Saturday, April 17, 2010

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 66

Oleh: Fransiskus Borgias M.
PENELITI CCRS:
CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR


Judul mazmur ini amat menarik: Nyanyian syukur karena orang Israel tertolong. Mazmur ini cukup panjang, 20 ayat. Ia dapat dibagi empat: Pertama, ay.1-4. Kedua, ay.5-12. Ketiga, ay.13-15. Keempat, ay.16-20. Mazmur ini dikupas menurut unit-unit tersebut.

Bgn I, dimulai dengan ajakan untuk bersorak-sorailah bagi Allah. Bahkan seluruh bagian ini adalah ajakan untuk memuji dan memuliakan Allah (ay.1-2), ajakan untuk sujud menyembah Allah (ay.4). Alasan untuk semua ini terungkap dengan jelas dalam ay.3: pemazmur mengalami secara sangat nyata betapa agung dan dahsyatnya segala pekerjaan Allah. Secara paling nyata dan konkret tindakan itu tampak dalam penyelamatan dari para musuh.

Dalam Bgn II, kita diajak Pemazmur untuk secara lebih rinci dan konkret melihat dan menyaksikan seluruh karya Allah di muka bumi; seluruh bumi menampakkan jejak kedahsyatan dan keagungan Allah (ay.5). Ay.6 mengingatkan kita akan tindakan dan karya agung Allah tatkala menyeberangkan orang Israel di Laut Merah dan dengan itu menyelamatkan mereka dari cengkeraman orang Mesir. Pemazmur terkenang akan salah satu mukjizat historis dalam hidup Israel. Mukjizat pembebasan, sebuah pengalaman paling mendasar dalam hidup orang Israel. Bahasa kerennya, root experience atau foundational experience. Atas dasar pengalaman itulah dalam ay.6c-7 pemazmur mengajak kita untuk bersukacita karena Dia, dan terutama karena Allah tetap memerintah dan mengatur dunia ini untuk selamanya, mengatur perilaku para bangsa agar tidak sewenang-wenang, sehingga mentalitas pemberontak tidak dapat berkutik lagi. Ajakan Pujian itu dilanjutkan dalam ay.8, yang diberikan alasannya dalam ay.9, karena Allah itu telah menyelamatkan jiwa mereka. Seluruh untaian pujian ini adalah ungkapan suasana kelegaan dan kelepasan setelah sekian lama ada pencobaan dan pengujian. Itulah yang coba dilukiskan dalam ay.10-12: Ada pengujian dan proses pemurnian (ay.10), bahkan ada situasi terjeblos dalam jaring musuh (ay.11), dan ada juga situasi penindasan dan pengujian lewat api dan air (ay.12). Tetapi puncak ay.12 ialah situasi pembebasan, penyelamatan, kelegaan: Engkau telah mengeluarkan kami sehingga bebas.

Dalam Bgn III, sebagaimana biasa, setelah mengalami karya agung Allah yang menyelamatkan, si pemazmur melunasi nazarnya di Bait Allah dengan membawa korban bakaran (ay.13-14), sebab nazar memang harus dilunasi agar tidak kualat. Itu sudah menjadi sumpah hidup dan mati. Secara rinci ay.15 melukiskan jenis korban yang dipersembahkan pemazmur. Pokoknya, sebagai luapan dan ungkapan rasa syukurnya, ia mau memberi yang terbaik sebagai persembahan kepada Allah di BaitNya yang kudus.

Dalam Bgn IV, kita dengar sekali lagi pemazmur berkisah tentang pengalaman penyelamatannya itu. Rupanya ketika ia mempersembahkan korban bakaran banyak orang hadir. Di hadapan hadirin itulah ia mengisahkan lagi seluruh pengalaman hidupnya (ay.16-17). Ia bersaksi tentang pengalamannya akan Allah. Ia juga bersaksi bahwa ia tidak berdusta dengan semuanya ini. Kalau ia berdusta pasti Allah tidak mengabulkan doa dan permohonannya selama ini (ay.18). Sebaliknya, ia mempunyai pengalaman yang lain sama sekali, yaitu bahwa Allah telah mendengarkan doanya (ay.19). Maka tidak ada sikap dan kata-kata lain yang lebih tepat daripada memuji dan memuliakan Alah: “Terpujilah Allah, yang tidak menolak doaku dan tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari padaku.”


BANDUNG, 16 APRIL 2010
SIS B
PENELITI CCRS: CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES FF-UNPAR BANDUNG)

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...