia seperti itu. Ia ingin agar orang-orang yang melayani di sekeliling dia adalah orang-orang yang hidup tidak bercela. Ia tidak menghendaki ada orang penipu di tengah kaum keturunannya, ia juga tidak menghendaki ada orang yang suka bicara dusta di hadapan matanya. Kedua model orang seperti ini dianggap kehinaan dan cacat bagi hidupnya. Itu yang dapat kita lihat dalam ayat 7. Akhirnya dalam ayat 8 kita membaca sebuah niatan berani dan tegas sebagai bagian utuh dari kebijakan politiknya: membinasakan orang fasik, para pelaku kejahatan dihancurkan (ayat 8).
Jika ada sosok seorang raja seperti itu sekarang ini khususnya di Indonesia, maka kiranya tidak akan muncul bajingan-bajingan tengik seperti Akil Muchtar, atau Joko Susilo, dan para koruptor lainnya seperti MN, AU, AM, para koruptor yang menjadikan anggaran belanja negara sebagai ‘meja perjamuan’ bejat mereka, juga para koruptor yang terlibat dalam kasus daging sapi impor, dan koruptor yang terkait bank century, dan masalah migas, dst-dst.
Dempol, 09 Oktober 2013
Fransiskus Borgias M.
canticum solis adalah blogspot saya untuk pendalaman dan diskusi soal-soal filosofis, teologis, spiritualitas dan yang terkait. Kalau berkenan mohon menulis kesan atau komentar anda di bagian akhir dari artikel yang anda baca. Terima kasih... canticum solis is my blog in which I write the topics on philosophy, theology, spiritual life. If you don't mind, please give your comment or opinion at the end of any article you read. thanks a lot.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
PEDENG JEREK WAE SUSU
Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari Puncak perayaan penti adala...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm) Mazmur ini termasuk cukup panjang, yaitu terdiri atas 22 ayat, mengikuti 22 abjad Ib...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Doa mohon Israel dipulihkan. Judul itu mengandaikan bahwa keadaan Israe...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Sebagai manusia yang beriman (percaya), kiranya kita semua sungguh-sungguh yakin dan percaya bahwa Tuhan itu...
No comments:
Post a Comment