Monday, June 29, 2020

MENGENDUS KEHADIRAN TUHAN DALAM KITAB ESTER

Oleh: Fransiskus Borgias


 

Tanpa tambahan kitab Ester, maka kitab Ester adalah sebuah kitab yang mengandung cerita duniawi yang biasa-biasa saja. Mengapa demikian? Itu karena Kitab Ester adalah satu-satunya kitab dalam Kitab Suci yang tidak pernah menyebut nama Allah. Memang terasa sangat aneh dan juga luar biasa bahwa Kitab Suci mempunyai satu kitab yang tidak pernah menyebut nama Allah. Mungkin itu sebabnya ada orang yang berinisiatif untuk menyisipkan beberapa tambahan di sana-sini ke dalam kitab tersebut. Mungkin para inisiator ini merasa terganggu dengan fakta tadi. Mungkin ada pihak yang tidak mau memasukkan kitab itu ke daftar kanon, dengan alasan bahwa kitab itu tidak pernah menyebut nama Allah. Untuk menyelamatkan kitab ini, agar lolos masuk kanon, ditambahkanlah beberapa tambahan ataupun sisipan ke dalam kitab itu. Itulah yang kemudian dikenal dengan istilah tambahan kitab Ester. Di dalam sisipan itulah ada nama Allah disebut. Dengan cara itu maka kitab ini pun lalu berciri rohani, berbau keagamaan.

Dengan sisipan ini maka tidak tepat lagi untuk mengatakan bahwa dalam kitab Ester tidak ada nama Allah. Sebab nama itu dengan sangat mudah ditemukan di dalam sisipan tersebut. Sisipan itu, bersama beberapa kumpulan lain, dikenal dengan sebutan, Deuterokanonika. Bagi orang Katolik hal ini sah dan utuh.

Pertanyaannya sekarang ialah apakah dalam sifat profan seperti yang disinggung di atas tadi, di dalam kitab Ester memang sama sekali tidak ada singgungan tentang Allah ataupun kehadiran Allah? Menurut saya tidak demikian. Kalau kita membaca dengan teliti kitab Ester tanpa tambahan tadi, paling tidak ada satu tempat dalam kitab Ester di mana kita dapat merasakan bahwa Allah disinggung di situ walaupun secara sangat implisit dan serba sangat tersirat. Kiranya di dalam teks Est 4:14, ada singgungan yang bersifat implisit seperti itu akan Allah. Dalam teks itu rasanya saat membacanya kita mau tidak mau terpikir tentang Allah, walaupun kehadiran itu serba tersamar. Teks itu berbunyi sebagai berikut di dalam terjemahan yang kita miliki: “Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain.”

Menurut pembacaan saya di sini penulis teks Ester menyiratkan bahwa di balik apa yang terjadi sebenarnya Allah yang giat bekerja. Bagaimana pun juga kisah yang ada dalam kitab Ester adalah sebuah kisah pembebasan agung umat Allah dari ancaman genosida yang mengerikan. Jadi, umat pilihan Allah terancam eksistensinya dari muka bumi. Tetapi, anehnya, kok Allah sepertinya tidak hadir di sana, seperti tidak mau turut campur tangan di dalam masalah tersebut. Jangankan hadir; disebut saja pun tidak ada. Hal ini pada gilirannya menimbulkan sebuah tanda tanya besar. Mengapa Allah seperti itu? Salah satu cara penjelasan ialah bahwa kisah Ester ini adalah kisah Eksodus baru. Dalam kisah exodus lama, yaitu peristiwa keluaran dari perbudakan Mesir, Musa adalah tokohnya. Sedangkan dalam kisah Eksodus baru, yaitu kisah pembebasan dan penyelamatan dari upaya genosida sistematis yang dirancangkan oleh para lawan Israel, Ester adalah tokohnya. Dalam kisah Eksodus lama (kisah keluaran asali) Allah tampak sangat kentara. Allah dirasakan sungguh-sungguh hadir. Ia hadir di dalam penampakan dan manifestasinya, dalam kekuatan-kekuatan dahsyat yang luar biasa.

