Sari Firman Minggu Agustus 2008 II
Minggu 24 Agustus 2008: Bac: Yes.22:19-23; Rm.11:33-36; Mat.16:13-20. Injil hari ini sangat akrab di telinga kita karena ada beberapa hal yang penting yang terungkap di sana. Pertama, menurut teks ini ada banyak pandangan mengenai Kristus (Kristologi) dalam Perjanjian Baru, bahkan dalam satu perikopa ini. Kristologi ini mengemuka sebagai jawaban atas pertanyaan Yesus kepada muridNya: menurut kata orang, siapakah Anak Manusia? Jadi, Yesus menyebut diri Anak Manusia. Muncul empat jawaban: Yohanes Pembaptis, Elia, Yeremia, salah seorang dari para nabi. Ketika ditanya siapa Yesus menurut pendapat murid sendiri? Sejenak ada keheningan. Tetapi Petrus menjawab, dan inilah visi Kristologis kelima, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup.” Dalam jawaban ini terkandung dua gelar besar, Mesias dan Anak Allah. Jadi, dalam Perjanjian Baru tampak bahwa ada kejamakan Kristologi. Kristologi tidak tunggal. Kedua, pernyataan Yesus mengenai Petrus yang berani menjawab lantang. Ini saya garis bawahi karena dalam tradisi Katolik teks ini amat penting. Inilah teks yang memberi prioritas bagi Petrus, kedudukan unggul Petrus, the primacy of Peter, sebab Petrus menjadi batu karang, landasan kokoh gereja. Inilah teks yang dalam tradisi Katolik dijadikan sebagai dasar tradisi Petrus Paus pertama. Dan itu benar. Ketiga, larangan Yesus agar hal itu jangan disampaikan ke depan umum. Ini disebut rahasia Mesias oleh ahli tafsir (Martin Hengel). Tetapi mengapa harus dirahasiakan? Jawabannya, hal itu dirahasiakan agar menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan dan menyingkapkannya. Kapan waktu yang tepat itu? Ialah dari salib, dan terutama dalam peristiwa agung kebangkitan. Oleh karena itu, Yesus melarang mereka agar tidak memberitahu dulu hal itu kepada umum. Hal itu akan tersingkap dengan sendirinya dalam peristiwa Salib dan Kebangkitan.
Minggu 31 Agustus 2008: Bac: Yer.20:7-9; Rm.12:1-2; Mat.16:21-27. Injil hari ini membicarakan dua pokok besar. Pertama ialah nubuat tentang penderitaan Yesus. Kedua, ialah syarat untuk mengikuti Yesus. Menurut judul dalam injil kita, inilah nubuat yang pertama mengenai penderitaan Yesus. Berarti masih ada nubuat selanjutnya. Ya, sebab memang ada tiga rangkaian nubuat seperti itu. Intinya ialah Yesus menyampaikan kepada para murid-Nya bahwa Ia harus menderita. Mendengar itu, Petrus merasa tidak sudi, sehingga ia “berdoa” agar hal itu jangan sampai terjadi. Terhadap hal itu, Yesus menghardik Petrus dengan keras-kasar, dengan menyebutnya Iblis. Sekarang kita mau melihat hal yang kedua, yaitu syarat mengikuti Yesus. Yesus yang diwartakan injil hari ini adalah Mesias. Dan Mesias itu adalah Mesias yang harus menderita. Dengan tegas di sini dikemukakan mengenai syarat mengikut Yesus. Yaitu rela dan bersedia untuk ikut menderita seperti halnya Anak Manusia juga menderita. Dan ini tidak mudah. Jadi, kita yang mau mengikut Yesus ini harus siap juga untuk menderita. Siapkah kita untuk itu? Jangan sampai kita selalu berpikir bahwa mengikuti Yesus itu serba enak dan indah saja. Boleh saja bermimpi seperti itu, tetapi jangan sampai lupa bahwa ada juga sisi gelapnya. Injil hari ini menyingkapkan kepada kita sisi gelap itu agar kita bisa realistik dalam mengikuti Yesus. Sebab kalau kita berani mengikuti Yesus dalam lorong-lorong yang gelap dan pahit ini, maka pada kita akan berlaku sabda paradoks dalam ayat 25 itu: “...barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.” Sabda paradoksal inilah yang kiranya bisa menjadi sumber penghiburan dan harapan bagi kita semua. Semoga. (EFBE@fransisbm).
No comments:
Post a Comment