Oleh: Fransiskus Borgias M.
TUHAN, Hakim yang adil
Mazmur. Nyanyian untuk hari Sabat.
2 Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi,
3 untuk memberitakan kasih-setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam,
4 dengan bunyi-bunyian sepuluh tali dan dengan gambus, dengan iringan kecapi.
5 Sebab telah Kaubuat aku bersukacita, ya TUHAN, dengan pekerjaan-Mu, karena perbuatan tangan-Mu aku akan bersorak-sorai.
6 Betapa besarnya pekerjaan-pekerjaan-Mu, ya TUHAN, dan sangat dalamnya rancangan-rancangan-Mu.
7 Orang bodoh tidak akan mengetahui, dan orang bebal tidak akan mengerti hal itu.
8 Apabila orang-orang fasik bertunas seperti tumbuh-tumbuhan, dan orang-orang yang melakukan kejahatan berkembang, ialah supaya mereka dipunahkan untuk selama-lamanya.
9 Tetapi Engkau di tempat yang tinggi untuk selama-lamanya, ya TUHAN!
10 Sebab, sesungguhnya musuh-Mu, ya TUHAN, sebab, sesungguhnya musuh-Mu akan binasa, semua orang yang melakukan kejahatan akan dicerai-beraikan.
11 Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru;
12 mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang-orang jahat yang bangkit melawan aku.
13 Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Linanon;
14 mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita.
15 Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar,
16 untuk memberitahukan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.
Apabila kita memandang dan merenungi alam ciptaan maka pasti akan selalu memunculkan reaksi tertentu dalam hati dan budi si penikmat itu. Hal itu bisa berbeda-beda dari orang yang satu ke orang yang lain. Hal itu tergantung pada religiositas dan spiritualitas orang yang bersangkutan. Jika seseorang itu seseorang yang mempunyai citarasa kepekaan religius yang tinggi, maka ia akan sujud dan syukur. Jika tidak, maka ia akan bersikap apatis saja, seolah-olah itu semua tidak bermakna sama sekali. Kebetulan yang kita temukan di sini adalah seorang penikmat alam yang mempunyai hati yang sangat peka secara religius, sehingga reaksi dia ketika memandang keagungan dan keindahan ciptaan ialah bernyanyi untuk memuji dan memuliakan sang Penciptanya. Ketika ia memandang keindahan dan keagungan ciptaan, ia pun serta-merta meloncat dari ciptaan itu ke sang Pencipta. Ia terbang dari sang makhluk menuju ke sang Khalik. Ia terbang melesat dari CREATURA ke sang CREATOR. Itulah inti dari pengalaman rohani dan iman yang dapat kita jumpai dalam Mazmur 92 ini, yang akan saya ulas secara ringan dan sederhana di sini.
Judul mazmur ini dalam Alkitab kita ialah “TUHAN, Hakim yang adil”. Mazmur ini termasuk kategori mazmur yang tidak terlalu panjang, karena hanya mencakup 16 ayat saja. Walaupun tidak terlalu panjang, tetapi untuk memudahkan pemahamannya, kita dapat membagi Mazmur ini ke dalam beberapa bagian kecil berikut ini. Bagaian pertama, ayat 1-5. Bagian kedua, ayat 6-12. Bagian ketiga, ayat.13-16.
Saya langsung saja mulai dengan melihat apa yang ada dalam bagian Pertama (ay.1-5). Di sini si pemazmur itu menganggap baik untuk memuji dan memuliakan Tuhan dengan lagu-lagu syukur (ay.2) dan dengan diiringi pelbagai alat-alat musik (ay.4); dan hal itu dilakukan dengan tiada hentinya, yaitu baik di waktu pagi maupun di waktu malam (ay.3). Jadi kita dapat membayangkan di sini semacam Paduan Suara (koor) dan dengan iringan sebuah Orchestra, perpaduan beberapa alat musik pengiring yang disebut secara khusus di sana (gambus, kecapi, bunyi-bunyian sepuluh tali). Alasan untuk menghaturkan pujian yang amat meriah ini diungkapkan dalam ayat 5: dikatakan di sana bahwa ia bernyanyi memuji karena ia merasa terdorong oleh sebuah rasa sukacita yang teramat besar. Ia bersukacita karena karya-karya Tuhan. Karya itu adalah karya penciptaan dan penyelenggaraan ilahi (providentia dei). Karya ciptaan Tuhan itu tidak lain ialah seluruh alam semesta ini dan juga manusia. Tuhan tidak hanya menciptakan segala sesuatu, melainkan juga menyelenggarakan hidup dari segala sesuatu.
