Saturday, January 16, 2010

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 60

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
PENELITI PADA CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF-UNPAR Bandung.



Judul Mazmur ini dalam Alkitab kita ialah “Doa memohon kemenangan.” Pemazmur dalam doanya mencoba menghadap Allah dan dengan sangat memohon kemenangan kepada Allah, sang sumber segala kehidupan. Mazmur ini terdiri atas empat belas ayat. Jadi, termasuk cukup pendek. Mazmur ini dapat dibagi dalam tiga unit besar (pembagian ini amat perlu demi memudahkan penafsiran dan pemahaman kita): Unit I: ayat 2-7, Unit II: ayat 8-10; Unit III: ayat 11-14. Di bawah ini saya akan mencoba menelusuri isi dari masing-masing bagian agar kita dapat mendalami dan menikmatinya.

Pemazmur memulai mazmurnya ini dengan sebuah seruan kepada Allah yang anehnya pada saat ini dialami secara negatif (ay 2-5). Ia mengalami semacam “malam kegelapan jiwa” kalau kita meminjam istilah dari Yohanes dari Salib. Sebuah pengalaman kontras iman. Tetapi ia tetap percaya kepada Allah yang satu dan sama yang ia yakini tetaplah Allah yang baik, dan penuh kasih setia (hesed) dan kerahiman (rahamim). Maka kendati pengalaman negatif akan Allah, dalam ayat 6-7 ia tetap berpaling kepada Allah sumber kekuatan, sumber pengharapan, tempat perlindungan, sumber segala penghiburan. Ia memohon shalom dari Allah. Jadi, sekali lagi ini adalah sebuah pengalaman paradoksal akan Allah: di satu sisi Allah dialami secara negatif, tetapi serentak di pihak lain ia mengalami Allah secara positif. Hidup dinamika iman ditentukan oleh permainan yang indah dan seimbang antara dua sisi dari paradoks itu, ada kedua kutub itu. Bandul iman harus bergerak seimbang di tengah kedua kutub itu. Terlalu lama pada sisi pengalaman negatif, orang akan jatuh pada ateisme (mula-mula praktis dan psikologis, kemudian bisa juga ateisme teoretis). Sebaliknya, terlalu lama berada pada sisi pengalaman positif, mungkin orang juga bisa jatuh ke dalam jurang kesombongan, jurang jumawa, menjadi tidak tahu diri. Iman perlu diuji juga dalam api dan kesulitan. Dan dari dalam api akan bisa keluar emas murni.

Tetapi pertanyaannya sekarang ialah mengapa dan bagaimana si pemazmur masih bisa berbalik kepada Allah sang penolong itu dari dalam jurang pengalaman negatif itu? Ini pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Mungkin karena ia melihat catatan dan pengalaman sejarah. Dari catatan dan pengalaman sejarah tampak jelas bahwa Allah-lah yang telah memberikan banyak tanah atau negeri kepada Israel. Itulah yang diungkapkan dengan bahasa teologis-antropologis dalam ayat 8-10. Allah memiliki dan menguasai tanah-tanah itu dan menyerahkannya kepada Israel. Tidak mungkin Allah lupa akan tindakan dan perbuatan-perbuatan ajaibNya di masa silam. Maka atas dasar pengalaman dan ingatan historis yang positif itu akan masa silam, si pemazmur masih tetap dapat berharap akan Allah. Atas dasar iman dan harapan itu, ia selalu kembali kepada-Nya, kendati segala pengalaman negatif dan gelap yang diarunginya sekarang dan di sini.

Harapan itulah yang diungkapkan dalam bentuk pertanyaan retoris dalam ayat 11. Pertanyaan retoris dalam ayat 11 itu akhirnya juga dijawab secara retoris dalam ayat 12. Tetapi keduanya sama-sama berusaha mengungkapan keyakinan dan pandangan iman si pemazmur. Kendati pengalaman negatifnya sekarang ini, ia tidak bisa tidak akan tetap mau berbalik kepada Allah dan berharap kepadaNya, sumber keselamatan, dan benteng kokoh baginya. Setelah merasa yakin dengan Allah yang bisa menyelamatkan hidupnya, maka dalam ayat 13 si pemazmur pun melambungkan sebuah permohonan kepada Allah. Ia melambungkan permohonan kepada Allah, karena dari pengalaman ia sudah yakin bahwa sia-sialah kalau kita menaruh harapan pada manusia. Penyelamatan dari manusia itu tidak ada gunanya. Maka dengan lantang ia mengungkapkan keyakinan imannya dalam ayat 14. Dengan dan bersama Allah, ia merasa bisa melakukan banyak perbuatan ajaib. Bailah saya mengutip ayat itu di sini: Dengan Allah akan kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa, sebab Ia sendiri akan menginjak-injak para lawan kita.

Bandung, 17 Januari 2010
Sis B (CCRS FF-UNPAR BANDUNG)

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...