Tuesday, August 13, 2013

MENIKMATI MAZMUR 98

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Ada perbedaan yang cukup besar antara orang yang menciptakan lagu untuk kepentingan komersial seperti yang ada dalam kehidupan modern dewasa ini, dan orang yang menciptakan nyanyian karena terdorong oleh sebuah pengalaman rohani yang sangat dalam dan intens yang dirasakan dalam hidup si pencipta lagu itu. Yang satu menciptakan lagu karena tujuan dan nilai ekonomis tertentu. Sedangkan yang lain menciptakan lagu karena terdorong oleh pengalaman sukacita rohani yang tidak untuk diperdagangkan. Akan terasa sangat janggal jika sampai hal seperti itu menjadi komoditas dagang. Walau tidak bisa disangkal juga bahwa lagu-lagu rohani (lagu religi) bisa menjadi komoditas komersial yang sangat menggiurkan sebagaimana yang kita lihat dalam televisi setiap hari sekarang. Kiranya lagu yang dinyanyikan pemazmur di sini adalah nyanyian rohani yang terpancar dari dalam hati sanubarinya yang tersentuh oleh pancaran-pancaran sukacita suci dan ilahi. Ia tidak peduli apakah lagu itu mempunyai nilai secara ekonomis dan komersial atau tidak. Hal itu bukan prioritas utama dari hidupnya. Fokus dia terarah kepada sesuatu yang lain.

Ada cukup banyak Mazmur yang dapat dikategorikan mazmur ajakan untuk melambungkan nyanyian dan puji-pujian kepada Tuhan. Salah satunya ialah Mazmur 98 ini. Sebelum membahas lebih lanjut isinya dari ayat ke ayat, terlebih dahulu saya mau membeberkan beberapa hal teknis terkait dengan upaya pemahaman dan penafsiran mazmur ini. Mazmur ini dalam Alkitab kita mempunyai berjudul: “Saat penyelamatan sudah dekat.” Mazmur ini hanya terdiri atas 9 ayat. Mazmur ini dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama: ayat 1-3. Bagian kedua: ayat 4-9. Bagian pertama disusun dengan pola sbb: ada aksi, dan ada penjelasan mengenai alasan mengapa aksi itu terjadi atau dilakukan; jadi, ada aksi dan ada alasan aksi. Sedangkan bagian kedua, dimulai dengan pencanangan aksi juga, tetapi diakhiri dengan pelukisan personifikasi yang amat menarik, yang juga mengarah ke deskripsi alasan bagi aksi tersebut. Mari kita lihat secara lebih rinci dari ayat ke ayat dalam bagian berikut di bawah ini.

Pertama-tama, saya mau memperhatikan judul mazmur ini. Judul itu dengan kuat mengungkapkan konteks pengalaman rohani yang melahirkan untaian ayat-ayat mazmur ini. Konteks pengalaman rohani itu ialah pengalaman akan kenyataan bahwa saat penyelamatan yang berasal dari Tuhan penyelamat sudah dekat. Berarti pemazmur merasa sangat dekat dengan aura dan situasi keselamatan, aura shalom, aura damai sejahtera. Aura itu sedemikian kuatnya sehingga ia pun memberikan sebuah reaksi yang sepadan.

