Wednesday, September 3, 2008

Rindu, Sunyi, Api.

Oleh: Fransiskus Borgias M

Pro: YPRYW.

Dahulu kasih

Sudah kukunjungi hatimu

Dalam riak-riak gelombang rindu dan

Rapat-rapat aku ke tepian sanubarimu

Sampai dapat kurasakan desah nafasmu yang juga terasa gejolak rindu dan damba

Namun tiada berani juga aku menyentuh dan mengetuk dinding senyummu

Dan kaupun tiada tahu

Hadirku dalam sunyi tak terpahami,

Tak terhampiri, tak bertepi

Abadi, sang sunyi; sendiri.

Terbungkus kelu yang terasa pahit

Dahulu kasih

Sudah kuhampiri senyummu merekah selalu

Dalam tatap-tatap mata nanar yang gemar

Melebar, pesona menebar damba dan nada-nada nuansa cinta

Tetapi tiada berani juga aku

Meraba senyummu itu dengan senyumku,

Walau kurasakan tarikan ajaib itu dari pelupuk matamu yang rindu

Dan kaupun tiada tahu hadirku

Dalam rindu, cinta, dan damba.

Penuh dukalara,

coba dibungkus candaria

Tetapi terasa mengada-ada.

Lalu aku pun pergi

Melengos bisu

Ke dalam hari biru perasaan galau

Dalam sunyi,

Dalam sepi dan bahkan api,

Ya api……, api bara cinta yang tak sampai,

Dan sayangnya,

Hanya kaulah airnya.

Sayang, kau dan aku, ya kita sangat berjarak.

Dan kita sama-sama enggan melangkah

Sekadar mencoba mempersempit jarak itu

Yang entah mengapa

menyesakkan dada. Dan aku hanya bisa berkata, ahh.........

24 Agustus 2008

Sebuah kilas balik pengalaman jatuh cinta yang tidak pernah terucap

No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...