Ketika membaca tulisan ini, sebaiknya Anda terlebih dahulu membaca Mazmur 2 dalam suasana hening dan doa, agar bisa menangkap pesan rohani Mazmur ini.
Saya mulai dengan menggambarkan konteks historis penyusunan mazmur ini. Ketika seorang raja atau kaisar besar dan kuat dalam kekaisaran besar di Timur Kuno dulu, wafat, maka para raja kecil mulai bergerak mengadakan persekongkolan untuk membebaskan diri. Peristiwa itu bagi mereka adalah peluang kemerdekaan. Mereka bangkit untuk memberontak sebelum kaisar baru naik tahta. Hal itu wajar. Sebab bangsa-bangsa yang telah dibelenggu penindasan dan penghisapan, sangat rindu akan kebebasan; dan inilah peluang meraih kebebasan. Peralihan kekuasaan menciptakan peluang itu. Sering dalam sejarah ada banyak contoh bahwa peluang seperti itu bisa berhasil; maka rantai perbudakan pun bisa diputus. Itu sebabnya tugas pertama seorang raja atau kaisar baru yang terpilih ialah menindas pemberontakan yang dilakukan para raja kecil maupun rakyatnya. Tujuannya ialah mengkonsolidasi dan membangun kembali kekuataan kekaisarannya yang sempat limbung karena wafatnya kaisar terdahulu yang sangat besar dan dahsyat wibawa dan pengaruhnya.
Kiranya Mazmur ini dilatar-belakangi oleh peta percaturan politik seperti itu, sebuah gambaran yang serba biasa, karena hal seperti itu sering terjadi sepanjang sejarah. Tampaknya mazmur ini disusun untuk dipakai pada kesempatan pesta penobatan seorang raja atau kaisar. Atau mungkin juga dikidungkan dalam konteks upacara kultik pelantikan raja/kaisar. Kita tidak mengenal baik penyair maupun raja Israel yang diduga sebagai penyusun dan pendeklamasi mazmur ini sebagai proklamasi. Maka tidak perlu mengkaitkan masing-masing bagian kepada pembicara yang berbeda-beda (entah raja atau penyair). Tetapi yang jelas mazmur ini secara keseluruhan dengan mudah dapat dipahami sebagai mazmur yang diucapkan oleh raja atau kaisar saja.
Mazmur ini disusun untuk kesempatan pentahtaan seorang raja Yehuda di Yerusalem pada jaman sesudah Daud. Tampaknya, pengarangnya adalah seorang seniman kata-kata tingkat tinggi, karena mazmur ini penuh dengan kata-kata puitis yang kuat dan ide-ide yang berani. Pengarang seperti ini kiranya berasal dari kalangan penyair istana, di sekitar raja.
Mazmur ini juga tampaknya disusun agar dapat dipergunakan terus menerus. Seluruhnya, terdiri atas empat bagian. Dalam bagian I, mazmur ini memperhadapkan pemberontakan para raja di bumi (1-3) dengan keagungan Allah yang transenden di surga; itulah Bagian II (4-5). Hal ini dilakukan dengan segelintir tekanan yang kuat dan dengan satu cara yang mengesankan untuk menandai kontras yang ada di sana. Lalu disusul dengan penetapan secara ilahi seorang raja dan janji yang erat terkait dengan hal itu; itulah Bagian III (6-9). Kemudian Mazmur ini menambahkan satu peringatan yang ditujukan para raja dunia agar merendahkan diri di hadapan Tuhan sang raja penguasa dunia ini agar murkaNya tidak sampai menimpa dan menghancurkan mereka. Itulah isi Bagian IV mazmur ini (10-12).
Konon ketika raja-raja Kristen di Eropa abad pertengahan dilantik, mereka sering memakai mazmur ini sebagai liturgi pelantikan. Ada dua hal mau diajukan sebagai pesan: bahwa kekuasaan raja itu relatif, sebab ia berada di bawah kuasa Allah. Kedua, hanya yang berlindung pada Allah saja, dan raja yang dipilih Allah saja, yang dapat berbahagia. (EFBE@fransisbm).
No comments:
Post a Comment