Mungkin hal itu disebabkan karena kiranya para penulis kitab Ester berpikir bahwa tampaknya Allah tidak akan melakukan lagi hal-hal seperti itu dulu dalam konteks dunia sekarang dan di sini. Kiranya apa yang dialamisi penulis kitab Ester seperti yang kita saat ini alami saat membaca kisah Keluaran yang dahsyat itu, di mana ada tiang-tiang awan dan api, awan-awan, dan Laut Merah yang terbelah. Hemmm…. Luar biasa. Ajaib. Walau dalam alam secular ini rasanya Allah seperti tidak hadir, tetapi apakah memang benar bahwa Allah tidak bekerja. Rasanya tidak. Allah bekerja dalam senyap. Ester melakukan hal yang berani dan benar. Ester berani mengambil risiko. Ternyata berhasil. Sukses. Itu terjadi karena semua seperti berjalan lancar dan semesta mendukung. Dalam Ester, Allah bekerja secara awanama, dalam diam, dalam satu dunia di mana Dia tidak kentara ikut campur tangan. Perbuatan Ester yang berani dan penuh percaya itu, berkenan pada Allah dan Allah menerimanya. Bahkan Allah membuat kesukarannya melebihi apa yang diduga dan diharapkan Ester. Mungkin kalau Ester sendiri yang bekerja maka ia hanya dapat 30 sampai dengan 50 poin saja. Tetapi karena Allah ikut campur tangan diam-diam maka hasilnya 100. Itulah peran pentingnya iman (percaya). Iman adalah bentuk perlindungan lain dari hubris dan utopianisme. Di sini apa yang bisa kita buat itu penting sekali. Tetapi akhirnya kira harus membiarkan Allah bertindak menurut kehendakNya sendiri yang tidak selalu dapat dipahami tetapi hasilnya pasti sangat maksimal.

Tetapi Ester dalam perspektif sebagai orang Katolik, saya harus memberi catatan tambahan yaitu bahwa yang disebut kitab Ester dalam tradisi Katolik tidak hanya kitab Ester saja. Ada tambahan kitab Ester. Dalam kitab tambahan Ester itulah kita bisa menemukan nama Tuhan. Dengan tambahan kitab Ester, maka kitab Ester menjadi berciri religius, walaupun religiositas itu tidak harus dikaitkan dengan penyebutan nama Tuhan secara eksplisit. Tetapi nama adalah kehadiran. Kehadiran tanpa nama lalu menjadi sulit untuk memahami dan merasakan kehadiran itu.

Kiranya itulah yang menyebabkan editor kitab Ester menambahkan tambahan kitab Ester. Dalam tambahan itu kita menemukan nama Tuhan, sebab mereka yakin dan berpandangan bahwa nama adalah kehadiran. Nama itu bukan hanya sekadar sebuah label, sekadar sebuah kata kosong, melainkan sebuah kehadiran. Untuk menandakan kehadiran dan aktifitas itulah maka nama untuk sang mahatinggi biasanya mengambil kata kerja atau selalu berupa sebuah konstruksi kalimat. Begitulah misalnya YHWH antara lain diartikan sebagai Akulah yang Aku ada. Saya selalu memahami konstruksi ini sebagai sesuatu yang menandakan kehadiran dan kehadiran bagi saya selalu berarti kehadiran yang aktif dalam tindakan, dalam perbuatan, dalam karya.

Fenomena seperti itu ada juga dalam pelbagai Bahasa dan tradisi keagamaan lain. Saya mengambil contoh tambahan sebagai bukti petunjuk misalnya dalam tradisi keagamaan asli Manggarai, sang realitas mahatinggi itu disebut dengan beberapa kata kerja yang menunjukkan aktifitas: Jari-agu-Dedek, Jiri-agu-Wowo. Masing-masingnya berarti Yang Menjadikan Yang Menciptakan (Membuat), Yang Mengadakan dan Yang Menuang. Jadi, nama itu adalah aktifitas, dan aktifitas itu itu mencirikan kehadiran.

Akhirnya, kembali lagi ke kitab Ester. Memang seperti telah dikatakan bahwa tanpa penyebutan nama Tuhan secara eksplisit pun kehadiran Tuhan pasti diandaikan ada dalam kitab itu. Tetapi kehadiran itu menjadi semakin jelas dan nyata dengan adanya tambahan kitab Ester sebab dalam bagian tambahan itulah nama Tuhan itu disebut dengan jelas. Mungkin perlu juga saya tambahkan bahwa biasanya tambahan-tambahan itu disisipkan di tempat di mana orang merasa bahwa ada sebuah misteri kekuatan ajaib yang aktif bekerja di sana. Nah tambahan kitab Ester membuat intuisi itu menjadi lebih jelas dan nyata dengan memberinya sebuah nama yang menandai kehadiran dan aktifitas.

 

Penulis: Dosen teologi Biblika pada Fakultas Filsafat UNPAR Bandung. Ketua Sekolah Kitab Suci St.Hieronimus, Keuskupan Bandung.

 

PEDENG JEREK WAE SUSU

Oleh: Fransiskus Borgias Dosen dan Peneliti Senior pada FF-UNPAR Bandung. Menyongsong Mentari Dengan Tari  Puncak perayaan penti adala...