Saturday, January 28, 2012

MENIKMATI MAZMUR 79

Oleh: Fransiskus Borgias M.

Judul Mazmur ini dalam Alkitab kita ialah “Doa umat yang terancam.” Untuk dapat memahami Mazmur ini dengan baik, saya mencoba membaginya menjadi empat bagian yang tentu erat terkait satu sama lain, yaitu ayat 1-4, ayat 5-7, ayat 8-10, dan akhirnya ayat 11-13.

Ayat 1 dimulai dengan sebuah seruan kepada Allah. Jadi, seperti dikatakan dalam judul di atas tadi, jelas ini adalah sebuah doa. Si pendoa melaporkan tindakan kejam dan bengis para bangsa lain terhadap kaumnya. Secara khusus di sini disebutkan tiga kelompok tindakan kejam dan bengis itu. Pertama, para bangsa itu menduduki tanah milik Tuhan sendiri lalu mereka menajiskan bait kudus Tuhan yang ada di sana dan menghancurkan kota Yerusalem (ay.1). Ini adalah petunjuk historis bahwa Mazmur ini ditulis setelah Israel sudah memiliki Bait Allah, dan sekarang Bait Allah itu dihancurkan. Mungkin yang disinggung di sini ialah peristiwa penghancuran Bait Allah dan kota Yerusalem pada saat terjadi pendudukan oleh Babel pada abad ke-enam sebelum Masehi.

Kedua, para bangsa itu tidak hanya kejam terhadap tanah dan bangunan, melainkan juga kejam terhadap manusia; fanoklasme (penghancuran kuil atau tempat kudus) bermuara pada antropoklasme (penghancuran manusia), pada homisida, pada genosida. Ayat 2 melukiskan kekejaman itu dengan sangat vulgar: mayat-mayat hamba Allah dijadikan sebagai santapan burung bangkai dan binatang-binatang buas. Itu adalah kekejaman yang luar biasa, bahkan termasuk kategori penghinaan yang teramat mengerikan karena tubuh-tubuh orang yang mati tidak diperlakukan sebagaimana selayaknya dan dimakamkan, melainkan dijadikan makanan binatang buas. Ketiga, para bangsa itu melakukan pembantaian massal (masacre) sehingga darah pun tertumpah seperti air mengalir. Jelas ini adalah sebuah pelukisan yang teramat tragis, karena tidak ada penguburan; mayat-mayat manusia hanya menjadi makanan burung dan binatang buas saja (ay.3). Akibat dari itu semua dilukiskan dalam ayat 4: mereka menjadi celaan, cemooh, dan bahan olokan para bangsa sekitar. Mereka ditertawakan. Mereka dipermalukan. Itulah inti dari bagian pertama mazmur ini.

Bagian II mencoba melukiskan situasi di atas situasi tersebut. Tindakan para bangsa sangat kejam; di tengah situasi itu umat mati tidak berdaya. Oleh karena itu, mereka hanya bisa berharap pada Allah saja. Situasi ini diyakini sebagai akibat dari murka Allah terhadap mereka. Maka si pemazmur memohon agar murka itu tidak ditimpakan kepada Israel (ay.5), melainkan ditumpahkan kepada para bangsa lain (ay.6). Alasan bagi permohonan ini dilukiskan dalam ayat 7: “...sebab mereka telah memakan habis Yakub, dan tempat kediamannya mereka hancurkan.”

Pemazmur menyadari bahwa nenek moyang mereka memang dulu telah berdoa. Tetapi ia memohon dengan sangat agar hukuman akibat dosa para leluhur itu jangan sampai ditimpakan kepada mereka (ay.8a). Sebaliknya ia berharap agar Allah sudi berbelas-kasih kepada mereka, karena mereka sudah lemah dan tidak berdaya sama sekali (ay.8b). Ia meminta tolong kepada Allah, tidak lagi demi jasa baiknya sendiri, melainkan demi kemuliaan nama Allah sendiri (sebuah pemikiran teologis yang juga dapat kita jumpai dalam kitab nabi Yehezkiel).

Tetapi mengapa sampai demikian? Karena dosa umat telah mendatangkan cemooh terhadap Allah. Oleh karena itu, nasib umat yang selamat pasti akan memuliakan Allah. Cemooh dari bangsa lain itu terungkap dalam pertanyaan retoris yang ada dalam ayat 10: “Mengapa bangsa-bangsa lain boleh berkata: Di mana Allah mereka?” Dalam deru rasa marahnya si pemazmur akhirnya bahkan sampai tega juga meminta agar Allah melakukan balas dendam terhadap para bangsa lain itu (ay.10c). Ide balas dendam itu dilanjutkan dalam ayat 11-12. Jika hal itu sudah terjadi, maka terjadilah pemulihan (ay.13). Pengalaman positif itulah yang menjadi alasan bagi umat dan si pemazmur untuk bersyukur dan mewartakan pujian untuk Allah selama-lamanya, sebab tangan kanan Tuhan telah bertindak pada hari ini, sehingga kita patut merayakannya dengan hati gembira dan penuh sorak-sorai.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...