Tuesday, January 29, 2013

MENIKMATI MAZMUR 91

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Dalam lindungan Allah
1 Orang yang duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa
2 akan berkata kepada TUHAN: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai.”

3 Sungguh, Dialah yang akan melepaskan engkau dari jerat penangkap burung, dari penyakit sampar yang busuk.
4 Dengan kepak-Nya Ia akan menudungi engkau, di bawah sayap-Nya engkau akan berlindung, kesetiaan-Nya ialah perisai dan pagar tembok.
5 Engkau tak usah takut terhadap kedahsyatan malam, terhadap panah yang terbang di waktu siang,
6 terhadap penyakit sampar yang berjalan di dalam gelap, terhadap penyakit menular yang mengamuk di waktu petang.
7 Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu.
8 Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.
9 Sebab TUHAN ialah tempat perlindunganmu, Yang Mahatinggi telah kaubuat tempat perteduhanmu,
10 malapetaka tidak akan menimpa kamu, dan tulah tidak akan mendekat kepada kemahmu;
11 sebab malaikat-malaikat-Nya akan diperintahkan-Nya kepadamu untuk menjagaengkau di segala jalanmu.
12 Mereka akan menatang engkau di atas tangannya, supaya kakimu jangan terantuk kepada batu.
13 Singa dan ular tedung akan kaulangkahi, engkau akan menginjak anak singa dan ular naga.

14 “Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku.
15 Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
16 Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.”



Orang-orang yang beriman, dengan pelbagai macam cara, mencoba melukiskan dinamika hubungan mereka dengan Allah. Mereka yakin bahwa Allah melakukan sesuatu dalam dan bagi hidup mereka. Allah tidak pernah tinggal diam terhadap umat-Nya. Salah satu bentuk karya, tindakan, dan penyelenggaraan Allah itu dalam hidup kaum beriman, ialah bahwa Allah memberikan perlindungan bagi umat-Nya. Berkat perlindungan Allah, maka orang beriman merasa sangat amat terlindung dan karena itu tidak pernah merasa takut dalam situasi apa pun juga. Iman akan Allah menjadi penjamin bagi hidup mereka, yang membuat mereka sangat berani dan optimis dalam hidup ini. Hal-hal seperti itulah yang coba dibentangkan dan direnungkan dalam Mazmur 91 ini.

Mazmur ini dalam Alkitab kita mempunyai judul yang sangat menarik: “Dalam lindungan Allah.” Mazmur ini terdiri atas 16 ayat. Sesungguhnya jumlah itu tidak terlalu panjang. Untuk dapat menikmatinya dengan baik saya akan mencoba membagi-baginya ke dalam beberapa unit. Unit pertama mencakup ayat 1-2. Unit kedua mencakup ayat 3-13. Unit ketiga mencakup ayat 14-16. Selanjutnya dalam bagian berikut saya akan mencoba mengulas isi dari masing-masing ketiga unit tersebut dengan singkat dan sederhana.

Jika diteliti dengan baik, sesungguhnya ide pokok seluruh mazmur 91 ini sudah dibentangkan dalam kedua ayat awal (bagian pertama). Di sana dilukiskan mengenai relasi unik antara si pemazmur dan Allah. Di sana Allah diyakini oleh si pemazmur itu sebagai pelindung dan penyelamat manusia. Oleh karena si manusia itu percaya akan Allah, maka ia pun merasa aman, merasa serba terlindung, tidak takut akan apa pun juga. Ia merasa tidak takut sama sekali ketika akan melewatkan kegelapan malam, karena ia percaya bahwa ia berada dalam naungan dan lindungan Tuhan yang mahakuasa (ay.1-2).

