Monday, March 15, 2010

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 64

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M
PENELITI CCRS (CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES)
FF-UNPAR BANDUNG



Judul mazmur ini amat menarik: Hukum Allah kepada orang fasik. Itulah inti Mazmur ini. Dengan singkat mazmur ini melukiskan relasi unik antar manusia, tetapi relasi itu berada dalam bingkai relasi unik dengan Allah. Untuk memahami mazmur ini, kita bagi dalam tiga bagian. Bagian I: ay.2-7. Bagian II: ay.8-9. Bagian III: ay.10-11. Saya coba membahas dinamika isi tiga bagian itu berturut-turut di bawah ini.

Saya mulai dengan Bgn I. Karena Mazmur ini berbicara tentang relasi unik dalam hidup manusia, maka mazmur ini dalam ayat 2 dimulai dengan doa. Pemazmur memanjatkan doa permohonan kepada Allah, agar Allah sudi mendengarkan dan mengabulkan doa dan permohonannya. Ia meminta perlindungan Allah melawan musuh yang ngeri (ay.2). Ia memohon agar Allah sudi menyembunyikan dia dari rancangan jahat para musuhnya (ay.3).

Selanjutnya ia melukiskan secara rinci rencana jahat musuh itu. Secara pars pro toto, ia memakai salah satu alat tutur terpenting manusia: lidah. Lidah adalah alat tutur, alat bahasa, alat relasi, alat komunikasi. Tanpa lidah, orang susah berbicara. Bahkan tidak ada bahasa verbal. Mungkin itu sebabnya dalam beberapa bahasa kata lidah itu sama dengan bahasa. Lidah adalah bahasa, bahasa adalah lidah. Tetapi di sini lidah itu dipakai dalam arti negatif. Lidah itu bak pedang bermata dua. Sekarang pedang itu diasah tetapi bukan untuk membangun relasi dan komunikasi, melainkan untuk “membidikkan kata-kata yang pahit seperti panah”, panah yang menusuk, melukai, mungkin panah beracun yang mematikan (ay.4). Dan yang diincar ialah orang tulus. Orang-orang jahat melakukan niat jahatnya secara tersembunyi, dan menyerang dengan tiba-tiba (ay.5). Sungguh jahat.

Dalam ay.6 sikap dan perbuatan jahat si musuh dilukiskan lebih jauh. Maksud dan rencana jahat itu mungkin sudah melekat kuat dalam diri mereka, sehingga tidak mudah terlepas/dilepaskan. Rencana jahat itu seakan sudah lengket pada diri dan hidup mereka. Itu sebabnya dalam ay.6 dikatakan “Mereka berpegang teguh pada maksud yang jahat.” Yang mereka omongkan tidak lain hanya rencana jahat, memasang perangkap di tempat tersembunyi, dan itu mereka berani lakukan karena menduga tidak ada yang bakal bisa melihatnya. Memang orang jahat, hanya merancang yang jahat dan pelbagai kecurangan (ay.7). Memang, dalamnya hati orang tidak ada yang bisa tahu.

Kita sampai pada Bgn II: Ternyata Allah yang berada di tempat yang tersembunyi tidak tidur. Gusti ora sare, kata orang Jawa. Ia maha melihat, Sang Hyang Widi, mahatahu, Omnisceient (tahu dan lihat erat terkait satu sama lain). Allah itulah pembela orang saleh, orang benar. Orang jahat merancang dengan tembakan panah, Allah menembak mereka duluan, sehingga mereka terluka tanpa sebab yang jelas (ay.8). Lidah yang mereka pakai untuk merancang kejahatan, sekarang menyebabkan mereka tergelincir. Tragis sekali: tergelincir karena lidah sendiri (ay.9).

Akhirnya Bgn III: Atas tindakan dan perbuatan Allah itu, orang benar dan saleh hidupnya, alias orang yang takut akan Allah, orang jujur, akan bersukacita (ay.10-11). Di sini disebutkan tiga kategori orang yang benar di hadapan Allah. Mereka akan memberitakan perbuatan ajaib Allah. Mereka akan mengakui karyaNya yang agung. Dan mereka akan semakin percaya dan berlindung pada penyelenggaraan Allah. Keajaiban Allah berefek positif atas perkembangan hidup iman, kasih, dan harapan orang beriman.

BANDUNG, 15 MARET 2010
SIS B, CCRS FF-UNPAR BANDUNG.

1 comment:

Unknown said...

Terimakasih, meskipun ringkas saya merasa ini renungan yang baik. Tuhan Yesus memberkati

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...