Oleh: Fransiskus Borgias M.
Hormatilah TUHAN dan taatilah Dia
Marilah kita bersorak-sorai untuk TUHAN, bersorak-sorai bagi gunungbatu keselamatan kita.
Biarlah kita menghadap wajah-Nya dengan nyanyian syukur, bersorak-sorai bagi-Nya dengan nyanyian mazmur.
Sebab TUHAN adalah Allah yang besar, dan Raja yangbesar mengatasi segala allah.
Bagian-bagian bumi yang paling dalam ada di tangan-Nya, puncak gunung-gunungpun kepunyaan-Nya.
Kepunyaan-Nya laut, Dialah yang menjadikannya, dan darah, tangan-Nyalah yang membentuknya.
Masuklah, marilah kita sujud menyembah, berlutut di hadapan TUHAN yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.
Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun,
pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Empat puluh tahun Aku jemu kepada angkatan itu,maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan merekaitu tidak mengenal jalan-Ku.”
Sebab itu Aku bersumpah dalam murka-Ku: “Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”
Tidak selalu mudah untuk setia dan bertekun dalam iman. Tidak selalu mudah untuk menjaga agar tidak menyimpang dari iman akan Allah. Butuh perjuangan dan ketekunan yang luar biasa agar tetap setia. Memang kesetiaan adalah sebuah perjuangan. Bukan sebuah keadaan yang bersifat tetap dan stabil. Ia harus selalu diperjuangkan. Sebuah proses menjadi, proses becoming. Ada banyak godaan dan tantangan dalam hidup beriman. Ada banyak alasan bagi manusia beriman untuk menyimpang jauh dari imannya. Memang ada godaan abadi untuk jatuh ke dalam bahaya berhala seperti kata seorang teolog dulu yang bernama Gabriel Vahanian.
Problem seperti itulah yang coba dilukiskan dengan bahasa lain dalam Mazmur 95 ini. Mazmur ini dalam Alkitab kita mempunyai judul yang menarik, “Hormatilah TUHAN dan taatilah Dia”. Mazmur ini termasuk mazmur yang pendek, hanya terdiri atas 11 ayat saja. Untuk dapat menikmatinya dengan baik, saya akan membaginya terlebih dahulu ke dalam tiga bagian. Bagian pertama meliputi ayat 1-5. Bagian kedua meliputi ayat 6-7. Bagian ketiga meliputi ayat 8-11.
Mazmur ini sangat terkenal dalam tradisi doa gereja Katolik, karena mazmur ini dipakai sebagai mazmur pembukaan untuk ibadat pagi yang harus diucapkan setiap hari oleh mereka dengan tekun mendoakan doa brevir atau ofisi ilahi. Mazmur ini dipakai pada pagi hari sebagai ajakan untuk memuji Tuhan. Itulah yang tampak sangat kentara dalam ayat 1-2. Di situ kita diajak untuk bernyanyi dan bersorak-sorai bagi Tuhan yang adalah gunung batu sumber dan tempat keselamatan kita (ay.1). Kita harus menghadap Tuhan dengan nyanyian syukur dan mazmur (ay.2). Kemudian diberikan alasan mengapa kita harus melakukan hal tersebut. Jadi, di sini diberikan alasan, sebuah pembenaran rasional atas pujian itu. Alasan pertama saya sebut alasan teologis yang ada dalam ay.3: kita memuji dan memuliakan Dia karena Dialah Allah yang agung, dialah sang Raja yang melampaui segala sesuatu. Alasan kedua saya sebut alasan kosmologis dalam ayat 4-5. Sebagai penguasa alam semesta Tuhan menguasai segala sesuatu (bumi paling dalam, puncak gunung tertinggi). Tuhan juga yang menguasai daratan dan lautan karena Dialah yang menciptakan semuanya.
