Wednesday, May 12, 2010

PREFASI KENAIKAN 1 & II

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
DOSEN TEOLOGI DAN PENELITI CCRS
(Center for Cultural and Religious Studies)
FAKULTAS FILSAFAT UNPAR BANDUNG




Buku Tata Perayaan Ekaristi kita, menyediakan bagi kita dua Prefasi Kenaikan: Prefasi Kenaikan I dan Prefasi Kenaikan II (demikian penyebutan keduanya di sana). Ketika saya coba bandingkan dengan apa yang tersedia dalam Tata Perayaan Ekaristi versi bahasa Inggris, ternyata di sana pun ada dua juga. Dan isinya juga sama karena memang berasal dari teks sumber yang sama dalam bahasa Latin (teks resmi dalam Missale Romanum). Dalam tulisan singkat dan sederhana ini, saya akan mengulas secara singkat isi dari kedua Prefasi Kenaikan itu. Saya mulai dengan prefasi yang pertama.

Di sini dalam Prefasi Kenaikan yang pertama ini, dibentangkan beberapa gelar dan misteri Kristologis. Pertama-tama disebut di sini bahwa Ia adalah sang raja mulia. Jadi, dalam prefasi pertama ini kita merayakan dan sekaligus juga mewartakan martabat Kristus sebagai sang raja mulia. Kedua, dalam status dan martabat itu Ia juga adalah sang Pemenang atas dosa dan maut, karena Ia telah bangkit (di-bangkit-kan) dari alam maut. Hidup tidak lagi tunduk pada kematian. Itulah yang menjadi warta pokok di sini. Dengan kata lain, kematian tidak dapat menguasai dan menghancurkan kehidupan. Hidup bergerak ke atas, gerak transenden, yaitu gerak kembali kepada sang empunya dan asal-muasal kehidupan itu yakni Allah sendiri. Dan sekarang gerak transendensi Kristologis itu semakin tegas dan jelas, karena Ia telah naik ke surga. Naiknya Tuhan Yesus ke surga itu disambut dengan semarak mulia oleh para malaekat di surga. Itulah hal ketiga yang disinggung dalam Prefasi ini. Harus dikatakan dengan terus terang bahwa hal ini tidak kita temukan dalam injil-injil. Ini adalah sebuah imajinasi religius kita (gereja), yang coba membayangkan bagaimana Tuhan Yesus disambut oleh para malaekat di surga. Sebuah lagu Pesta Kenaikan tradisional yang saya hafal dari masa kecil, yang mencoba menyimpan hasil imajinasi saleh-religius itu, berbunyi sbb: “Yesus melayang mulia, naik ke rumah BapaNya. Malaekat datang bertemu, bernyanyi lagu yang merdu. Hosanna, Hosanna, berbunyi di surga, hai bukalah pintu iringi rajamu. Hormatilah Yesus, sembahlah padaNya, yang raja malaekat dilantik BapaNya.”

Sesudah itu, keempat, dibentangkan beberapa gelar Kristologis lagi seperti Pengantara tunggal antara Allah dan manusia. Gelar ini juga mempunyai dasarnya dalam Kitab Suci: Yesus menjadi pengantara Tunggal antara Allah dan manusia (bdk.1Tim.2:5; 1Yoh.2:1). Kelima, juga disebut satu lagi peran kosmis eskatologis Yesus Kristus: Ia adalah Hakim atas dunia, dan Tuhan segala kuasa. Hal ini mengingatkan kita akan kedatangan Sang Anak Manusia di atas awan-awan untuk mengadili dunia ini (Bdk.Mat.25:31-46). Selanjutnya prefasi itu diarahkan kepada Bapa.

Namun perjalanan pulang atau perjalanan naikNya Tuhan Yesus itu tidak serentak berarti kita bakal ditinggalkan sendirian di bumi ini sebagai yatim piatu. Sama sekali tidak demkian. Ia tidak meninggalkan kita manusia yang lemah di dunia ini. Kenaikan itu justru untuk memperkuat dan menghidupkan harapan kita. Apa harapan itu? Kita berharap agar Ia, sebagai kepala dan pokok pangkal Gereja, merintis jalan ke surga bagi kita. Ia naik ke surga untk menyediakan tempat kediaman bagi kita. Itu wajar saja, karena Ia sebagai kepala tidak mungkin meninggalkan kita anggota-anggotaNya merana di dunia ini. Oleh karena itu, Ia pasti akan mengutus Roh Kebenaran. Di sini saya tiba-tiba teringat akan madah Vigilia Pantekosta yang berbunyi sbb: O Raja Mulia, Tuhan yang mahakuasa, jangan biarkan kami, tertinggal bagaikan yatim piatu, tetapi sudilah kiranya, mengutus kepada kami, kebenaran yang dijanjikan Bapa, Alleluia. Ini sebuah terjemahan dari lagu dalam bahasa Latin dalam Liber Usualis: O Rex Gloria, Domine virtutum, qui triumphator hodie, super omnes caelos ascendisti, ne derelinquas nos orphanos: sed mitte promissum Patris in nos, Spiritum veritatis, Alleluya.

Prefasi Kenaikan yang II sangat singkat. Tetapi juga mengandung isi dan kebenaran iman yang padat dan indah. Menarik sekali bahwa prefasi ini, sesudah pengantar yang umum, dimulai dengan pelukisan tentang peristiwa kebangkitan dari alam maut. Lalu sesudah itu Ia menampakkan diri kepada para murid. Akhirnya Ia diangkat ke surga, dengan disaksikan oleh para murid. Jelas sekali bahwa untaian peristiwa seperti ini sangat dipengaruhi oleh Injil Lukas dan Kisah Para Rasul (bdk.Luk24; Kis.1:6-11; Mrk.16:9-20). Tetapi sama seperti dalam Prefasi yang pertama di atas tadi, tujuan Tuhan Yesus naik ke surga bukanlah untuk pemisahan total dari kita, dan meninggalkan kita di dunia ini merana dan berkeluh kesah dalam lembah tangisan ini, melainkan Ia pergi (naik) untuk “mencurahkan kepada kita daya kehidupanNya yang ilahi.” Itu jelas memantulkan apa yang pernah dikatakan Tuhan Yesus sendiri dalam Injil Yohanes ketika Ia menjanjikan Roh Kudus, Roh Penghibur itu (bdk.Yoh.14). Di sana antara lain dikatakan bahwa Roh itu akan membawa hidup dan kebenaran bagi mereka. Itulah yang disinggung di sini dalam Prefasi yang kedua ini. Dan itulah misteri peristiwa pencurahan Roh Kudus, yang sekarang kita nantikan dengan penuh harapan pada Hari Raya Pentakosta nanti yang sebentar lagi akan kita masuki dan kita rayakan. Ya, kita yakin dan percaya bahwa Tuhan Yesus pergi untuk mengutus Roh Kudus kepada kita.


Bandung, 07 Mei 2009
Diketik sambil dikembangkan lagi, 09 Mei 2009

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...