Thursday, November 13, 2008

MENDALAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 33

Oleh: Fransiskus Borgias M., (EFBE@fransisbm)

Judul mazmur ini dalam Alkitab kita sangat menarik, yaitu “Puji-pujian kepada Allah Israel.” Jadi, ini adalah sebuah lagu pujian. Tetapi pembagian ayat-ayatnya cukup sulit, karena semuanya bersambung, tidak ada petunjuk pembagian alinea, ayat gabungan atau petunjuk lain. Kita mengikuti dinamika isinya dari ayat ke ayat. Mazmur ini secara keseluruhan adalah lagu pujian bagi Allah karena firmanNya yang kreatif dan kuasanya atas sejarah.

Dalam ayat 1-4: ada ajakan untuk bersorak, dan varian ungkapan dari ajakan bersorak itu (misalnya, bersorak-sorailah, bersyukurlah, nyanyikanlah). Itulah sebabnya dikatakan bahwa ajakan itu mengandung nada-nada himne. Sekaligus dikemukakan di sini alasan untuk ajakan itu, dan ada juga varian ungkapan alasan itu. Alasan itu ada dalam ayat 1 dan ayat 4. Tetapi kedua ayat ini lain nuansa alasannya. Dalam ayat 1 alasan itu ialah keharusan bagi umat untuk mengucap syukur itu sendiri. Sedangkan dalam ayat 4 alasan itu ialah karena karya karya penciptaan Allah. Seluruh ayat 4-9 melukiskan firman kreatif Allah. Walau secara khusus harus dikatakan bahwa dalam ayat 5 ada satu pelukisan mengenai salah satu sifat Allah, yaitu sifat adil dan penegak hukum. Itu semua ditujukan kepada karya penciptaan.

Dalam ayat 6-7, ada salah satu versi kisah penciptaan alam semesta. Jadi, di sini Allah dilukiskan sebagai pencipta alam semesta, baik di angkasa maupun samudera raya. Kalau kita lihat baik-balik dalam ayat 8 ada selingan yang menunjuk sikap yang patut kepada Allah Pencipta. Seakan-akan di sini ada pertanyaan retoris: Bagaimana sikap yang sepatutnya di hadapan Allah Pencipta. Sikap itu ialah takut dan gentar di hadapan Allah. Dalam ayat 9 dilukiskan suatu karya penciptaan Allah, terutama menyangkut cara Allah menciptakan segala sesuatu. Ternyata Allah itu mencipta segala sesuatu dengan firman yang keluar dari mulutNya saja, dengan dabar. Mungkin ini adalah sebuah versi kisah penciptaan ala “kun faya kun” dalam tradisi islam (saudara kita yang muslim).

Ayat 10-22, adalah ungkapan kepercayaan dan doa, juga mengandung pelukisan mengenai karya penyelenggaraan ilahi atas alam semesta. Jumlah ayat 22 adalah jumlah alfabet Ibrani, tetapi mazmur ini tidak disusun secara akrostik (menurut urutan alfabet). Kita lihat isinya secara rinci lagi. Dalam ayat 10-11 secara lebih khusus dilukiskan tentang karya penyelenggaraan Allah atas hidup manusia. Sedangkan dalam ayat 12 kita dapat merasakan sebuah pujian, seruan “berbahagialah”, sesuatu yang muncul berulang-ulang dalam seluruh mazmur. Dalam ayat 13-15 kita dapat melihat pelukisan singkat mengenai karya penciptaan Allah: Tetapi sekarang penciptaan itu terutama menyangkut suara hati manusia. Tidak hanya berhenti di situ, ternyata Allah juga melakukan campur tangan dalam tata politik (ayat 16-17).

Akhirnya, seluruh ayat 18-22 melukiskan mengenai karya penyelenggaraan Allah atas orang-orang benar. Dikatakan di sana bahwa Allah memperhatikan orang benar (ay 18). Allah sudi meluputkan mereka tepat pada waktunya dari mara bahaya yang mengancam hidup mereka (ay.19). Itulah sebabnya orang benar selalu menanti-nantikan Allah (ay 20), atau selalu berharap kepada Allah. Allah menjadi sumber sukacita hidup mereka (ay 21, dan bukan yang lain). Mereka hidup dari dan berdasarkan kasih setia Allah semata-mata (ay.22).


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...