Kemudian kita masuk ke dalam bagian kedua. Di sini secara lebih eksplisit diajukan sebuah ajakan untuk memuji dan memuliakan Tuhan dalam sebuah liturgi atau ibadat, yaitu memuji Tuhan di tempat-Nya yang kudus. Kalau yang di atas tadi, adalah sebuah ajakan umum untuk memuji Tuhan di alam semesta, maka yang sekarang adalah sebuah ajakan khusus untuk memuji Tuhan dalam rumah Tuhan, rumah ibadat. Kita diajak untuk masuk ke dalam rumah Tuhan, lalu disana kita bersujud menyembah Tuhan pencipta kita (ay.6). Kemudian dalam ayat 7 kita lihat sebuah alasan lain dan khusus yang terkait erat dengan relasi Allah dan Umat yaitu dengan memakai metafor domba dan gembala. Kita membayangkan diri sebagai domba yang berada di bawah tuntunan dan bimbingan Tuhan sang Gembala (ay.7). Tentu saja penggal ayat ini serta-merta mengingatkan kita akan Mazmur 23 (bdk.Yeh.34, Yoh.10, dll).
Sesudah itu kita mencoba melihat bagian ketiga. Di sini untaian ajakan untuk memuji dan memuliakan Allah dikaitkan dengan sejarah penyelamatan di masa silam. Di sini kita diajak agar sudi dengan rendah hati dan terbuka mendengarkan suara Tuhan. Jika kita mendengarkan suara Tuhan pada hari ini, semoga hati kita serba terbuka dan rela menerima siraman firman itu. Jangan sampai hati kita menjadi tegar dan keras seperti yang pernah terjadi di masa silam dalam tahap perjalanan di padang gurun keluar dari Mesir menuju Tanah Terjanji (ay.8-9). Dalam kedua ayat ini disebut secara khusus nama dua tempat, di mana dimasa silam pernah terjadi sebuah peristiwa dramatis. Kedua nama tempat itu ialah Meriba dan Masa, nama kedua tempat di padang gurun, padang pengembaraan, padang perjalanan menuju ke Tanah Terjanji. Menurut ay.9 dikatakan bahwa nenek moyang mereka dulu di masa silam berani menguji dan mencobai Tuhan. Hal itu sudah sangat keterlaluan, sebab sesungguhnya hal itu sangat tidak perlu sama sekali, karena Tuhan sudah tidak perlu diuji dan dicobai lagi, karena Tuhan sudah memperelihatkan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib dan luar biasa. Rupanya perilaku itu adalah perilaku yang terus menerus terjadi atau dilakukan di masa silam oleh para leluhur mereka. Itu sebabnya Tuhan Allah merasa muak dan jemu akan mereka itu (ay.10). hal itu sama sekali tidak mengherankan sama sekali karena mereka adalah bangsa yang sesat hati dan tidak mau mengenal jalan-jalan Tuhan (ay.10). mereka tidak mengerti maksud bimbingan Tuhan. Tentu saja sikap seperti itu dari manusia mendatangkan reaksi tertentu juga dari pihak Tuhan. Reaksi itu dapat kita lihat dalam ay.11. Tuhan menjadi murka. Dan dalam murka-Nya itu Tuhan bersumpah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan mereka masuk ke dalam tempat perhentian Tuhan. Itu adalah rumah Tuhan. Para pendosa dan para pembangkang yang bandel ini tidak dapat dan tidak layak beristirahat bersama Tuhan.
Jadi, kita dianggap tidak layak untuk masuk ke dalam kediaman Tuhan. Dan betapa itu adalah sebuah situasi kemalangan yang luar biasa, sebuah situasi ketidak-beruntungan yang mengerikan. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain, selain menjalankan kewajiban fundamental kita sebagai makhluk ciptaan yaitu datang bersujud menyembah dan memuji Dia, sebab Dialah Tuhan, Penyelamat kita.
Nglempong Lor, Yogyakarta, awal Februari 2013
Fransiskus Borgias M.
canticum solis adalah blogspot saya untuk pendalaman dan diskusi soal-soal filosofis, teologis, spiritualitas dan yang terkait. Kalau berkenan mohon menulis kesan atau komentar anda di bagian akhir dari artikel yang anda baca. Terima kasih... canticum solis is my blog in which I write the topics on philosophy, theology, spiritual life. If you don't mind, please give your comment or opinion at the end of any article you read. thanks a lot.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
PEDENG JEREK WAE SUSU
Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari Puncak perayaan penti adala...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm) Mazmur ini termasuk cukup panjang, yaitu terdiri atas 22 ayat, mengikuti 22 abjad Ib...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Doa mohon Israel dipulihkan. Judul itu mengandaikan bahwa keadaan Israe...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Sebagai manusia yang beriman (percaya), kiranya kita semua sungguh-sungguh yakin dan percaya bahwa Tuhan itu...
No comments:
Post a Comment