Minggu 03 Agustus 2008: Bac: Yes.55:1-3; Rm.8:35,37-39; Mat.14:13-21. Situasi kita secara nasional saat ini amat menyedihkan. Harga kebutuhan pokok melangit, sementara gaji/pendapatan kita merayap di bumi. Kita bak pungguk merindu bulan. Sedih. BBM naik. Dunia dilanda krisis pangan, krisis energi. Kita terancam bencana lapar. Busung lapar memakan korban. BLT tidak banyak membantu. Sementara itu ada koruptor. Di tengah situasi seperti itu, kisah mukjizat seperti yang kita dengar hari ini semoga bisa membawa hiburan dan kekuatan bagi kita. Di tengah kerumunan orang banyak yang datang mendengarkanNya, Yesus melihat mereka lapar. Para murid bingung. Diusulkan agar mereka disuruh pergi dengan tangan kosong, dengan perut keroncongan. Tetapi tidak, kata Yesus: Mereka harus memberi makan orang banyak itu. Bingung. Makan terbatas, mulut banyak. Mau apa? Di tengah krisis itu Yesus tampil. Ia mulai membagi, berbagi roti. Setelah Yesus mulai berbagi roti, ternyata mereka semua bisa makan sampai kenyang. Itulah mukjizat dalam kisah ini: Semua orang makan sampai kenyang karena kerela-sediaan berbagi. Kalau tidak berbagi, maka tidak akan cukup. Kalau kita menumpuk maka tidak akan cukup. Maka kita harus berbagi. The earth is enough for everybody’s need, but not for everybody’s greed. Itu soalnya, ada yang rakus di antara kita, yang tidak sudi berbagi. Rakus adalah awal bencana. Yesus mendorong kita untuk menerobos hal itu. Itulah panggilan dan tantangan sosial ekonomi gereja.
Minggu 10 Agustus 2008: Bac: Why.11:19a;12:1,3-6a; 1Kor.15:20-26; Luk.1:39-56. Teks ini aku sukai karena berbicara tentang perjumpaan dua perempuan. Ada beberapa hal yang bisa dikemukakan. Pertama, orang sering berbicara tentang perjalanan misioner pertama Maria. Marialah misionaris pertama, yang mewartakan kehadiran Tuhan dalam rahimnya. Tugas misionaris ialah mewartakan Tuhan. Orang pertama yang melakukan hal itu ialah Maria. Dalam peristiwa fundamental perkandungan, Maria memberi teladan yang amat baik, yaitu saling mengunjungi. Dalam peristiwa penting itu, perlu orang saling memperkuat, meneguhkan, membangun tali persaudaraan, silaturahim, solidaritas. Kedua, dalam teks ini kita temukan kidung Elisabeth. Kalau kita terbiasa dengan kidung Maria, Zakaria, Simeon, ada juga kidung Elisabet. Kita akrab dengan kidung ini, sebab sebagian doa salam Maria diambil dari sini. Coba tebak sendiri. Ketiga, saya tertarik dengan kidung Maria karena mengandung teologi revolusioner, teologi pembebasan, bahkan bersifat subversif. Kita diajar untuk menjadi subversif dalam artian asli kata itu, yakni membalikkan dari bawah. Keempat, kita juga diajar bahwa hidup dimulai dari detik-detik awal dalam rahim ibu. Sebab seperti dipersaksikan teks ini, anak dalam rahim bersukacita mendengar salam Maria, perempuan terberkati di antara perempuan. Ulasan doa salam Maria, dapat anda lihat dalam blog saya: www.canticumsolis.blogspot.com. Judulnya: “Kearifan Doa Salam Maria.” Semoga bisa menimba sesuatu dari sana.
Minggu 17 Agustus 2008: Bac: Sir.10:1-8; 1Ptr.2:13-17; Mat.22:15-21. Hari ini kita merayakan hari raya kenegaraan, yaitu Kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai warga negara yang baik kita harus merayakan hari raya nasional ini. Walau di salah satu tempat Yohanes berkata bahwa kita tidak berasal dari dunia ini, tetapi kita masih berada di dunia ini. Maka kita mempunyai kewajiban mendasar sehubungan dengan keberadaan kita di dunia ini. Itu sebabnya liturgi hari ini menyuguhkan kepada kita sebuah teks yang berbau “politik” sedikit, yang menyerempet ke soal politik. Sebab keberadaan kita tidak terlepas dari tata masyarakat, tata politik yang nyata. Injil hari ini melukiskan dua kewajiban kita yang amat mendasar sebagai warga negara. Ada kewajiban kepada negara, dan ada kewajiban kepada Allah (baca: Gereja). Yesus mau menegaskan bahwa semuanya ada porsinya. Kewajiban menjalankan yang satu tidak atau jangan sampai mengabaikan atau melalaikan kewajiban yang lain. Tetapi dalam perbandingan antara Allah dan kaisar tentu Allah melampaui segala-galanya. Jadi, walaupun dikatakan bahwa kedua hal itu adalah dua kewajiban kembar kita sebagai warga negara, tetapi kewajiban kepada Allah tetap melampaui segala-galanya. Sebab Allah melampaui kaisar. Walau kita tahu bahwa kaisar juga bisa memberhalakan diri. Ini tendensi yang sangat berbahaya. Kita wajib mencegah jangan sampai kaisar diberhalakan apalagi memberhalakan diri. (EFBE@fransisbm).
No comments:
Post a Comment