Monday, October 27, 2008

MEMAHAMI DAN MENIKMATI MAZMUR 1

Oleh: Fransiskus Borgias M. (EFBE@fransisbm)

Ketika anda membaca tulisan singkat ini, sebaiknya anda terlebih dahulu membaca teks Mazmur 1 dalam suasana hening dan doa, agar bisa menangkap pesan yang disampaikan Allah dalam dan melalui Mazmur 1 ini.

Perhatikan baik-baik, Kitab Mazmur dimulai dengan ucapan terkenal, “Berbahagialah.” Ini adalah sebuah harapan dan doa memohon berkat. Karena itu, kata pertama yang dipakai di sini ialah kata penghiburan yang menjanjikan bahagia bagi orang saleh, yang takut akan Allah. Mazmur ini membuka kitab Mazmur dengan seruan bahagia dan tawaran dua jalan (ay 1-2). Itu menandakan bahwa Mazmur ini mau memberi tuntunan yang jelas tentang jalan yang harus ditempuh oleh orang saleh (ay 2).

Mungkin penyusun Mazmur sengaja menempatkan Mazmur ini pada awal Mazmur-mazmur dengan dua maksud: Pertama, untuk mengajak pembaca agar mentaati kehendak Allah. Kedua, agar mereka percaya pada pemerintahanNya yang mahabaik. Mungkin juga mazmur ini tidak pertama-tama disusun sebagai pengantar kitab Mazmur. Tetapi mazmur ini sejalan dengan maksud penyusun kitab mazmur itu. Kesejalanan ini ditentukan oleh tujuan pokok yang ikut menentukan baik bentuk maupun isi pokoknya. Tujuan Mazmur ini ialah berupaya menuntun, mendidik, dan mendorong orang untuk mengambil keputusan dan sikap hidup yang jelas dalam hidup ini.

Karena itu, kalau kita mau memahami mazmur ini, kita harus mulai dari fakta yang ada. Mazmur ini adalah nyanyian yang penuh hikmat kebijaksanaan praktis tetapi juga suci. Atas dasar ini kita dapat membayangkan bahwa pengarang mazmur ini adalah sosok guru Hikmat (bdk. Yer 8:9; 18:18; Pkht 12:9f; Ams 8:1f). Guru hikmat ini telah menetapkan bagi dirinya sebuah tugas didaktik, yakni mengundang kaum muda agar mau masuk ke sekolah “Hikmat.” Kongkretnya, ia mau mengajar mereka pengetahuan hidup; ia juga mau mengajar mereka kemampuan untuk mengarungi hidup mereka dengan akal budi yang cerdas-berhikmat, juga di atas landasan moral dan agama.

Ia melakukan hal ini dengan membentangkan di hadapan mereka harta-karun pengalaman hidupnya sendiri. Untuk mencapai tujuan ini ia memakai bentuk sastra “lagu Hikmat.” Tentu mazmur ini dengan sangat baik melayani maksud didaktis si pengarang. Hal itu terjadi lewat strukturnya yang jelas, lewat bahasanya yang sederhana, bahasa tutur sederhana, dan dengan perlambang-perlambangnya, dan juga akhirnya dengan menantang orang yang diundangnya untuk menyimak nasihat-nasihatnya.

Mazmur-mazmur ini mempunyai arti penting. Hal itu terletak dalam fakta bahwa “hikmat praktis” dilandaskan pada dasar religius yang kokoh, yang akarnya berurat dalam tradisi ibadat publik.

Pemazmur mengembangkan jalan pikirannya dalam tiga tahap: Pertama, ia mempertentangkan dua jalan (ay 1-2). Kedua, ia mengungkapkan pandangan-pandangannya dalam ibarat pohon, tentang hakekat dan nilai dari orang yang takut akan Allah dan orang jahat (ay 3-4). Ketiga, sebuah ketetapan akhir dari Allah dalam pengadilanNya; di sini ketetapan itu diumumkan dengan lantang (ay 5-6).


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...