Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)
Mazmur ini termasuk panjang: 40 ayat. Untuk menikmatinya, kita tempuh cara divide et impera. Secara singkat, isi dari 40 ayat ini ialah perbandingan kontras antara nasib orang benar dan orang fasik. Perbandingan itu dibentangkan dalam ayat 9-40. Seluruh drama ay 9-40, dipadatkan terlebih dahulu dalam dua kelompok nasihat penting dalam ay 1-8. Secara khusus dalam ay 1-2 ada larangan. Ini perintah negatif: Jangan marah, jangan iri hati, sebab mereka akan lisut dan layu. Secara khusus dalam 3-8 ada nasihat positif. Kalau tidak boleh marah atau iri hati, lalu bagaimana? Dimulailah di sini daftar perintah positif: percayalah, juga amar mak’ruf, setia, gembira dalam Tuhan, berserah dan percaya pada Allah, tinggal dalam Allah, menantikan Allah. Di akhir ay 7 muncul lagi perintah negatif: jangan begini, jangan begitu, jangan marah, atau panas hati. Sebab hal-hal itu pasti bermuara pada kejahatan. Ini pengamatan yang baik. Sebab memang demikianlah kenyataannya dalam realitas hidup.
Mulai ay 9-40 ada drama kontras orang fasik dan orang benar. Drama ini dibagi dalam enam babak. Kita lihat secara singkat drama dalam Babak I: 9-15: orang jahat akan lenyap; orang yang menantikan Allah akan hidup. Orang fasik akan lenyap (ay 11), orang rendah hati akan hidup, bisa menertawakan orang fasik yang merencanakan kejahatan (12-13). Orang fasik menghunus pedang dan merentang busur, tetapi malah senjata makan tuan (14-15). Tragis sekali.
Babak II, berupa penilaian moral dalam 16-20. Ini menyangkut apa yang dinilai lebih baik dan lebih terpuji. Kelimpahan orang fasik dinilai rendah dibandingkan dengan kekurangan orang benar. Orang benar akan diselamatkan, orang fasik akan dipatahkan. Orang saleh selalu ada dalam perhatian Allah, sehingga mereka tidak akan celaka, tidak ditimpa kelaparan walau ada musim lapar. Orang fasik akan binasa, sebab mereka musuh Tuhan. Nasib mereka ibarat keindahan padang rumput yang hanya sejenak. Lalu sirna.
Sesudah itu kita lihat drama babak III, ay 21-26. Mula-mula dilukiskan mengenai perilaku orang fasik yang tidak tahu malu: meminjam tetapi tidak pernah mengembalikan pinjaman. Dari ayat 23-26 pelukisan mengenai nasib baik dari orang-orang benar: selalu diperhatikan Tuhan, tidak pernah kekurangan sampai harus mengemis roti di jalanan. Berbeda dengan orang fasik, orang benar malah memberi pinjaman dan berbelas kasih, sehingga mereka menjadi berkat. Sebaliknya orang fasik menjadi kutuk bagi sesamanya. Orang fasik itu, meminjam Amsal, bagaikan asap di mata kita.
Drama babak IV. Nasihat dan perintah untuk berbuat baik (amar mak’ruf) dan menghindari yang jahat (nahi mungkar). Kalau ini dilakukan maka akan ada shalom, sebab Tuhan akan menegakkan hukumNya. Ia tetap setia. Ia tidak meninggalkan orang yang dikasihiNya. Drama Babak V: kontras antara orang fasik dan orang benar muncul lagi di sini. Orang fasik itu jahat. Orang benar itu baik. Tetapi Tuhan akan membela orang benar. Tuhan tidak tinggal diam. Meminjam istilah dari judul buku pemikir kontemporer Indonesia, Dr.Sukardi Rinakit, Gusti Ora Sare. Ya, Tuhan Tidak Tidur.
No comments:
Post a Comment