Terdorong oleh pengalaman rohani itu pemazmur menyatakan aksinya yaitu mengajak pendengar atau pembacanya agar menyanyikan nanyian baru bagi TUHAN (ayat 1). Teks ini kiranya sangat terkenal dan akrab di telinga kita karena sering dipakai para komponis sebagai syair lagu mereka. Aneh rasanya jika kita tidak akrab dengan refrein seperti itu. Dalam bahasa Latin kita akrab dengan penggalan syair ini: “Cantate Domini, canticum Novum” (Nyanyikanlah bagi Tuhan, Nyanyian baru). Bahkan ada kelompok paduan suara di dunia Kristiani yang mengangkat kedua penggal kalimat itu menjadi nama kelompok koor atau paduan suara mereka. Ada yang hanya memakai bagian depannya: Cantate Domino. Ada yang memakai bagian keduanya: Canticum Novum. Mungkin ada juga kelompok yang sekaligus memakai kedua-duanya sebagai nama kelompok mereka. Hal ini menjelaskan betapa penggal kalimat itu sangat terkenal di dunia Kristiani, khususnya Katolik. Di sini dan dengan ini Pemazmur mengajak kita agar melambungkan lagu baru (canticum novum) bagi Tuhan (Domino). Setelah itu ia berturut-turut dalam ayat 1b-3, ia memberikan alasan mengapa ia menyampaikan ajakan tersebut.

Jika kita baca baik-baik maka di situ disebutkan tiga alasan mengapa kita harus menyanyikan lagu baru bagi Tuhan. Pertama, karena Tuhan sudah melakukan banyak perbuatan ajaib (1b) yaitu mendatangkan keselamatan bagi manusia. Tangan kanan Tuhan telah memperlihatkan kekuatan, sebagaimana kita dengar dalam pekikan mazmur lain yang sering dinyanyikan pada malam Paskah dan dalam mazmur antar bacaan. Kedua, masih terkait dengan pengalaman keselamtan itu (1b), dan sekarang ia kaitkan pengalaman keselamatan itu dengan perbuatan keadilan Tuhan yang Ia nyatakan kepada segala bangsa (ayat 2). Ketiga, juga masih terkait dengan yang terdahulu, yaitu keselamatan Tuhan bisa terjadi, karena Tuhan tidak lupa akan kasih setia (hesed) dan kesetiaan-Nya (emet) kepada Israel. Terlebih lagi, sekarang segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Tuhan, sebagaimana dicanangkan juga dalam mazmur lain: segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.

Kemudian dalam ayat 4 pemazmur mulai lagi dengan ajakan aksi baru yaitu ia mengajak seluruh bumi agar bersorak-sorai bagi Tuhan. Ajakan itu diungkapkan dengan beberapa kata kerja yang mengungkapkan hal yang sama yaitu bergembiralah, bersorak-sorailah, dan bermazmurlah (ayat 5). Kita juga melihat di sini alat-alat yang dipakai untuk mengiringi sukacita kita. Disebutkan di sini alat-alat seperti kecapi (ayat 5), nafiri dan sangkakala (ayat 6). Kita diharapkan untuk bersukacita dengan memakai pelbagai alat musik di hadapan Tuhan. Tidak hanya itu; pemazmur juga berharap agar tidak hanya manusia yang bersorak-sorai bagi Tuhan, melainkan juga seluruh bumi, laut dan segala isinya (ayat 7). Di sini kita rasakan sebuah personifikasi yang menarik. Komponen alam diperlakukan seperti manusia dan diajak untuk ikut dalam lagu pujian manusia di hadapan Tuhan. Dalam ayat 8 sungai-sungai dipersonifikasi seperti manusia yang mempunyai tangan sehingga dapat bertepuk-tangan memuji Tuhan Pencipta. Gunung-gunung juga dipersonifikasi sedemikian rupa sehingga mereka pun bersorak-sorai (ayat 8b). Itu semua terjadi karena TUHAN sudah datang untuk menghakimi bumi. Penghakiman itu akan dilaksanakan dalam keadilan dan kebenaran. Hal itulah yang akhirnya mendatangkan sukacita yang teramat besar bagi hati si pemazmur (ayat 9).

Sedemikian besarnya luapan dan lonjakan sukacita itu sehingga ia mengajak semua pihak lain, baik sesama manusia, maupun makhluk ciptaan lain di dalam alam semesta ini untuk turut serta bergembira bersama dia untuk memuji dan memuliakan Tuhan Allah yang datang untuk mengadili dan menghakimi dunia ini dengan keadilan dan kebenaran.


Yogyakarta, Januari 2013

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...