Tuesday, March 27, 2012

MENIKMATI MAZMUR 83

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Judul Mazmur ini dalam Kitab Suci kita ialah “Doa mohon pertolongan melawan musuh.” Dari judul kita dapat menarik kesimpulan bahwa Israel sedang merasa tidak berdaya karena mereka diancam oleh musuh-musuh. Mazmur ini termasuk cukup panjang, yaitu terdiri atas 19 ayat. Sebagaimana biasanya, untuk memudahkan proses pemahaman dan penjelasannya saya mencoba membaginya atas dua bagian besar. Bagian I: ay 1-9; Bagian II: ay.10-19. Saya akan mencoba menjelaskan kedua bagian ini dalam bagian berikut.

Dalam ayat 1 dimulai dengan sebuah seruan kepada Allah agar Ia tidak lagi berdiam diri, tidak berbuat apa-apa, sebab para musuh sudah mulai bersikap angkuh (ay.2). Menarik sekali bahwa musuh di sini, yang seharusnya musuh Israel, diidentifikasi sebagai musuh Allah juga. Hal itu bisa dipahami karena Israel adalah umat pilihan Allah sendiri, sehingga musuh Israel adalah juga berarti musuh Allah. Ayat 4-6 dilukiskan mengenai substansi perbuatan para musuh itu terhadap Israel. Ada perundingan dan mufakat untuk mencelakakan umat Israel. Ancaman itu terasa paling eksplisit dalam ayat 5: “Marilah kita lenyapkan mereka sebagai bangsa, sehingga nama Israel tidak diingat lagi.”

Ketika membaca ayat ini tiba-tiba saya teringat akan situasi konflik Timur Tengah dewasa ini yang juga semakin memanas saja. Iran, lewat presidennya Ahmadinejah, suatu saat pernah menyatakan ambisi militer-politisnya: mereka mengembangkan nuklir untuk melenyapkan Israel dari peta bumi ini. Beberapa hari lalu saya membaca sebuah running text di sebuah TV swasta yang mengutip pernyataan senada dari presiden Iran di tengah konflik yang semakin meruncing antara Amerika Serikat dan Iran yang menyangkut isu nuklir Iran. Kata Ahmadinejah dalam running text itu ialah kurang lebih sbb: Israel itu bagaikan kangker ganas yang harus disingkirkan agar tubuh bisa sembuh kembali. Tetapi sang presiden itu lupa bahwa operasi pengangkatan kangker itu selalu ada risiko yaitu ada saja bagian tubuh yang dikorbankan. Itu pun belum tentu bisa sembuh total juga.

Ayat 6 melukiskan mutu atau intensitas permufakatan yang dibuat oleh para musuh itu: permufakatan itu sudah sangat serius alias tidak lagi main-main sebab para musuh itu sudah satu hati. Ayat 7-9 melukiskan secara jelas siapa para musuh itu yang merencanakan permufakatan tersebut. Ayat 7 menyebut orang Edom, orang Ismael, orang Moab dan orang Hagar. Itu semua adalah orang-orang yang dewasa ini disebut orang Arab, walau dulu sesungguhnya mereka tidak disebut demikian. Ayat 8 menyebut orang Gebal, orang Amon, orang Amalek (yang pernah muncul dan disebut juga dalam kisah-kisah penaklukan oleh Yosua itu dalam kitab Keluaran), Filistea dan Tirus. Ayat 9 menyebut orang Asyur dan bani Lot. Jadi, musuh itu sangat banyak. Dan yang lebih menakutkan lagi ialah Asyur ikut-ikutan dalam permufakatan itu, sebab Asyur adalah salah satu kekuatan adidaya dunia pada jaman itu, selain Mesir.

Pemazmur dalam ayat 10 teringat akan kemenangan-kemenangan Israel di masa silam lewat para pemimpinnya yang dibantu Allah. Oleh karena itu, ia pun memberanikan diri untuk meminta kepada Allah agar Ia sudi bertindak lagi seperti dulu terhadap Midian, Sisera, Yabin, yang semuanya dulu pernah dikalahkan dan dihancurkan. Pemazmur ini berharap agar Allah berbuat serupa terhadap persekongkolan jahat ini, biar mereka musnah menjadi pupuk tanah (ay.11). Ayat 12 masih menyebut nama beberapa pemimpin para bangsa di masa silam yang dengan sangat angkuh merencanakan kehancuran Bait Allah; disebut di situ nama-nama seperti: Oreb, Zeeb, Zebah, Salmuna (ayat 13). Dalam ayat 14 ini si Pemazmur semakin mengeksplisitkan doa permohonannya dengan memakai bahasa metafor: ia berharap agar permufakatan alias persekongkolan mereka hancur berantakan dan terbang berhamburan seperti dedak dan jerami. Ia berharap agar Allah memakai api, badai, puting beliung (tornado) untuk menghancurkan permufakatan para musuh itu (ay.15-16). Ia memohon agar para pemufakatan para musuh itu ditimpa malu dan diharap agar melalui pengalaman negatif itu mereka mengenal dan mengakui Tuhan dan kemudian mengakuinya (ay.17).

Untuk menutup uraian singkatan ini saya mengutip ayat 18-19: “Biarlah mereka mendapat malu dan terkejut selama-lamanya; biarlah mereka tersipu-sipu dan binasa, supaya mereka tahu bahwa Engkau sajalah yang bernama TUHAN, Yang Mahatinggi atas seluruh bumi.”

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...