Wednesday, June 2, 2010

PREFASI SANTO YUSUF

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M
LAY THEOLOGIAN dan Peneliti CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG



Setelah beberapa minggu yang lalu saya sudah mengulas beberapa prefasi yang dipakai untuk Peringatan, Pesta dan Hari Raya Santa Perawan Maria dalam perayaan ekaristi, maka akhirnya saya juga mau membahas Prefasi Santo Yusuf. Saya mengulas Prefasi ini dalam kaitan dengan Santa Perawan Maria, karena bagaimana pun juga Santo Yusuf pun sangat jelas dan erat terkait dengan Bunda Maria. Hal itu tampak sangat jelas dalam edisi buku Misa Harian berbahasa Inggris. Di sana ada keterangan tentang dia sbb: Yusuf Suami Maria. (Tetapi perhatikan bahwa tidak ada keterangan seperti itu dalam TPE kita; mungkin terlupakan; tentu hal itu hanya diandaikan saja). Menurut keterangan dalam rubrik TPE kita, Prefasi ini dipapai dalam Perayaan Ekaristi Santo Yusuf. Dalam kalender Liturgi kita ada beberapa pesta dan peringatan Santo Yusuf. Saya tidak hafal semuanya. Tetapi kiranya yang terbesar (dan paling kuat saya ingat) ialah Hari Raya St.Yusuf yang setiap tahun jatuh pada tanggal 19 Maret. Saya katakana terbesar, karena hal itu masuk dalam kategori hari raya. (Sejenak saya ingat, dulu di Seminari Kecil dan Menengah, setiap tanggal 19 Maret adalah hari libur; mungkin karena saat itu seminari kami dipimpin para pastor SVD; dan tokoh penting kedua dalam sejarah awal eksistensi historis SVD selain Arnoldus Jansen, ialah Pater Josef Freinademetz).

Ada dua hal yang ditekankan di sini. Pertama, ialah sifat-sifat yang disebut berkaitan dengan Yusuf. Di sana disebutkan beberapa sifat beliau: 1) ia adalah pria tulus hati (just man), 2) ia juga disebut seorang hamba yang setia (loyal servant), 3) hamba yang bijaksana (wise). Sebutan-sebutan ini semua ada dasarnya dalam Kitab Suci. Sifat yang pertama, misalnya, dapat dilihat dengan mudah dalam pelukisan Injil Matius bab 1:19. Di sana ada keterangan sbb: “Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum...” Sifat kedua dan ketiga mungkin harus dicari pendasarannya pada tradisi penghormatan gereja dan liturgi terhadap Yusuf, dan juga pada perumpamaan tentang hamba yang baik, setia, dan kreatif itu dalam kisah-kisah Injil. Menarik bahwa sifat nomor satu (dalam buku TPE Indonesia) secara jelas dikaitkan dengan salah satu tugasnya, yaitu tugas mendampingi Santa Perawan Maria. (Dalam edisi Inggris pengkaitan itu tidak sangat eksplisit; hanya dalam bentuk tata urut kalimat saja). Tugas ini adalah tugas yang berasal dari Bapa; dengan kata lain, Allah Bapa sendirilah yang memberi tugas itu kepada Yusuf. Demikian keyakinan yang tersirat dalam Prefasi itu.

Tetapi, kedua, pertanyaannya sekarang ini ialah: kapan hal itu terjadi? Hal itu terjadi, yaitu lewat peristiwa kabar gembira kepada Yusuf dalam mimpi itu (Bdk. Mat.1:20-23). Sebab menurut Matius, bukan hanya Maria saja yang mendapat kabar Gembira dari Malaekat Tuhan sebagaimana dilaporkan dalam injil Lukas (2:1-7). Adalah berkat jasa Pater Raymond E.Brown-lah sehingga saya bisa menyadari adanya kabar gembira kepada Yusuf dalam injil Matius. Pater Brown membentangkan hal itu secara panjang lebar dalam bukunya The Birth of Messiah. Buku ini kemudian disajikan secara popular dalam kaitan dengan pemakaian liturgis, dalam buku popular yang berjudul Yesus Yang Dewasa Pada Masa Natal. Bahkan juga masih bisa ditelusuri jejak-jejaknya dalam bukunya yang lain yang berjudul Yesus yang Datang pada Masa Adven.

Lalu sifat kedua dan ketiga masing-masing dikaitkan dengan tugas-tugas sebagai kepala keluarga kudus, yang juga diandaikan atau diyakini dimandatkan oleh Bapa (Bdk.Mat.1:19) dan tugas sebagai bapa dan pengasuh Putera Tungga-Mu. Itulah sebabnya dalam sejarah teologi dan liturgi, Yusuf mendapat beberapa julukan yang penting dan menarik. Ada yang menyebut dia Redemptoris Custos atau juga Protector Redemptoris (sedangkan Maria ialah Redemptoris Mater, yang artinya Ibunda Sang Penebus). Masing-masingnya berarti Penjaga sang Penebus, Pelindung sang Penebus, Bunda sang Penebus. Yang pertama tadi (Redemptoris Custos) menjadi judul salah satu petuah apostolik (apostolic exhortation) dari Paus Yohanes Paulus II yang keluar pada tahun 1989 (setahun sesudah tahun Maria, 1988, yang didahului dengan ensiklik Redemptoris Mater tahun 1987).

Akhirnya, detail keterangan dalam edisi Buku Misa Harian berbahasa Inggris juga amat menarik untuk dikutip dan dibahas di sini. Pertama, bahwa Yusuf dengan kasih seorang suami, ia mengasihi Maria (with a husband love he cherished Mary, the Virgin Mother of God; perhatikan baik-baik bahwa keterangan detail ini tidak ada dalam TPE kita yang berbahasa Indonesia). Kedua, bahwa Yusuf, dengan kasih dan perhatian sebagai seorang ayah, menjaga dan melindungi Yesus Kristus Putera-Mu, yang dikandung dari Roh Kudus (with fatherly care he watched over Jesus Christ your Son, conceived by the power of Holy Spirit; perhatikanlah juga bahwa keterangan detail ini tidak ada dalam TPE kita yang berbahasa Indonesia). Akhirnya, TPE Prefasi ini yakin bahwa pujian para malaekat dan juga surga kepada Allah Bapa dilakukan melalui pengantaraan Kristus. Kita manusia di dunia ini juga ingin ikut serta ambil bagian dalam kidung pujian abadi itu dengan sepenggal seruan triple kudus yang amat terkenal itu.


Bandung, 24 Mei 2010
Ditulis dan dikembangkan kembali, 01 Juni 2010
SIS B (CCRS FF UNPAR)

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...