Ide awal itu kemudian dikembangkan lebih lanjut dalam bagian kedua mazmur ini (ay. 3-13). Di sini secara lebih rinci dibentangkan perbuatan atau tindakan nyata Tuhan terhadap manusia yang percaya kepada-Nya. Dikatakan bahwa Tuhan itu akan meluputkan si pemazmur dari jerat perangkap. Kita tahu, perangkap selalu dipasang secara terselubung (tidak sampai bisa kelihatan), agar mangsa mudah terjebak. Dari jerat perangkap seperti itu Tuhan melindungi umat-Nya yang percaya kepada-Nya. Tuhan juga melindungi dia dari wabah penyakit sampar. Dalam ayat 4 kita menemukan sebuah metafor induk ayam atau burung pada umumnya. Bila malam tiba, induk ayam akan merentangkan sayap-sayapnya dan membuat bulu-bulu sayapnya itu membesar, dan setiap anaknya yang masih kecil-kecil akan masuk ke dalamnya, dan di sana mereka merasa sangat aman terlindung dan mendapatkan kehangatan yang memungkinkan mereka terluput dari angin dingin malam hari. Tuhan pun dibayangkan secara metaforis bertindak seperti itu dalam memberi perlindungan bagi umat-Nya. Dalam hal itu, Tuhan sangat setia. Kesetiaan itu adalah perisai dan pagar tembok bagi mereka. Jika Tuhan sudah mengepakkan sayap perlindungan-Nya, maka kita yang percaya tidak usah takut terhadap ancaman malam yang mengerikan (ay.5).

Memang dalam dunia dan alam pikiran Perjanjian Lama, malam selalu melambangkan ancaman eksistensial yang bisa menghancurkan hidup manusia. Maka melewatkan malam itu perlu perlindungan yang sangat luar biasa dari Tuhan sendiri. Tidak hanya malam yang mengancam dan menakutkan. Siang juga sangat mengerikan; dibayangkan bahwa situasi yang dihadapi ialah situasi perang; perang hanya dilakukan di siang hari saja. Maka pada siang hari panah dan tombak, berseliweran dari segala arah mengancam hidup manusia. Di sini perlindungan dan naungan Tuhan menjadi sangat penting. Dalam ayat 6 muncul kembali ancaman dalam rupa penyakit (sampar dan menular). Biarpun banyak orang jatuh terjerembab dan mati (ay.7), tetapi orang yang percaya dan mengandalkan Tuhan tidak akan jatuh. Ia akan selamat karena Tuhan menjadi tempat perlindungan. Ia tidak akan ditimpa malapetaka. Ia malah bisa menonton semua peristiwa dramatis itu (ay.8). Oleh karena Tuhan adalah benteng dan tempat perlindungan yang aman baginya (ay.9), maka tulah tidak akan mendekati kemahnya (ay.9). Malaekat-malaekat Tuhan sendiri akan melindungi dia (ay.11); dia akan ditatang (diangkat ke atas dengan tangan) agar kaki tidak tersandung pada batu (ay.12). Binatang-binatang buas tidak lagi akan menjadi ancaman bagi dia. Ia tidaktakut akan semua binatang itu (ay.13).

Dalam unit yang terakhir (ay.14-16), mazmur ini melihat persoalan ini dari sudut pandang Allah. Jika si manusia (pemazmur) itu benar-benar percaya kepada Tuhan, mengenal dan mengakui nama Tuhan, maka Tuhan pasti akan meluputkan dia, membentengi dia dari ancaman bahaya (ay.14). Tuhan sendiri memberi jaminan bahwa jika manusia berseru kepada Tuhan, maka Tuhan akan menjawab dia, Tuhan akan menyertai dia dalam kesesakan (ay.15). Secara positif, dikatakan bahwa Tuhan akan memuliakan dia. Tuhan akan memberikan kemakmuran dan kenyamanan hidup bagi dia. Dia tidak akan ditimpa kelaparan. Tuhan akan memberikan keselamatan kepada manusia yang percaya kepadanya. Umur panjang juga akan diberikan kepadanya (ay.16).

Mungkin karena dalam mazmur ini pada bagian awalnya dan juga pada beberapa ayat yang lain disebut kata malam atau bermalam, atau mungkin juga karena Tuhan dilukiskan dengan memakai metafor induk ayam yang memberi perlindungan dan kehangatan bagi anak-anaknya ketika melewati malam yang kelam dan dingin penuh ancaman bahaya maut, maka mazmur ini dalam tradisi doa gereja biasanya dipakai sebagai salah satu mazmur untuk doa penutup di malam hari, atau Completorium, terutama pada hari Minggu (Ibadat Sore II, Minggu malam). Dengan nada-nada yang sangat indah beginilah bunyi antifon mazmur Completorium itu: “Tuhan akan menudungi engkau, dengan kepak-Nya, engkau tak usah takut akan bahaya di waktu malam.”


Nglempong Lor, Yogyakarta, Desember 2012
Fransiskus Borgias M. (Mahasiswa Ph.D., pada ICRS-YOGYA)


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...