Sunday, November 15, 2009

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 56

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)


Mazmur ini cukup pendek. Judulnya menarik: Kepercayaan kepada Allah dalam kesusahan. Mazmur ini dapat dibagi menjadi tiga bagian. Ini perlu untuk mempermudah pemahaman kita. Bagian I: ay 1-5. Bagian II: ay 6-12. Bagian III: ay 13-14. Latar belakang mazmur ini ialah situasi terancam akan terbunuh. Kita mulai dengan Bagian I.

Dalam ay 2a, ia memohon belaskasihan dari Allah. Itu karena dalam ay 2-3 ada deskripsi singkat tentang situasi hidup; pokoknya hidup itu parah. Ia merasa bakal diinjak-injak dan diperangi musuh atau para lawannya. Situasi itulah yang menyebabkan dia berseru kepada Allah. Ay 4-5 melukiskan beberapa hal. Pertama, ada reaksi dalam hati; ada satu penghayatan dalam hati, yaitu percaya akan Allah. Itu terjadi pada saat ia merasa dilanda ketakutan. Kedua, ada sebuah paradoks yang menarik: takut (ay 4), tetapi tetap percaya (ay 5). Tetapi percaya itu bisa mengatasi rasa takut. Ia percaya bahwa Allah menyertai, maka tidak perlu takut. Jika Allah melindungi aku, maka manusia tidak bisa berbuat apa-apa terhadap aku (Rm.8). Iman mengatasi rasa takut.

Dalam bagian II kita menemukan beberapa hal penting. Pertama, di sini dilukiskan mengenai adanya tuduhan palsu kepada si pemazmur. Itu tampak dalam ay 6: “...mengacaukan perkaraku...” Tetapi ternyata ketakutan itu tidak hilang begitu saja. Oleh karena itu, rasa takut masih bisa muncul lagi pada suatu saat kelak. Mengapa? Itu karena musuh tetap ada. Kedua, dalam ay 7 kita bisa melihat sikap para musuh yang dilukiskan seperti perilaku binatang pemangsa: menyerbu, mengintip, mengamat-amati, persis seperti seekor harimau yang mau menerkam mangsanya. Itulah yang dialami si pemazmur. Ketiga, dalam ay 8 ia memohon kepada Allah, yaitu berteriak kepada Allah, agar Ia sudi menghancurkan orang-orang semacam itu.

Keempat, ay 9 adalah ayat yang paling indah dalam mazmur ini, sebuah ayat yang mampu menyentuh perasaan karena melukiskan suatu relasi yang begitu personal dan intim antara si pemazmur dan Alah. Isinya, melukiskan hubungan intim dan mesra si pemazmur dan Allah. Ini adalah sesuatu yang amat manusiawi. Allah memberi hati, memberi per-hati-an. Itulah yang menjadi sumber hiburan dan kekuatan. Allah tidak melupakan derita hamba-Nya. Mengapa? Karena semuanya sudah terdaftar, dan air mata sudah ditampung dalam kirbat, wadah kantong air. Jadi Allah tidak mungkin lupa atau mengabaikan derita yang tertuang dalam permohonan dan keluh kesah itu. Saya teringat akan sebuah lagu: I will never forget you my people, I have carved you on the palm of my hand....etc. Ay 10 melukiskan bahwa hubungan itu bisa mengatasi rasa takut, sebab musuh mundur (kira-kira seperti dalam ay 4-5). Kelima, ay 11, berbicara tentang pujian yang terus menerus dilambungkan si pemazmur kepada Allah sayang penolong dan penyelamat. Ay 12, praktis hanya mengulang ay 5b.

Akhirnya bagian III. Ay 13-14, ada niat dari si pemazmur untuk ber-nazar dalam bentuk kurban syukur, sacrificium, sesuatu yang menguduskan, membuat menjadi kudus (sacrum facere). Ay 14, alasan untuk bernazar itu, yakni tindakan shalom Allah yang menyebabkan si pemazmur luput dari maut dan juga tidak jatuh dalam ateisme praktis (ay 14b); ya, ia tidak jatuh dalam ateisme, yaitu menjadi murtad. Melainkan ia tetap hidup di dalam dan di hadapan Allah. Memang dalam iman, ia merasa bisa sembuh; dengan itu maka ia pun bernazar.

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...