Renungan tentang karya Tuhan ini tidak berhenti di sana saja, melainkan terus dilanjutkan dalam Bagian 2 (ay.6-12). Ia merasa betapa karya-karya Allah itu amat agung dan mulia. Itu adalah hasil dari rancangan-rancangan Allah yang amat dalam (ay.6; sebagaimana dikatakan oleh Paulus di tempat lain kelak: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” Rom.11:33). Menurut pengamatan si pemazmur, hanya orang saleh dan orang berhikmat sajalah yang bisa melihat dan sadar akan hal-hal itu. Sebaliknya, orang bodoh dan orang bebal tidak bisa mengetahui atau menyadari hal-hal itu (ay.7). Mungkin benar nasib orang fasik dan orang jahat itu baik-baik, beruntung, hidupnya makmur secara ekonomis; mungkin memang benar bahwa hidup mereka sangat berkembang pesat. Tetapi hasil akhirnya nanti sudah sangat jelas: tetap saja hidup mereka itu akan bermuara pada kehancuran untuk selama-lamanya (ay.8). Lalu sesudah itu Mazmur ini mulai berbicara tentang Allah. Berbeda dengan nasib akhir dari orang-orang fasik itu, Allah akan tetap berkuasa abadi. Hal itu sangat berbeda dengan nasib dari para musuh: mereka itu akan binasa dan tercerai-berai (ay.9-10). Kemudian, si Pemazmur, yang merasa diri berada di pihak Allah, mengalami kejayaan, dan digdaya. Hal itu disimbolkan dengan lambang tanduk banteng. Tanduk itu akan ditinggikan, dan itu adalah tanda kejayaan, tanda kedigdayaan. Tidak hanya itu saja; ia juga diurapi dengan minyak yang baru. Ini juga adalah lambang kemakmuran hidup, lambang kenyamanan hidup. Dalam keadaan seperti itu ia menyaksikan dan mendengar nasib para lawannya (ay.11-12).
Kemudian dalam Bagian 3 (ay.13-16) Mazmur ini berbicara tentang nasib yang akan dialami oleh orang-orang saleh dan benar. Pemazmur yakin bahwa mereka itu bernasib baik. Hal itu diibaratkan dengan pohon yang tumbuh di tanah yang subur dan yang berair cukup (ay.13). Dua pohon disebut secara khusus di sini, yaitu korma dan pohon aras. Yang satu untuk makan, sedangkan yang lain untuk papan (perumahan, bahan bangunan). Jadi idealisme “papan-pangan” ada di sini. Lebih menarik lagi karena di sini ada sebuah paralelisme (kesejajaran) dengan nasib orang-orang benar: Sebagaimana pohon korma itu tumbuh subur dan bertunas, dan sebagaimana pohon aras tumbuh subur di Libanon, demikianlah juga orang benar akan tumbuh subur dan bertunas di Bait Allah dan di pelatarannya (ay.14). Di sini ketika membaca dan merenungkan hal ini saya tiba-tiba teringat akan sebuah penglihatan (visiun) yang dialami oleh nabi Yehezkiel tentang mata air yang keluar dari Bait Allah lalu menjadi sebuah sungai besar yang mengairi dan menyuburkan dan menghidupkan segala sesuatu yang dilewatinya (bdk.Yeh.47). Jika dibaca dengan cara seperti itu, kiranya hal itu juga cocok dengan idealisme yang diungkapkan di tempat yang lain dengan sangat indah dan karena itu diangkat menjadi syair sebuah lagu: “Tuhan, siapa diam di kemah-Mu, siapa tinggal di kemah-Mu, siapa tinggal di gunung-Mu yang suci” (bdk.Mzm.15:1). Selanjutnya dikatakan bahwa oleh karena mereka bertumbuh di tempat yang cocok dan tepat maka mereka akan terus giat dan produktif hingga masa usia tua; mereka gemuk-gemuk dan segar-segar (ay.15); mereka tidak mengalami fenomena phobia usia tua yang dilukiskan dalam kitab Pengkotbah itu: “...juga orang menjadi takut tinggi, dan ketakutan ada di jalan, pohon badam berbunga, belalang menyeret dirinya dengan susah payah dan nafsu makan tak dapat dibangkitkan lagi – karena manusia pergi ke rumahnya yang kekal dan peratap-peratap berkeliaran di jalan...” (bdk.Pkh.12:1-8). Tidak ditimpa kekurangan sesuatu apa pun. Tetapi usia tua yang subur dan segar tidak dimaksudkan untuk tujuan egoistik belaka; melainkan hal itu dimaksudkan untuk sebuah tujuan proklamatoris, yaitu untuk mewartakan tiga hal yang sangat penting berikut ini: 1). Kebenaran Allah, 2). Allah itu benteng yang perkasa (dengan simbolisme gunung batu), 3). Tidak ada kecurangan kepada Allah (ay.16).
Nglempong Lor, Awal Januari 2013
Fransiskus Borgias M. (Mahasiswa Ph.D., pada ICRS-YOGYA).
canticum solis adalah blogspot saya untuk pendalaman dan diskusi soal-soal filosofis, teologis, spiritualitas dan yang terkait. Kalau berkenan mohon menulis kesan atau komentar anda di bagian akhir dari artikel yang anda baca. Terima kasih... canticum solis is my blog in which I write the topics on philosophy, theology, spiritual life. If you don't mind, please give your comment or opinion at the end of any article you read. thanks a lot.....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
PEDENG JEREK WAE SUSU
Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari Puncak perayaan penti adala...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm) Mazmur ini termasuk cukup panjang, yaitu terdiri atas 22 ayat, mengikuti 22 abjad Ib...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Judul Mazmur ini dalam Alkitab ialah Doa mohon Israel dipulihkan. Judul itu mengandaikan bahwa keadaan Israe...
-
Oleh: Fransiskus Borgias M. Sebagai manusia yang beriman (percaya), kiranya kita semua sungguh-sungguh yakin dan percaya bahwa Tuhan itu...
No comments:
Post a Comment