Thursday, May 6, 2010

ORIGINAL BLESSING VS ORIGINAL SIN

Oleh: Fransiskus Borgias M.
Dosen Teologi FF-UNPAR Bandung
Peneliti CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) pada FF-UNPAR



Pada tahun 1984 terbitlah sebuah buku di Amerika sana, dengan judul yang sangat indah dan menarik, sekaligus juga sangat menantang atau lebih tepat provokatif: Original Blessing. Saya katakan menarik, karena memang judul itu secara objektif sangat menarik. Menarik juga karena judul itu serta merta mengingatkan kita akan konsep atau gagasan Original Sin atau Dosa Asal yang mahaterkenal itu dalam sejarah Gereja dan sejarah Teologi, khususnya teologi Keselamatan (Soteriologi). Kalau dilihat dengan cara seperti ini langsung dan dalam konteks seperti itu, terasa dan kelihatan bahwa judul itu memang sangat provokatif. Buku itu ditulis oleh seorang teolog Dominikan yang bernama Matthew Fox. Ketika itu, ia masih seorang Imam. Saya tidak tahu lagi, apakah ia masih dalam status seperti itu setelah kemudian ia dilarang mengajar. Tetapi justru karena buku itulah ia kemudian diawasi dan dilarang untuk mengajar teologi. Bahkan beberapa buku hasil karyanya juga dilarang oleh Vatikan.

Tetapi pertanyaan kritis yang muncul ialah: mengapa ia dilarang? Itu tidak lain karena dalam buku itu ia mengajukan sebuah tesis teologis berikut ini, dan tesis itu bersifat sangat mendasar: bahwa pada awalnya hidup segala makhluk di dunia (termasuk manusia di dalamnya) dimulai dengan fakta original blessing belaka. Bahkan hidup itu sendiri adalah sebuah karunia, sebuah berkat, sebuah rahmat, blessing. Hidup dilandasi oleh kasih karunia dan rahmat dari Allah, Tuhan sang pencipta dan pengasal kehidupan itu. Kalau selama ini gereja Katolik selalu berbicara tentang original sin, bahkan terasa seperti menjadi obsesif juga dengan hal itu, maka Fox mencoba mengingatkan dan membangunkan kita dari sebuah tidur dan mimpi teologis yang teramat panjang: yaitu bahwa sebelum ada Original Sin sudah ada terlebih dahulu Original Blessing. Boleh dikatakan bahwa Original Blessing itu menjadi struktur dasar seluruh ciptaan, seluruh eksistensi manusia juga. Dalam bukunya itu, Fox dengan gigih membela dan mempertahankan kebenaran tesis teologisnya ini.

Untuk membuktikan visi dan keyakinannya itu, Fox mengajak kita membuka Kitab Suci. Tidak dapat disangkal oleh siapapun juga bahwa wacana tentang Original Sin itu baru muncul dalam Bab 3 Kitab Kejadian. Sedangkan wacana tentang Original Blessing itu sudah muncul dan ada sejak awal (Bab 1 Kitab Kejadian). Dalam Kejadian 1 itu dikisahkan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dengan baik adanya dan juga dengan amat baik (superlatif). Itulah rahmat asali itu: yaitu fakta dan kondisi keterciptaan segala makhluk ciptaan dalam keadaan baik dan amat baik. Dan itu pun berdasarkan evaluasi dari Allah sendiri: Allah melihat bahwa semuanya baik adanya, dan tentang manusia dikatakan bahwa Allah melihat bahwa semuanya sungguh amat baik. Tetapi rahmat asali (original blessing) itu sudah rusak akibat dosa manusia, manusia yang jatuh ke dalam dosa. Itulah inti pokok kisah dalam Kejadian 3. Peristiwa itulah yang sering disebut Dosa Asal, peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa, The Fall. Tetapi fakta perusakan dan kejatuhan itu sama sekali tidak pernah membatalkan untaian dan struktur ontologis eksistensi ciptaan, yaitu bahwa ciptaan mempunyai struktur dasar Original Blessing. Justru karena pendapatnya inilah ia dihukum dan dilarang.

Mengapa sampai terjadi demikian? Tentu saja hanya Vatikan yang tahu jawabnya secara pasti. Tetapi saya mencoba membuat hipotesis jawaban berikut ini. Mungkin karena dibelakang teologi Original Sin ini ada nama besar sekaliber Agustinus. Agustinus ini, kita tahu, adalah orang yang mengembangkan teologi Original Sin sampai mencakup teologi penebusan dan inkarnasi. Tetapi harus segera disadari pula bahwa inkarnasi tetap akan terjadi walau tidak ada dosa. Sebab inkarnasi tidak lain adalah merupakan efek dari pancaran cinta kasih Allah, daripada sebagai akibat dosa belaka. Maka setiap ajaran yang tampaknya seperti mau menggerogoti dan membayang-bayangi teologi Original Sin ini, akan sedapat mungkin disingkirkan. Tidak hanya teologinya yang disingkirkan, melainkan juga teolog atau orangnya. Ajaran Agustinus ini mengenai Dosa Asal, sudah masuk dan mengendap juga dalam ajaran Konsili Trente sehubungan dengan pembenaran atau justifikasi itu (sebuah tema yang menjadi pokok kontroversi besar antara Protestantisme dan Katolik). Jadi, yang dihadapi teologi Original Blessing tidak lagi hanya sekadar seorang teolog besar, melainkan juga sebuah ajaran resmi Konsili mengenai penyelamatan dan pembenaran itu sendiri.

Bandung, 30 Januari 2010
Ditulis sambil dikembangkan lagi pada 07 Mei 2010

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...