Thursday, December 29, 2011

PREFASI NATAL I, II, III

Oleh: Fransiskus Borgias M.


Para sabahat dan pembaca nan budiman dan terkasih. Pada masa Natal ini, perkenankan saya menampilkan kepada para pembaca sekalian sebuah refleksi singkat dan sederhana mengenai Prefasi yang dipergunakan selama perayaan Ekaristi pada Masa Natal. Buku Tata Perayaan Ekaristi kita menyediakan tiga Prefasi Natal (yaitu Prefasi Natal I,Prefasi Natal II, dan Prefasi Natal III). Pada kesempatan ini saya akan berusaha mencoba menggali barang sedikit kandungan warta, keyakinan, dan pandangan teologis yang ada di dalam ketiga Prefasi itu. Saya ingin melihatnya sebagai satu kesatuan tematis yang sambung menyambung dalam sebuah catatan ringan di sini. Fokus utama ketiga prefasi itu pada dasarnya ialah misteri peristiwa inkarnasi itu.

Saya mulai dengan Prefasi Natal I. Prefasi Natal I ini mempunyai judul kecil yang sangat penting dan menarik; judul kecil ini merupakan salah satu kunci untuk dapat memahami seluruh arah dasar dan isi Prefasi ini. Judul kecil itu ialah sbb: Yesus Sang Terang. Jadi, prefasi ini mau memperkenalkan dan mewartakan tentang Yesus Kristus sebagai sang Terang atau Cahaya. Sebutan atau gelar ini serta mengingatkan saya akan salah satu sebutan mengenai Allah dalam Credo kita: Deum de Deo, Lumen de Lumnine. Jika Yesus diwartakan sebagai Terang atau Cahaya, maka hal itu berarti Ia adalah Allah. Sebelum melangkah lebih lanjut, sebaiknya saya memberi sebuah keterangan umum mengenai ketiga Prefasi ini, yaitu bahwa Ketiga Prefasi Natal ini mempunyai keterangan rubrik yang sama. Dalam rubrik itu ada keterangan mengenai kapan ketiga prefasi natal ini dipakai. Rubrik ini menunjuk pada dua saat penting pemakaian ketiga Prefasi ini. Pertama, dikatakan bahwa Prefasi ini dipakai dalam Perayaan Ekaristi Hari Raya Natal dan Selama Oktaf Natal, termasuk yang biasanya mempunyai prefasi khusus, kecuali kalau prefasi khusus itu menyangkut misteri ilahi atau pribadi ilahi. Artinya jika dalam prefasi itu disinggung misteri atau pribadi ilahi maka tidak usah diganti; jika tidak maka harus diganti dengan Prefasi yang eksplisit ini. Kedua, prefasi ini juga dipakai dalam Perayaan Ekaristi harian sepanjang Masa Natal (TPE, hal.50, 51,52).

Selama ini kita semua sudah tahu bahwa bagian Protokol prefasi selalu mengungkapkan kewajiban fundamental rasa syukur kita kepada Allah yang disusul dengan penjelasan mengenai alasan untuk rasa syukur itu. Pada Prefasi Natal I ini alasan bersyukur itu ialah misteri inkarnasi, yaitu misteri Sabda menjadi manusia, misterium verbum caro factum est. Itulah peristiwa paling fundamental dari iman Kristiani, karena dengan dan melalui peristiwa itu kita percaya bahwa Allah telah memancarkan keagungan-Nya yang tidak terperikan ke hadapan kita. Ia yang bertahta dalam terang yang tiada terhampiri, kini menjadi bisa kelihatan. Buah hasil dari proses penyingkapan itu ialah bahwa kita dapat mengenal Allah yang tidak kelihatan, melalui wujud Putera-Nya yang tidak lain adalah sang Juru Selamat kita, Yesus Kristus. Itulah sebabnya peristiwa ini sangat penting dan sangat fundamental bagi kita dan bahkan bagi seluruh umat manusia. Maka tidaklah mengherankan bahwa misteri inkarnasi ini kita rayakan dengan sangat meriah dan semarak. Bahkan menurut penetapan TPE, kita harus membungkukkan badan (tidak hanya sekadar menundukkan kepala) pada saat kita mengucapkan misteri itu di dalam Credo kita tepat pada saat kita mengucapkan frasa berikut ini: “...yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh Perawan Maria.” Penetapan itu berlaku untuk Perayaan Ekaristi hari Minggu biasa pada umumnya. Sedangkan khusus pada perayaan Ekaristi Natal ditetapkan bahwa kita mengucapkan hal itu dengan berlutut. Itu adalah sebuah tanda hormat yang sangat tinggi terhadap misteri inkarnasi itu. Sayang, belum semua gereja, dan belum semua pastor menyadari adanya penetapan seperti itu dalam TPE kita, dan karena itu mereka juga belum melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Padahal hal itu sangat penting dan mendasar.

Selanjutnya dikatakan bahwa sinar surgawi, yaitu Yesus Kristus sendiri menembus kabut yang selama ini telah menutup dan menyelimuti hati dan budi manusia. Agnostos Theos menjadi Gnostos Theos. “Allah yang tidak dikenal” menjadi “Allah yang dapat dikenal.” Itu semua dapat terjadi berkat peristiwa inkarnasi. Peristiwa inkarnasi ini mempunyai efek yang sangat besar bagi cakrawala penghayatan iman kita. Yaitu berkat peristiwa itu maka terbukalah sebuah cakrawala baru yang sangat luas terbentang dalam perspektif penghayatan iman dan pengharapan kita. Pada gilirannya kita pun dapat mendambakan kasih karunia dan keselamatan Allah, sesuatu yang tadinya sangat gelap dan hampir tidak terbayangkan, tetapi kini menjadi terang benderang karena kabut tebal itu telah ditembusi oleh cahaya surgawi itu sendiri. Itulah alasan yang paling mendasar mengapa bagi kita untuk ikut serta dalam kidung pujian para malaekat dalam liturgi agung dan abadi mereka di surga dengan memadahkan kidung tresahion atau the tripple holy itu sekarang dan di sini selama hidup kita di dunia ini.

