Mazmur ini cukup pendek, hanya enam ayat, dan amat popular. Kita hafal karena mazmur ini sering dijadikan syair lagu rohani, lagu komuni. Juga menjadi objek seni lukis dan ukir. Banyak lukisan menimba ilham dari pastor bonus ini. Begitu juga ukiran, dan patung. Patung gembala baik ada di mana-mana dalam dunia Katolik. Ada lembaga yang mengambil identitasnya dari Pastor Bonus. Ada juga konggregasi hidup bakti yang mengambil nama ini. Misalnya, para suster gembala baik. Akhirnya mazmur ini terkenal karena Yesus dicitrakan sebagai gembala baik (Yoh.10).
Dalam tiga ayat pertama pemazmur melukiskan apa yang dikerjakan TUHAN baginya. Singkatnya, Pastor Bonus itu penuh tanggung jawab. Ia mencari dan memberi yang terbaik (rumput, air yang tenang, tidak rebutan, tidak ada binatang buas) bagi kawanannya. TUHAN menjaga, melindung, dan memberi makan. Itu tugas utama Pastor Bonus. Di akhir ayat 3 ada sesuatu yang menarik yang dikatakan pemazmur: semuanya itu dilakukan TUHAN hanya karena dan demi namaNya yang kudus. Jadi, Ia membuat dan memberikan yang terbaik karena namaNya. Jangan sampai namanya tercemar karena ternyata Ia tidak mampu memberikan yang terbaik.
Selanjutnya dalam ayat 4-5 pemazmur melukiskan rasa aman dan pasti yang ia rasakan karena berada di hadirat Allah. Ia tidak takut apa pun dan siapapun karena Tuhan menyertai dia. Ia tidak takut lapar, juga tidak takut menanggung malu karena kelaparan di hadapan pencemoohnya, karena Allah menyediakan hidangan baginya. Di akhir ayat 5 pemazmur melukiskan betapa hidupnya nyaman, makmur, aman, sentosa. Semua itu dilambangkan dengan standar hidup yang melampaui minimal. Ia tidak disibukkan dengan perkara mulut dan perut, melainkan ia sempat memperhatikan kepatutan penampilan jasmani. Itu yang terungkap dengan ungkapan “minyak wangi” untuk mengurapi kepala. Juga terungkap dengan ungkapan “anggur” yang selalu penuh dalam pialanya. Itulah lambang kemakmuran di atas rata-rata. Kalau di bawah rata-rata, mungkin ia tidak sempat meminyaki kepalanya. Mungkin ia akan cukup minum air. Ia minum anggur, dan anggur itupun melimpah. Ia hidup dalam keadaan affluent meminjam istilah perkembangan ekonomi W.W.Rostow itu. Itu semua mungkin karena penjagaan dan penyelenggaraan Tuhan.
Akhirnya saya mau memberi perhatian khusus pada ayat 6. Pemazmur merasa bahwa kasih setia dan penyelenggaraan TUHAN menyertai dia sepanjang hidup. Kalau ia menoleh ke masa silam hidupnya, ia melihat di sana jejak-jejak yang ditinggalkan, yang semuanya ditandai kasih setia Allah. Ia merasa bahwa selama ini Allah melakukan segala sesuatu yang terbaik baginya. Atas dasar pengalaman masa silam itu, ia berharap bahwa ke depan ia akan mengalami hal seperti itu. Ungkapan “seumur hidupku,” itu berarti “selama sisa-sisa hidupku.” Setelah mengalami dan merasakan semuanya itu, pemazmur merasa layak diam di Bait Allah. Itu semua terjadi, karena merasa betapa baik dan sedapnya Tuhan. Karena ia merasa lebih baik satu hari di rumah Allah dari pada seribu hari di tempat lain. Kebahagiaan seperti apa lagi yang lebih besar dari kebahagiaan berada bersama Allah? Mazmur ini mengajak kita untuk selalu berada di bawah naungan kasih setia Allah, sebab Ia-lah pastor bonus kita. Diam-diam sebagai orang Kristen, kita terpikir akan Kristus setiap kali kita membaca mazmur ini. (EFBE@fransisbm).
No comments:
Post a Comment