Monday, March 15, 2010

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 65

OLEH: FRANSISKUS BORGIAS M.
PENELITI CCRS (CENTER FOR CULTURAL AND RELIGIOUS STUDIES)
FF-UNPAR BANDUNG.



Judul mazmur ini dalam Alkitab amat menarik: Nyanyian Syukur karena berkat Allah. Judul ini menjadi warna dasar mazmur ini. Itu sebabnya ia mulai dengan lagu pujian kepada Allah. Mazmur ini secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian. Ini perlu untuk memudahkan kita memahami dan menikmatinya. Bagian pertama, meliputi ayat 1-5. Bagian kedua, meliputi ayat 6-9. Bagian ketiga, meliputi ayat 10-14.

Bagian I: Intinya ialah seruan pemazmur kepada Allah. Di sini ada pelukisan mengenai Allah yang mendengarkan doa (ay.2-3). Juga ada pelukisan tentang Allah maha pengampun dosa. Juga ada gambaran atau metafor tentang dosa sebagai beban yang menghimpit, tetapi Allah mengangkatnya sehingga si pendosa pun terbebaskan (ay.3-4). Di hadapan pengalaman akan Allah seperti itu, pemazmur menyatakan pengamatannya berupa sebuah pelukisan mengenai orang yang dipanggil Allah untuk mendiami baitNya yang kudus. Ada bayangan yang indah dan suci bahwa mereka itu akan bahagia dan hidup makmur (disimbolkan dengan kekenyangan, ay.5).

Bagian II: Pelukisan mengenai tindakan Allah yang lebih jauh dan lebih rinci atas hidup manusia. Ada efek kosmis dari tindakan dan karya Allah, dari kehadiran Allah. Berikut ini beberapa rinciannya. Mula-mula dalam ay.6 pemazmur menyatakan bahwa Allah menanggapi keadaan hidup manusia dengan perbuatan-perbuatan ajaib dan dengan keadilan. Itu sebabnya Allah itu menjadi kepercayaan seluruh ujung bumi dan pulau-pulau yang jauh (ay.6). Kekuatan dan keperkasaan Allah dilukiskan lebih jauh dengan mengatakan bahwa Dia-lah yang menegakkan gunung-gunung (ay.7). Hal yang sama juga ditampakkan dengan melukiskan Allah sebagai pengendali daya-daya gelombang laut (ay.8). Di hadapan tanda-tanda kosmis ini muncul dua reaksi yaitu takut dan sorak-sorai (ay.9). Ketakutan yang dimaksud di sini ialah ketakutan yang suci, alias takwa.

Bagian III: Sebenarnya melanjutkan tema Bagian II. Intinya melukiskan tindakan dan karya Allah dalam alam ini. Yang mencolok di sini ialah beberapa metafora yang sangat indah dan menarik. Pertama, ada sebuah gambaran tentang Allah sebagai yang mengatur sistem pertanian (ay.10-12): Tanah dijadikannya subur sehingga menghasilkan panenan melimpah. Itu terjadi karena sungai (batang air) melimpah (ay.10). Gambaran Allah “pertanian” semakin kentara dalam ay.11, karena di sana dilukiskan bahwa Allah ikut campur-tangan dalam proses membajak tanah dan menyuburkannya. Hasil dari itu semua ialah kesuburan dan kelimpahan (ay.12). Bahkan jejak Allah pun “mengeluarkan lemak.” Dalam ay.13-14 ada metafora yang indah mengenai tanah padang gurun, mengenai bukit yang berikat-pinggang sorak-sorai, mengenai padang rumput yang berbusana kawanan kambing-domba, mengenai lembah yang berselimut gandum. Itu semua adalah lambang kesuburan dan kemakmuran hidup pertanian dan para gembala.

Memang di hadapan orang yang penuh rasa syukur, di hadapan mata hati dan mata iman orang yang tahu bersyukur, segala sesuatu tampak seperti penuh kegiarangan dan sorak-sorai. Bahkan alam pun tampak seperti bersorak-sorai kegirangan. Secara psikologis hal ini bisa dijelaskan dengan gejala proyeksi. Sebuah pengalaman internal psikologis seseorang seakan dilontarkan keluar, sehingga sebuah sukacita rohani seakan tampak juga di luar sana secara objektif. Tetapi ingat pengalaman negatif juga bisa diproyeksi dengan cara yang sama. Hanya yang kita temukan dan alami sekarang ini ialah sebuah proyeksi pengalaman rohani dan psikologis yang positif.

BANDUNG, 15 MARET 2010
SIS B, CCRS FF-UNPAR BANDUNG

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...