Sunday, December 27, 2009

RINGKASAN: PESAN PAUS UNTUK HARI PERDAMAIAN DUNIA

RINGKASAN: OLEH FRANSISKUS BORGIAS M.
PENELITI CCRS (Center for Cultural and Religious Studies) FF-UNPAR BANDUNG.

"Jika Anda Mau Mengusahakan Perdamaian, Lindungilah Ciptaan"

1. Jika Mau Mengusahakan Perdamaian, Lindungilah Ciptaan. Hormat dan pelestarian ciptaan amat penting bagi hidup bersama. Kebiadaban manusia terhadap sesamanya memunculkan pelbagai ancaman terhadap perdamaian dan perkembangan manusia yang otentik dan utuh. Tetapi yang tidak kurang merisaukan ialah ancaman yang muncul dari pengabaian akan bumi dan alam ciptaan lain yang diberikan Allah.

2. Lingkungan adalah karunia Allah kepada semua orang, dan cara kita memakainya harus mempertimbangkan tanggung-jawab bersama akan semua manusia, khususnya kaum miskin dan generasi yang akan datang. Dengan melihat ciptaan sebagai karunia Allah kita terbantu memahami panggilan dan martabat kita sebagai manusia.

4. Gereja mau menarik perhatian terhadap relasi antara Pencipta, manusia dan ciptaan. Tahun 1990 Yohanes Paulus II berbicara tentang “krisis ekologis” yang memerlukan “solidaritas baru.” Seruan itu terasa mendesak dewasa ini karena krisis yang semakin meningkat. Kita tidak dapat berdiam diri lagi.

5. Krisis ekologis tidak dapat dipandang terlepas dari soal-soal lain. Hal ini terkait dengan gagasan perkembangan itu sendiri dan pemahaman kita akan manusia dalam relasinya dengan sesama dan ciptaan. Kita harus tinjau ulang model pembangunan kita. Kesehatan ekologis planet menuntut hal ini. Hal ini dituntut oleh krisis kultural dan moral manusia yang gejalanya tampak di seluruh dunia. Krisis ini juga adalah krisis moral.

6. Dunia ini berasal dari Allah. Keselarasan antara Pencipta, manusia dan ciptaan, rusak oleh dosa Adam dan Hawa. Akibatnya, pekerjaan “melaksanakan kuasa” atas bumi, “dengan mengolah dan merawatnya” juga rusak.

7. Alam adalah milik umat manusia secara keseluruhan. Eksplotasi lingkungan saat ini mengancam suplai sumber daya alam tidak hanya bagi generasi sekarang, melainkan terutama bagi generasi yang akan datang.

Kemerosotan alam terkait dengan rendahnya kebijakan resmi jangka-panjang, dengan upaya peraihan kepentingan ekonomik jangka pendek, yang mengancam ciptaan. Untuk memerangi gejala ini, aktifitas ekonomik harus mempertimbangkan fakta bahwa setiap keputusan ekonomik punya konsekwensi moral. Untuk melindungi sumber daya alam, kita perlu mempertimbangkan solidaritas terhadap orang yang hidup di wilayah yang lebih miskin di bumi ini dan terhadap generasi yang akan datang.

8. Solidaritas antar-generasi amat perlu. Generasi yang akan datang tidak boleh dibebani dengan akibat cara hidup kita.

Perlu citarasa baru solidaritas antar-generasi, khususnya dalam relasi Negara berkembang dan maju. Perlu diakui bahwa penyebab krisis ekologis sekarang adalah gaya hidup Negara industri. Tetapi Negara berkembang, khususnya Negara baru, tidak bebas dari tanggung-jawab sehubungan dengan ciptaan; itu adalah kewajiban semua.

9. Masalah yang harus dihadapi komunitas internasional adalah sumber daya energi dan pengembangan strategi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi generasi kini dan yang akan datang. Berarti masyarakat maju harus siap hidup sederhana, dan berusaha mengurangi pemakaian energi dan memperbaiki efisiensi.

