Thursday, November 27, 2008

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 26

Oleh: Fransiskus Borgias M (EFBE@fransisbm)

Mazmur 26 ini termasuk cukup singkat. Hanya terdiri atas 12 ayat. Dapat dibagi dalam beberapa bagian sebagai berikut: unit pertama terdiri atas ayat 1-3. Unit kedua terdiri atas ayat 4-5. Unit ketiga terdiri atas ayat 6-7. Unit keempat terdiri atas ay.8-12. Uraian saya selanjutnya akan mengikuti dinamika pembagian unit-unit tadi.

Kalau kita mengikuti isi unit pertama (ay.1-3), terasa bahwa si Pemazmur merasa sudah hidup dengan tulus. Ia menganggap hidup tulus itu sebagai modal yang penting baginya. Dengan berbekalkan modal itu, maka ia memohon keadilan kepada Tuhan, yaitu agar Tuhan sudi bertindak adil terhadap dirinya dalam hidup ini. Terasa juga bahwa ia percaya diri dengan hidupnya yang tulus dan suci itu. Maka ia berani “menantang” Tuhan untuk menguji hatinya. Kalau pengujian itu dilakukan, maka tidak akan ditemukan cacat cela, sebab ia hidup dengan benar, dan ia selalu berharap pada kerahiman Allah.

Sebagai penegasan bahwa ia hidup dengan baik dan benar, ia pun menambahkan kesaksian bahwa ia hidup suci dalam relasi personal dan sosial (ay.4-5, unit kedua). Buktinya? Ia mampu memilih bentuk-bentuk relasi sosial dan kekerabatan yang baik dan benar, yang dapat membangun hidup yang baik dan benar. Ia menegaskan bahwa ia tidak secara ngawur dalam memilih lingkaran pergaulan. Ia menghindari orang-orang jahat dan pendosa.

Dengan kondisi kesalehan sosial seperti itu, maka ia berani melangkah ke tempat suci untuk berdoa. Dari unit ketiga (ay.6-7), tampak bahwa ia menjadi orang yang saleh dan menjadi rajin berdoa: baik itu memberi persembahan (ay.7), maupun tindakan melambungkan puji-pujian. Tidak hanya itu saja: ia juga rajin mewartakan karya-karya agung Tuhan. Kiranya ketiga hal itu erat terkait satu sama lain: hidup yang saleh, rasa suka berdiam di rumah Tuhan, untuk berdoa, berkurban, dan menyampaikan warta tentang Tuhan.

Akhirnya, saya mencoba melihat unit ketiga, yaitu ayat 8-12. Ini termasuk unit yang cukup panjang. Dari praksis yang rajin seperti itu, maka tumbuhlah dalam dirinya suatu cinta akan kediaman Tuhan. Ada beberapa hal yang dikemukakan dalam bagian ini. Pertama, bahwa dalam diri si pemazmur tumbuh sebuah perasaan cinta akan Rumah Tuhan. Kiranya inilah cinta yang bisa bertumbuh karena sering mengunjungi rumah Tuhan. Jadi, karena sering mengunjungi, maka lama kelamaan orang merasa dekat dan akrab. Kedua, karena merasa saleh seperti itu, maka si pemazmur meminta agar ia diperlakukan dengan sewajarnya oleh Tuhan, dan tidak diperlakukan semena-mena. Misalnya dengan nyata disebut di situ beberapa contoh kongkret: Yaitu dibinasakan sama seperti dan bersama-sama dengan orang-orang fasik, dan orang-orang berdosa. Di sana diungkapkan beberapa kategori yang sangat jelas: yaitu orang berdosa, penumpah darah, orang mesum, orang yang menerima suap. Ia berani memohon seperti ini kepada Allah karena ia sangat yakin bahwa ia hidup saleh dan benar. Atas dasar itu ia memohon agar sudi dibebaskan Allah. Kalau hal itu terjadi, maka ia akan maju sebagai orang yang gagah perkasa, yang tidak bisa dipermalukan. Ketiga, kalau hal itu terjadi, maka ia bisa memuji Allah di tengah Jemaat dan bersama dengan jemaat. Dalam hal ini ia tidak malu atau merasa minder dengan hal itu, sebab Ia yakin bahwa ia tidak bercela. Orang tidak dapat mencela hidupnya karena memang tidak ada cela juga di sana.


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...