Sekarang saya mau mengulas sedikit mengenai Prefasi Natal II. Prefasi ini mempunyai judul kecil yang menarik dan juga pasti sangat penting sebagai kunci untuk dapat memahami pesan dan warta dasar Prefasi ini. Judul kecilnya ialah: Segala Sesuatu Dibarui Karena Penjelmaan Kristus. Jadi, warta dasarnya ialah mengenai Pembaharuan karena misteri Inkarnasi. Keterangan mengenai rubrik sudah tercakup di bagian awal tulisan singkat dan sederhana ini. Prefasi ini selanjutnya memberi segi yang lain dari alasan untuk ekspresi rasa syukur kita kepada Allah. Tetapi sesungguhnya masih berkutat di sekitar misteri peristiwa inkarnasi itu juga, sebagaimana sudah ditetapkan pada awal tulisan ini. Natal adalah perayaan misteri Kelahiran sang Putera, yang kita yakini sangat agung dan tidak terperikan. Dikatakan sangat agung karena Allah yang tidak dapat kelihatan, kini menjadi tampak sebagai manusia dan tinggal di antara kita. Tentu hal ini adalah sebuah misteri yang teramat agung, misteri inkarnasi, Allah menjelma menjadi manusia.

Lalu tampak sebuah unsur baru yang disebut di sini, yakni aspek sejarah. Kita yakin, Allah sebagai sang penguasa sejarah, penguasa awal dan akhir, titik alpha dan omega, hidup dan ada melampaui waktu dan sejarah itu sendiri. Dikatakan melampaui waktu karena Ia sudah ada sebelum ada waktu, sebelum segala abad. Kini, Dia yang melampaui waktu itu, mulai memasuki waktu dan dengan itu Ia menjadikan segala sesuatu di dalam waktu itu menjadi baru. Waktu menjadi waktu yang sangat istimewa, chronos menjadi kairos. Sejarah lalu menjadi sejarah keselamatan, heilgesichte, salvation history. Tidak hanya itu saja. Misteri penciptaan disinggung lagi di sini karena dalam prefasi ini disinggung mengenai pemulihan keutuhan ciptaan dan alam semesta. Jadi, inkarnasi memperbarui penciptaan. Termasuk umat manusia di dalamnya. Di sini teringatlah kita akan dosa manusia pertama; itulah kesesatan manusia yang disinggung dalam prefasi ini. Dosa asali itu (original sin), kini dipulihkan dengan rahmat asali (original blessing) yang berasal dan datang dari Allah sendiri. Hal itulah yang memungkinkan manusia dapat berjalan menuju ke kebahagiaan sejati dan abadi, tentu dengan tuntunan Allah sendiri. Itulah yang menjadi alasan paling mendasar bagi kita untuk ikut serta dalam liturgi abadi nan agung para malaekat di surga dengan menggemakan di dunia ini kidung pujian para malaekat, the tripple holy itu, tresagion itu.

Selanjutnya saya menggali warta dan pesan teologis dalam Prefasi Natal III. Sebagaimana kedua Prefasi terdahulu, Prefasi ini pun mempunyai sebuah judul kecil yang sangat menarik dan juga sangat penting sebagai kunci untuk memahami warta dan pesan dasar Prefasi ini. Judul kecilnya ialah: Hidup yang Fana Diresapi Daya Ilahi. Jadi, prefasi ini menyoroti kefanaan yang mengalami proses transformasi karena pengaruh Daya Ilahi. Perlu diperhatikan juga bahwa Prefasi Natal III ini sangat singkat, jika dibandingkan dengan kedua prefasi Natal terdahulu.

Seperti kedua prefasi natal terdahulu, prefasi III ini juga masih berkutat di sekitar misteri inkarnasi. Hanya saja ada segi lain yang ditonjolkan di sini. Alasan kita mengucap syukur dalam prefasi ini ialah kenyataan bahwa karya penyelamatan Allah bersinar di tengah kita umat manusia. Dan hal itu mungkin terjadi karena peristiwa inkarnasi. Dalam peristiwa itu, Sabda Allah menjadi manusia lemah. Di sini disinggung mengenai teologi kenosis itu, seperti yang disinggung dalam Filipi 2 itu. Tetapi berbeda dengan ide kenosis dalam surat Paulus itu, yang disinggung di sini bukan terutama plerosis sang firman itu sendiri, melainkan terutama sekali disinggung peristiwa exaltatio atau bahkan plerosis hidup manusia itu sendiri, transformasi kefanaan hidup manusia oleh daya keilahian. Sebab di sana dikatakan bahwa Sabda menjadi manusia lemah, supaya hidup kami yang rapuh dan fana ini diresapi oleh daya ilahi-Mu yang abadi. Dan hal itu terjadi dalam dan karena Kristus Tuhan kami.

Plerosis dan exaltatio hidup kita itulah yang menjadi satu-satunya alasan bagi kita untuk ikut serta dalam liturgi abadi pada malaekat di surga dengan cara menggemakan kembali di dunia ini lagu pujian mereka: Kudus, kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa, surga dan bumi penuh kemuliaanMu, terpujilah Engkau di surga....

Yogya, 22-23 Desember 2011.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...