Perlu didorong penelitian dan pemanfaatan energi ramah lingkungan. Krisis ekologis memberi peluang historis untuk mengembangkan rencana aksi bersama untuk mengarahkan model pembangunan global ke arah rasa hormat akan ciptaan dan perkembangan manusia seutuhnya. Perlu model pembangunan yang dilandaskan pada posisi sentral pribadi manusia, pada promosi kesejahteraan, pada tanggung-jawab, pada kesadaran akan perlunya mengubah gaya hidup, dan pada kearifan, menyangkut apa yang perlu dilakukan saat ini sehubungan dengan apa yang mungkin terjadi esok.

10. Penanganan menyeluruh dan berkelanjutan atas lingkungan dan sumber daya planet ini menuntut bahwa kecerdasan manusia harus diarahkan pada penelitian teknologis dan ilmiah dan penerapan praktisnya.

Perlu ada dorongan meneliti cara efektif mengeksploitasi potensi energi surya. Perlu juga diberi perhatian terhadap masalah air dan sistem siklus air global, yang sangat penting bagi hidup di bumi ini dan yang stabilitasnya terancam perubahan iklim.

Strategi pembangunan pedesaan yang terpusat pada petani kecil dan keluarganya harus dikembangkan, juga kebijakan yang tepat bagi penanganan hutan, sampah dan keterkaitan antara upaya memerangi perubahan iklim dan mengatasi kemiskinan.

Masalah ekologis harus ditangani karena ngerinya kemerosotan lingkungan. Juga karena perlu ada solidaritas seluas-dunia yang diilhami cinta kasih, keadilan, dan kesejahteraan bersama. Untuk itu perlu teknologi sebagai tanggapan terhadap perintah Allah untuk mengolah dan menjaga tanah ini yang Ia percayakan kepada manusia.

11. Kemerosotan lingkungan menantang kita untuk memeriksa kembali gaya hidup kita. Pendidikan perdamaian harus segera dimulai dengan putusan yang berdaya jangkau luas pada individu, keluarga, komunitas dan Negara. Kita bertanggung-jawab atas pemeliharaan lingkungan. Tanggung jawab ini tidak mengenal batas.

Kepedulian akan lingkungan menuntut pandangan dunia global. Kita tidak bisa acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, karena kemerosotan dari salah satu bagian planet ini mempengaruhi kita semua.

12. Kemerosotan alam terkait dengan model kultural yang membentuk hidup bersama manusia. Tugas kita terhadap lingkungan mengalir dari tugas kita terhadap pribadi, yang dipertimbangkan baik secara individual maupun komunal.

Perlu didorong upaya memajukan cita rasa yang lebih besar akan tanggung-jawab ekologis yang bisa menjamin “ekologi manusia” otentik dan mengafirmasi keluhuran martabat manusia yang tidak dapat diganggu-gugat, martabat pribadi dan perutusan unik keluarga, di mana orang dilatih dalam cinta akan sesama dan hormat akan alam.

13. Ada fakta bahwa banyak orang mengalami kedamaian dan ketenangan, pembaruan dan penguatan, ketika berhubungan dengan keindahan dan harmoni alam. Gereja kuatir terhadap gagasan lingkungan yang diilhami egosentrisme dan biosentrisme karena ide-ide seperti itu menyingkirkan perbedaan antara identitas dan nilai pribadi manusia dan makhluk lain. Mereka mengarah ke panteisme baru yang dibumbui neo-paganisme, yang melihat sumber keselamatan manusia dalam alam belaka. Pemutlakan teknologi dan kekuatan manusia, akan menjadi serangan maut tidak hanya terhadap alam, melainkan juga pada martabat manusia itu sendiri.

14. Kalau mau mengupayakan perdamaian, lindungilah ciptaan. Upaya mencari perdamaian akan lebih mudah kalau semua mengakui ada relasi erat antara Allah, manusia dan ciptaan. Melindungi lingkungan dan membangun bumi yang damai merupakan tugas semua orang. Semoga hal ini jelas bagi pemimpin dunia dan bagi orang yang peduli pada masa depan manusia: perlindungan ciptaan dan pembangunan perdamaian erat terkait satu sama lain! Semua diundang untuk melambungkan doa kepada Allah, Bapa segala kerahiman, sehingga semua manusia mau menjadikan seruan ini sebagai moto mereka: Jika mau mengupayakan perdamaian, lindungilah ciptaan.

Vatikan, 8 Desember 2009

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...