Wednesday, August 18, 2010

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 75

Oleh: Fransiskus Borgias M
Lay Theologian, dan Peneliti GESER INSTITUTE DAN CCRS
Center for Cultural and Religious Studies
Fakultas Filsafat UNPAR Bandung


Judul mazmur ini dengan jelas memperlihatkan apa isinya: Allah, Hakim yang adil. Pasti mazmur ini terkait dengan mazmur terdahulu: Di sana pemazmur meminta agar Allah segera bertindak. Rupanya Allah bertindak sehingga ia mempunyai pengalaman akan Allah sebagai hakim yang adil sebagaimana ia tuangkan dalam mazmur ini. Untuk memudahkan pemahaman, kita membagi mazmur ini menjadi tiga bagian: ay 1-6, ay 7-9, ay 10-11. Saya coba mengulas ketiga bagian ini satu per satu di bawah ini.

Ungkapan syukur dan pujian dalam ay 2 ini menandakan dan mengandaikan bahwa pemazmur sudah mempunyai pengalaman iman akan Allah, yang melakukan perbuatan-perbuatan ajaib. perbuatan ajaib itu antara lain terkait dengan apa yang kita baca dalam Mazmur 74. Pemazmur seakan mengutip perkataan Allah yang menegaskan bahwa Allah bertindak menurut irama dan ketetapanNya sendiri. Ia bertindak dan menghakimi tepat pada waktunya dengan tindakan kebenaran (ay 3). Yang menarik ialah bahwa dalam tindakan penghakiman Allah itu terjadi kehancuran kosmis dan antropologis secara dahsyat, tetapi tetap tinggal hal-hal paling mendasar sebagai syarat kelangsungan hidup: “…tetapi Akulah yang mengokohkan tiang-tiangnya.” (ay 4). Atas dasar pengalaman dan pengamatan itu, pemazmur segera mengingatkan para penindas dan orang yang sombong agar mereka tidak lagi berlaku kejam, dan tidak lagi dengan lancang memperlihatkan kesombongan. Kesombongan dalam alam pikiran Ibrani dilambangkan dengan tanduk, terutama tanduk yang diangkat tinggi-tinggi seakan sedang dibanggakan dan dipamerkan kepada orang lain, kepada lawan. Kira-kira seperti tanduk sapi atau rusa jantan yang dengan gagah perkasa diperlihatkan kepada lawan jenis maupun pejantan saingan (ay 5). Pemazmur berharap agar orang tidak lagi bersikap seperti itu (ay 6a). Ia juga mengingatkan agar jika orang berbicara, hendaklah orang berbicara dengan nada tenang dan rendah hati, tidak usah berbicara terlalu keras, sampai bertegang leher (ay 6b).

Mengapa pemazmur meminta sikap yang tahu diri seperti itu? Karena ia tahu bahwa Hakim atas alam semesta ini (termasuk manusia di dalamnya) bukan siapa-siapa, entah itu dari Timur maupun dari Barat, melainkan Allah sendiri. Allah-lah yang akan melakukan peninggian itu (ay 7). Allah yang memutuskan siapa yang akan ditinggikan, siapa yang akan direndahkan (ay 8). Orang sombong pasti akan diturunkan (seperti Kidung Maria). Dalam ay 9 kita membaca sebuah simbol baru: piala. Pemazmur melihat Tuhan memegang piala. Piala dalam alam pikiran Yahudi purba menandakan pengadilan Tuhan yang segera datang. Isi piala itupun aneh: anggur berbuih, penuh campuran bumbu. Tuhan menuangkan isi piala itu, artinya mulai melakukan tindakan pengadilan dan penghakiman itu, ke atas seluruh muka bumi. Tindakan itu menimpa semua orang fasik di atas bumi.

Menyaksikan semuanya itu pemazmur (yang diandaikan selama ini takut dan terancam oleh sekadar kehadiran dan terutama tindakan orang fasik di sekeliling mereka) pun bersorak-sorai. Hal itu tidak hanya berlangsung sebentar saja, melainkan berlangsung selama-lamanya. Ia mau mengidungkan mazmur, yaitu kidung pujian bagi dan di hadapan Allah, hakim yang menyelamatkan, yang tahu bertindak tepat pada waktunya (ay 10). Kemampuan bersorak dan bersyukur adalah tanda kehidupan, tanda sukacita. Itulah yang menjadi inti pengalaman hidup pemazmur. Nasib dan situasi kebalikan dari itulah yang dialami para lawannya yaitu orang fasik. Jika selama ini orang fasik mengangkat tanduk mereka tinggi-tinggi, sekarang tanduk-tanduk orang fasik itu dihancurkan Allah. Sedangkan tanduk-tanduk orang benar ditinggikan oleh Allah sendiri.


Bandung, 18 Agustus 2010
Sis BM,
GESER INSTITUTE FF-UNPAR BANDUNG

1 comment:

Unknown said...

Selamat malam Bp Fransiskus B M.
Ualasan Mazmur 75 sangat memberkati saya. Terima kasih TUHAN memberkati

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...