Wednesday, July 16, 2008

Mengenal dan Memahami Mazmur 25

Oleh: Fransiskus Borgias M (EFBE@fransisbm)

Mazmur ini termasuk cukup panjang, yaitu terdiri atas 22 ayat, mengikuti 22 abjad Ibrani. Ini dimaksudkan agar mudah dihafal oleh murid yang belajar. Jadi, mazmur ini adalah kurikulum pendidikan moral-teologi bagi generasi muda. Dalam kitab suci ada judul berikut ini: Doa mohon ampun dan perlindungan. Jadi, mazmur ini adalah sebuah doa. Lebih persis lagi ini adalah doa pribadi (untuk kepentingan pribadi).

Jika dicermati dengan baik maka rancang bangun mazmur ini dapat dilukiskan sebagai berikut: ayat 1-7, pemazmur berbicara tentang dirinya dalam diri orang pertama. Hal itu tampak dalam pemakaian kata aku dan ku. Lalu dalam ayat 15-22, pemazmur lagi-lagi berbicara tentang dirinya dalam orang pertama, karena seperti dalam penggal pertama tadi, di sini pun kita temukan banyak kata aku dan ku. Di tengahnya terbentang ayat 8-14 yang tidak berbicara tentang aku atau ku (kecuali ayat 11, kesalahanku). Mungkin karena fokus ayat-ayat ini bukan lagi manusia (aku) melainkan terutama Tuhan. Manusia (jemaat, termasuk aku) hanya dibicarakan sejauh terkait dengan TUHAN. Secara garis besar rancang bangun itu ialah: manusia (aku) – TUHAN – manusia (aku). TUHAN menjadi sentrum bagi manusia. Bukan manusia menjadi sentrum, dan TUHAN disisihkan. Rancang bangun ini menarik, karena bermakna teologis-etis.

Si pemazmur mulai dengan seruan bahwa ia mengarahkan jiwanya kepada Tuhan. Ia mau mempercayakan hidupnya kepada Allah. Ia mau mengandalkan Allah, agar hidupnya bermakna, tidak sia-sia, hidup yang memalukan dan memilukan. (ayat 1-2). Ia menaruh harapan dan kepercayaannya kepada Allah karena berdasarkan pengalaman ternyata orang yang berharap pada Allah tidak dipermalukan (ay 3). Selanjutnya dalam ayat 4-5, si pemazmur memohon pengajaran dan kebenaran, yang diungkapkan dalam metafor jalan. Ia meminta agar Allah sudi menuntun dia di jalan-jalan Allah. Yang menarik ialah bahwa ia mendasarkan permohonan ini pada pengalaman sejarah: Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya TUHAN, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala (ay 6). Dalam ayat 7 ia memohon pengampunan dosa, terutama dosa masa muda. Mungkin pada masa muda orang melakukan kesalahan dan keteledoran dalam semangat muda yang berlebihan. Atas dosa seperti itu ia memohon pengampunan Allah. Menarik juga bahwa ia mendasarkan keberanian memohon pengampunan dosa ini atas dasar pengalaman sejarah. Ia meminta agar dosanya dihapuskan berdasarkan kasih setia dan kebaikan Allah (ay 7).

Setelah mengajukan dua permohonan dalam penggal terdahulu, kini pemazmur membentangkan pemahaman dan pengalamannya akan Allah. Pemahaman dan pengalaman ini juga yang mendorong dia berani memohonkan kedua permohonan tadi. Saya daftarkan butir-butir pengalaman si pemazmur akan Allah: TUHAN itu baik dan benar. Dalam martabat seperti itu Tuhan menunjukkan jalan, membimbing orang, mengajarkan jalanNya. Jalan Tuhan itu sendiri adalah kasih setia dan kebenaran. Maka sekali lagi berdasarkan paham Allah seperti ini, ia berani memohon ampun atas dosanya (ay 11). Walau dimulai dengan pertanyaan dalam ayat 12, tetapi penggal 12-14 ini sesungguhnya adalah suatu pembeberan keyakinan teologis bahwa orang yang takut akan Tuhan akan dituntun Tuhan, akan menjadi bahagia, akan meraja di bumi ini, dan Tuhan sudi menjalin relasi persahabatan dan keakraban dengan orang seperti itu.

Mulai dari ayat 15-21 kita temukan lagi pemakaian kata aku dan ku. Di sini kita temukan untaian (litani) permohonan. Pemazmur memohon kepada Allah agar sudi mempedulikan nasibnya yang sebatang kara, sudi membebaskan dia dari kesulitan dan kesesakan, dari sengsara dan kesukaran, dari musuh dan lawan. Dengan berlandaskan pada pengharapan akan Allah, ia mengharapkan pembebasan. Begitu kita sampai pada ayat 22, tiba-tiba ada perubahan subjek yaitu ke Israel. Israel menjadi subjek. Ini mendorong saya berpikir bahwa akhirnya, doa ini adalah doa komunitas dan dalam komunitas pendoa itu ada individu, aku, yang ikut berdoa memohon pembebasan Tuhan. Itu semua dilandaskan pada besarnya kasih setia dan rahmat TUHAN, atas hidup mereka.


No comments:

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...